Halal Bi Halal P2SDM IPB Bahas Perspektif Islam Terkait Pandemi COVID-19

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
30 Mei 2020 7:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Halal Bi Halal P2SDM IPB University Bahas Perspektif Islam Terkait Pandemi COVID-19
zoom-in-whitePerbesar
Halal Bi Halal P2SDM IPB University Bahas Perspektif Islam Terkait Pandemi COVID-19
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pusat Pengembangan Sumberdaya Manusia (P2SDM) IPB University menggelar Halal Bi Halal online dengan para staf dan stakeholder. Halal bi halal yang bertemakan "Hikmah Ramadhan dan Pandemi COVID-19" ini menghadirkan Dr Budi Hendrianto, selaku Tenaga Ahli P2SDM dan Sekretaris Program Studi Doktor Pendidikan Islam Universitas Ibnu Khaldun, Bogor, (28/5).
ADVERTISEMENT
Dr Budi dalam penjelasannya menyampaikan beberapa perspektif ulama-ulama besar Islam dunia terkait adanya wabah penyakit COVID-19. Dalam perspektif Islam, penyakit itu bala', musibah, fitnah, azab, rijz. Kuman, bakteri, protozoa, virus, fungus, dan sebagainya itu merupakan mahluk hidup ciptaan Allah. Meskipun melalui tangan/hasil perbuatan manusia, hal itu sendiri tertulis dalam alquran yang berbunyi bima kasabat aydin-nas.
“Mengacu referensi ulama klasik, penyakit bisa merupakan ujian, makna lughotan. Dalam ayat-ayat Al Quran juga mengenal bala yaitu pada Surat al Mulk. Bala bersinonim dengan fitnah, fitnah asal fathonah, menguji. Sementara fitnah dipadankan dengan bala,” ujarnya.
Menurutnya, ulama-ulama saintis muslim pada jaman dahulu sudah mengenal wabah. Dalam sejarah terjadi beberapa kali. Ibnu Hazar al Asqalani, pemuka ahli hadis, al hafidz, ulama dengan satu juta hadist, menuliskan bagaimana memberi bantuan kepada orang yang terkena Thaun pada abad 14 masehi.
ADVERTISEMENT
“Dalam Islam alwaba disebut penyakit menyeluruh atau disebut juga thoun, penyakit mematikan, akut. Kita saat ini ada dalam keduanya. Thoun penyakit menular yang mematikan menyebar meluas. Sehingga dalam ilmu fiqih, pendapat mayoritas ulama, ketika terjadi wabah dilarang lari. Pertimbangannya tidak ada gunanya lari, bencana sudah jelas tidak mungkin dihindari. Menyelamatkan diri dengan cara yakin dan tawakal kepada Allah,” ujarnya.
Dalam Kitab Imam Nawawi menyebutkan perkataan Amar bin Ash, penduduk agar dipisah semua, tinggal di bukit-bukit atau dikenal sekarang dengan isolasi. Perspektif fiqih, di masa itu, umat agar mengamalkan kunut nazila, juga diadakan sholat khusus, istisqo.
Dalam riwayat Imam Ahmad, meninggal karena thoun dinilai senilai dengan syuhada. Dari Asyiah ra bahwa wabah azab hukuman, namun Allah memberikan rahmat. Barang siapa mendapati di negerinya ada penyakit, serta mampu bersabar dan meninggal dunia, baginya pahala seperti gugur di medan perang.
ADVERTISEMENT
Sementara Ibnul Qoyim menyebutkan ketika ada wabah, yang dilakukan adalah mengisolasi diri, jaga kesehatan, jangan hirup udara yang tercemar, jangan mendekat dengan orang yang terkena (social distancing), yakin takdir Allah dan harus hati-hati jangan sampai membinasakan diri.
Dalam hadis lain, Islam sangat menjunjung tinggi kesehatan bahkan adab dalam bersin pun diatur dimana bersin harus ditutup.
“Selain itu terkait kesehatan, hadis Riwayat Muslim juga menyebutkan agar menutup bejana-bejana pada suatu malam dalam satu tahun, karena penyakit akan masuk. Inilah saatnya kita jawab tantangan. Banyak bersyukur, berbuat baik, berzikir sebanyak-banyaknya. Infaq yang kita berikan meredakan murka Allah SWT, juga menghapus dosa, sebagaimana air memadamkan api,” terangnya.
Menurutnya, ada hikmah pandemi di saat puasa ramadhan. Yakni musibah menjadi sarana muhasabah, instrospeksi diri seperti kepompong menjadi kupu-kupu yang indah, sarana meningkatkan ibadah. Dengan puasa Ramadhan akan menambah kemampuan menahan diri, sehingga tidak rentan terhadap penyakit.
ADVERTISEMENT
“Adanya the new normal, dapat diartikan bahwa kenormalan baru dalam diri kita, jasad dan jiwa kita, makan teratur, sehat, disiplin waktu, positive thinking, dan tidak berbuat maksiat,” tandasnya.
Acara dimoderatori oleh Ketua Divisi Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat P2SDM, Dr Ir Yannefri Bakhtiar, MSi. (dh/Zul)
Keyword : Budi Hendrianto, P2SDM IPB University, COVID-19, Yannefri Bakhtiar