Guru Besar IPB University: Kedaulatan Mulut Bisa Tekan Impor

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
26 Agustus 2019 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
#Guru Besar IPB University: Kedaulatan Mulut Bisa Tekan Impor
Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB University, Prof Ahmad Sulaeman menyatakan bahwa salah satu pilar utama gizi seimbang yaitu dengan mengkonsumsi beraneka ragam pangan. Tidak ada satu komoditas pangan tunggal pun yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan mencukupi.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Prof Sulaeman dalam The 5th Strategic Talks di Kampus Dramaga, Bogor (9/8). Acara yang digelar oleh Direktorat Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis (DPIS) IPB University ini mengangkat tema “Strategi Diversifikasi, Mutu dan Keamanan Pangan dalam Upaya Pemenuhan Gizi Seimbang”.
Menurut Prof Sulaeman, upaya menganekaragamkan jenis pangan yang dikonsumsi hendaknya mencakup pangan sumber energi dan zat gizi sehingga kebutuhan akan pangan dan gizi dapat terpenuhi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
“Pangan merupakan komoditas strategis dan indikator kedaulatan pangan. Hal ini merupakan urgensi utama dari diversifikasi pangan. Selain itu penganekaragaman pangan juga diperlukan sebagai pilar penting yang menunjang ketahanan pangan. Untuk mencapai kedaulatan pangan, perlu adanya kesadaran untuk berkedaulatan, salah satunya kesadaran bahwa kita memiliki kedaulatan mulut. Kedaulatan mulut Bangsa Indonesia dapat menangkal banjirnya impor produk, karena melalui kedaulatan tersebut kita dapat menentukan makanan apa yang masuk ke dalam mulut. Di sinilah diperlukan prioritas untuk mengutamakan mengkonsumsi pangan lokal terutama dari petani setempat. Kita perlu belajar dari Korea Selatan terkait kedaulatan mulut ini, karena mereka sangat mengutamakan makanan dari produk lokal,” ujar Prof Sulaeman.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Prof. (Em) Dr. Ir. Tien R Muchtadi, MS juga mengatakan bahwa peningkatan penduduk yang drastis menjadi indikasi pesatnya pertumbuhan pasar dalam negeri Indonesia. Semakin banyak jumlah penduduk maka tingkat konsumsi juga akan meningkat. Akibatnya, permintaan pangan juga akan semakin tinggi.
“Untuk itu, inovasi dan penerapan teknologi untuk menunjang diversifikasi pangan menjadi sangat penting. Daya dukung teknologi yang dapat dilakukan diantaranya yaitu bionanoteknologi, precision farming, biocyclofarming dan teknologi iradiasi. Teknologi tersebut sudah banyak dilakukan, namun belum muncul ke permukaan,” tutur Prof Tien.
Prof Tien prihatin melihat kondisi masyarakat Indonesia saat ini yang lebih cenderung membeli produk pangan dengan brand luar atau produk impor. Tantangan bagi Indonesia saat ini tidak hanya diversifikasi untuk meningkatkan produktivitas namun juga diversifikasi produk akhir. Oleh karena itu perlu adanya roadmap diversifikasi pangan pokok, mulai dari hulu hingga hilir.
ADVERTISEMENT
“Inovasi di sisi penjualan produk juga diperlukan sehingga mudah diterima oleh masyarakat. Contohnya dengan melibatkan orang sosial untuk strategi penjualan dan pemasaran produk. Olahan pangan Indonesia seperti yang bersumber dari ubi dan jagung harus dikemas sedemikian rupa agar lebih menarik bagi masyarakat khususnya generasi muda. Saya berharap program Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) yang pernah dilakukan di Indonesia dapat dilanjutkan kembali,” imbuhnya.
Selain isu pangan, kegiatan ini juga membahas tentang isu stunting. Dosen Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University, Dr Ir Wini Trilaksani mengatakan bahwa salah satu rumusan penting dalam penurunan stunting yaitu dengan peningkatan produksi dan diversifikasi pangan tidak hanya dari pertanian, namun juga sektor perikanan, peternakan dan kelautan.
ADVERTISEMENT
“Kondisi masyarakat saat ini di beberapa daerah perikanan masih banyak keluarga nelayan yang lebih memilih menjual ikan yang mereka tangkap dibandingkan dikonsumsi. Ini menggambarkan kurangnya minat masyarakat dalam mengkonsumsi ikan. Di tahun 2019 ini, kedaulatan pangan ikan dapat diraih dengan target konsumsi ikan Indonesia sebesar 52 kilogram per kapita per tahun,” ujarnya.
Dr Wini juga menegaskan bahwa strategi diversifikasi bidang perikanan merupakan kunci penting dalam kedaulatan pangan ikan yaitu melalui implementasi Blue Economy. Aspek penting dalam Blue Economy diantaranya yaitu dengan pengolahan kembali limbah industri (hasil samping) produksi perikanan sehingga ada nilai yang ditambahkan dan memiliki harga jual yang tinggi. Selain itu, pemanfaatan bahan baku semaksimal mungkin dan juga usaha untuk mengurangi limbah yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
“Jika Blue Economy bisa diterapkan maka perikanan Indonesia bisa menjadi lebih kompetitif,” imbuhnya.(**/Zul)
Keyword: Kedaulatan Mulut, Blue Economy, Gizi Seimbang, Stunting, Kedaulatan Pangan, IPB University