Guru Besar IPB University Berikan Empat Saran Mitigasi Bencana di Indonesia

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
22 Januari 2021 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Guru Besar Bidang Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB University Berikan Empat Saran Mitigasi Bencana di Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Guru Besar Bidang Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB University Berikan Empat Saran Mitigasi Bencana di Indonesia
ADVERTISEMENT
Guru Besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Prof Dr Akhmad Fauzi turut menanggapi fenomena bencana alam yang belakangan ini marak terjadi. Menurutnya, secara umum bencana dibagi menjadi dua jenis yakni antropogenik dan bencana alamiah yang terjadi karena aktivitas alam. Bencana antropogenik atau bencana yang disebabkan oleh kegiatan manusia dapat dicegah sedangkan bencana alamiah tidak dapat dicegah sehingga tidak dapat dihindari.
ADVERTISEMENT
“Bencana alamiah ini sangat beragam dari yang kecil dengan frekuensi yang relatif sering sampai yang besar dengan kejadian yang relatif jarang,” ujarnya.
Meskipun bencana menghadirkan kedukaan, namun bencana yang terjadi dalam skala kecil dan bisa dikendalikan oleh beberapa ilmuwan dianggap sebagai proses penyeimbangan kembali kondisi alam seperti bencana kebakaran hutan dan gunung meletus.
“Seperti halnya temuan Prof Sharon Hood dari University of Montana dalam artikel Forest Fire: Burning Benefits, kebakaran hutan dalam skala mikro dapat membantu mencegah serangan hama, namun dalam skala besar bisa menimbulkan kerusakan ekosistem dan kerugian ekonomi yang massif,” tambah Prof Fauzi.
Meski demikian, apabila bencana yang terjadi adalah bencana besar atau catastrophic, dapat mengubah keseimbangan alam ke arah yang tidak baik. Apalagi sebagian dari ekosistem alam memiliki sifat irreversible atau tidak dapat dipulihkan kembali.
ADVERTISEMENT
Sementara, dari sisi ekonomi, pembangunan ekonomi memiliki dua sisi terhadap bencana dan kerusakan lingkungan. Pertama, kegiatan ekonomi yang hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi semata (profit) akan berkontibusi lebih tinggi terhadap kerusakan lingkungan serta bencana. Sebaliknya, kerusakan lingkungan dan bencana yang terjadi sudah pasti akan melumpuhkan kegiatan ekonomi mulai dari hancurnya persediaan bahan baku, alat produksi, hingga sarana logistik.
“Kegiatan ekonomi yang terganggu mulai dari level rumah tangga hingga tingkat daerah dan nasional,” katanya.
Lebih lanjut Prof Fauzi menerangkan, dalam ekonomi sumberdaya alam dikenal fenomena CC-PP (Commonized Cost- Privatized Profit). Fenomena ini merupakan fenomena kegiatan ekonomi, dimana kalau memperoleh keuntungan dinikmati sendiri atau korporasi. Sementara apabila terjadi kerusakan lingkungan akibat kegiatan ekonomi semua pihak ikut merasakan, bahkan masyarakat yang tidak memperoleh keuntungan materiil apa pun dari kegiatan ekonomi tersebut. Contohnya adalah dampak dari banjir dan bencana lain yang dirasakan saat ini.
ADVERTISEMENT
Tingkat keparahan dari dampak bencana alam, bergantung pada skala luasan dan frekuensi bencana serta dipengaruhi oleh kesiapan dari sistem. Sebuah wilayah yang memiliki frekuensi bencana tinggi namun memiliki ketahanan terhadap bencana atau kesiapan mitigasi yang baik maka dampak yang disebabkan tidak akan terlalu berat.
“Indonesia adalah negara yang rawan bencana, namun kesalahan kita adalah menganggap bencana sebagai faktor eksternal, padahal sebagian besar bencana di Indonesia dapat diantisipasi karena cenderung berpola,” tambah Prof fauzi.
Mitigasi bencana dimulai dari pengadaan infrastruktur yang tahan bencana, jalur evakuasi yang efektif serta lokasi pengungsian yang layak. Tidak hanya itu, mitigasi bencana dapat dilakukan dengan pengembangan teknologi pangan yang aman, sehat, dan praktis.
“Kita belajar dari Jepang. Jepang adalah negara rawan bencana, maka masyarakat benar-benar dipastikan mengerti apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Begitu pun penyediaan teknologi pangan yang memadai sehingga sesuai untuk dikonsumsi oleh para penyintas bencana,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Prof Fauzi menyampaikan empat langkah untuk memperkuat ketahanan Indonesia terhadap ancaman bencana. Pertama adalah mulai membaca pola dan sebab-akibat dari bencana secara komprehensif dan sistematis, dan tidak menggap bencana sebagai takdir semata. Kedua, pada perencanaan pembangunan seharusnya aspek bencana masuk ke dalam perencanaan pembangunan yang komprehensif dari pendanaan sampai adopsi kinerja pembangunan yang mengadopsi ekonomi kebencanaan pada semua tingkatan.
Ketiga, mengubah mindset dari growth mindset ke pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Pembangunan yang hanya bertumpu pada pertumbuhan sering menimbulkan fenomena “broken window fallacy.” Fenomena ini merupakan fenomena dimana ketika terjadi bencana pemerintah banyak mengeluarkan anggaran dan dianggap sebagai menggerakkan ekonomi.
Keempat, terkait kesiapan adaptasi masyarakat yakni memastikan masyarakat Indonesia mengerti apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana. Masyarakat yang siap menghadapi bencana tidak hanya dapat menolong diri sendiri tetapi juga orang-orang di sekitarnya. (SWP/RA)
ADVERTISEMENT
Keyword : Bencana, Ekonomi Sumberdaya Lingkungan, Mitigasi, dosen IPB University
Kategori: SDGs-9, SDGs-13, SDGs-11