Guru Besar IPB Tanggapi Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Indonesia

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
8 September 2022 13:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar Kehutanan IPB University Tanggapi Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar Kehutanan IPB University Tanggapi Mitigasi Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut di Indonesia
ADVERTISEMENT
Kebakaran hutan dan lahan gambut memiliki dampak yang hebat pada perubahan iklim global. Untuk memahami fenomena ini dan kaitannya dengan emisi karbon serta cara penanganannya, Forest Digest mengeluarkan fact sheet berisi informasi terkait mitigasi kebakaran hutan dan lahan gambut.
ADVERTISEMENT
Prof Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Kehutanan IPB University menjelaskan lebih dalam terkait pengelolaan pencegahan kebakaran hutan dan lahan gambut di Indonesia ini dalam Webinar Forest Digest “Public Communication Fire and Emission Fact Sheet”, (3/9). Ia mengatakan, menurut status kebakaran hutan negara anggota Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO) dalam XV World Forestry Congress 2022, sampai 2030 kebakaran hutan masih meningkat hingga 14 persen.
“Artinya, manajemen pencegahan kebakaran hutan masih harus ditingkatkan dan bergantung kepada kita mau dihentikan atau ditekan emisi karbonnya,” terangnya.
Ia mengatakan, kebakaran ini menjadi ancaman global karena dapat mempercepat dampak perubahan iklim. Secara signifikan mempengaruhi siklus karbon dunia dan mempercepat kenaikan suhu bumi.
Menurutnya, risiko dan pola kebakaran hutan dan lahan gambut berubah akibat perubahan iklim, peralihan lahan dan peningkatan populasi. Beberapa penemuan memprediksi bahwa fenomena ini akan lebih sering terjadi di beberapa negara, termasuk Indonesia. Salah satu aspek krusial adalah karena luasnya area gambut di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Perubahan signifikan pada area yang terbakar juga akan terjadi pada lanskap yang saat ini mengalami kebakaran. Termasuk sabana tropis dan padang rumput tropis yang diprediksi akan berubah dengan meningkatnya kebakaran di beberapa daerah,” ujarnya.
Ia menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan gambut juga akan meningkatkan emisi karbon dan mempengaruhi percepatan perubahan iklim. Serta meningkatkan faktor risiko kebakaran hutan itu sendiri seperti kekeringan, peningkatan suhu bumi, penurunan kelembaban dan sebagainya.
“Penurunan risiko kebakaran ini dapat dilakukan dengan beberapa cara manajemen risiko. Di antaranya pembatasan aktivitas yang dapat menyebabkan terpicunya kebakaran tidak sengaja, pengelolaan vegetasi dan debris vegetasi, pengelolaan kebakaran hutan, perencanaan penggunaan lahan yang lebih mengutamakan jangka panjang,” imbuhnya.
Untuk itu, lanjutnya, rekomendasi yang diberikan dalam hal ini yakni mengenal dan merespon dampak perubahan iklim pada prevalensi dan perilaku kebakaran hutan. Memahami perilaku kebakaran hutan dan meningkatkan manajemen bahan bakar dan pengawasan kebakaran hutan. Mendorong pendekatan pengelolaan kebakaran hutan terintegrasi. Mendorong dan mengintegrasikan pengelolaan kebakaran kontemporer dan tradisional menjadi kebijakan. Menguatkan kerjasama regional dan internasional dalam pengelolaan kebakaran hutan.
ADVERTISEMENT
Ia menyebutkan bahwa berbagai fakta yang disebutkan dalam lembar fakta yang dipublikasikan Forest Digest telah menjawab berbagai isu kebakaran hutan dan lahan gambut pada level dalam dan luar negeri. Faktanya, lembar ini dapat digunakan sebagai referensi dalam mengontrol kebakaran hutan dan lahan gambut dalam arti yang sesungguhnya.
“Tentu saja, ada beberapa informasi yang harus dimasukkan dalam lembar fakta yang berkaitan dengan kondisi cuaca atau iklim panas yang luar biasa yang muncul di negara Eropa, USA, dan lainnya. Yang harus ditelusuri ke akar permasalahannya sehingga tidak berdampak pada negara-negara yang belum pernah mengalaminya seperti Indonesia,” tutupnya. (MW/Zul)