Guru Besar IPB Ungkap Strategi Menstimulasi Petani Porang Melalui Produktivitas

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
23 November 2022 9:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar IPB University Ungkap Strategi Menstimulasi Petani Porang Melalui Produktivitas dan Pemasaran yang Berkesinambungan
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar IPB University Ungkap Strategi Menstimulasi Petani Porang Melalui Produktivitas dan Pemasaran yang Berkesinambungan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Porang adalah tanaman yang diyakini membawa berbagai manfaat dan merajai pasar global. Pada awalnya benar, namun belakangan ini hasil produksi petani tidak mampu terjual. Ekspor ke China dan Jepang dari tiga tahun lalu mengalami penurunan akibat bermacam dalih dan hambatan.
ADVERTISEMENT
Prof Tajuddin Bantacut, Guru Besar IPB University dari Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian mengatakan hal ini masih kerap terjadi ketika petani mengembangkan suatu komoditas. "Ini menunjukkan bahwa ada suatu aspek atau dimensi penting dari upaya pengembangan komoditas yang kita lewati atau tidak dipelajari,” ungkapnya dalam Webinar Propaktani dengan tema “Bisnis Aneka Porang yang Sangat Prospektif di Pasar Global” yang digelar oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, (17/11).
Ia menilai terdapat berbagai permasalahan yang mengganggu rangkaian pemasaran. Sebelumnya, pemerintah telah menstimulasi pengembangan komoditas ini sehingga booming di antara para petani. Dalam pengembangan porang terpadu, lanjutnya, harus dibangun sistem rantai yang memastikan pengimplementasiannya secara berkesinambungan. Harus dilakukan peramalan dan analisis untuk mengetahui nilai produktivitas yang ideal agar komoditas porang bisa kompetitif.
ADVERTISEMENT
“Analisis terhadap pengalaman petani hingga jalur tata niaga juga perlu dilakukan sehingga bisa membuat perencanaan produksi yang tepat. Terkait hal ini, Indonesia masih harus belajar karena cenderung mengikuti tren pasar dengan respon yang berlebihan. Implikasinya terjadi over supply,” jelasnya.
Dalam perencanaan produksi tersebut, menurutnya, harus mencakup volume dan mutu, waktu dan jadwal, serta kontrak. Aspek ketertelusurannya menjadi sangat penting untuk mendukung perencanaan ini. Sedangkan dari sisi permintaan, perlu analisis target dan peluang agar dapat mengisi pasarnya dan dituangkan dalam kontrak yang jelas.
“Rangkaian ini harus dipenuhi dulu sebelum dimulai produksi, sehingga dapat menghindari klaim tidak memenuhi syarat dan over supply. Harus sistematis dalam merespon keinginan pasar. Presiden tidak keliru dalam mempromosikan (porang), namun terjemahannya harus lebih dirinci dalam perencanaan (produksinya),” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pengembangan pasar berbasis porang, ia mengusulkan, harus dioptimalkan sebagai pangan substitusi fungsional terutama bagi penderita diabetes. Kandungan glukomanan dalam porang juga berpotensi untuk menekan angka kolesterol dan jerawat.
“Namun harus ada pendekatan teknologi sehingga potensi ini menjadi dominan,” katanya. Menurutnya, riset terkait formulasi produk dapat melahirkan produk-produk olahan spesifik yang bisa difokuskan untuk penderita diabetes maupun kosmetika.
“Seharusnya, pangan sehat yang bisa dikembangkan sebagai anti diabetes itu bisa disubsidi. Misalnya, ada skema yang dikembangkan melalui jaminan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) atau melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bekerja sama dengan petani,” terangnya. (MW/Zul)