IPB Gelar Diskusi Buah Pikir Perempuan untuk Perikanan Tangkap Indonesia

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
11 Mei 2022 10:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Departemen PSP IPB University Bekerja Sama dengan FK2PT Gelar Diskusi Buah Pikir Perempuan untuk Perikanan Tangkap Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Departemen PSP IPB University Bekerja Sama dengan FK2PT Gelar Diskusi Buah Pikir Perempuan untuk Perikanan Tangkap Indonesia
ADVERTISEMENT
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University bekerjasama dengan Forum Kemitraan Konsorsium Perikanan Tangkap (FK2PT) mengadakan diskusi FK2PT Seri 4 secara daring. Diskusi mengambil tema “Buah Pikir Perempuan untuk Perikanan Tangkap Indonesia.” Diskusi ini dalam rangka memberikan apresiasi yang tinggi kepada para perempuan di bidang perikanan tangkap.
ADVERTISEMENT
Dr Yopi Novita, sebagai moderator mengawalinya dengan sejarah perjuangan perempuan. "Sebenarnya masih banyak pahlawan wanita Indonesia lainnya, diantaranya R Dewi Sartika, yang juga adalah tokoh perintis pendidikan untuk kaum wanita, " ungkapnya. Ketua Program Studi Pascasarjana Teknologi Perikanan Laut IPB University itu menjelaskan, jauh sebelum lahirnya Kartini, Martha Christina Tiahahu, seorang pahlawan wanita telah ikut berjuang di medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam Perang Pattimura tahun 1817. Kemudian Cut Nyak Dhien, sekitar tahun 1880an.
Dr Yopi menambahkan, dunia perikanan, identik dengan lapang. Namun hal ini tidak menyurutkan nyali para kartini perikanan. Di antara wanita-wanita hebat itu, katanya, adalah para narasumber yang akan dihadirkan pada pagi hari ini.
ADVERTISEMENT
Prof Tri Wiji Nurani, dosen IPB University dari Departemen PSP yang juga Sekretaris FK2PT, dalam sambutannya mengatakan, RA Kartini yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara telah membuka jalan bagi perempuan-perempuan Indonesia dari kegelapan menuju jalan yang terang benderang. Ia menjelaskan, sosok RA Kartini telah menjadi figur dalam kesetaraan gender, kesamaan hak untuk didengar, dan kemandirian untuk tidak selalu bergantung pada orang lain. Meskipun demikian, kesetaraan ini tentu saja tidak mengingkari akan kodratnya sebagai perempuan.
Guru Besar FPIK IPB University ini menambahkan, perikanan tangkap mencakup banyak aspek yaitu dari sumberdaya ikan, teknologi penangkapan ikan, kapal, alat tangkap, sumber daya manusia, faktor lingkungan lain dan pengelolaan.
Dr Marcelien Djublina Ratoe Oedjoe, dosen FPIK Universitas Nusa Cendana (Undana), pada pemaparannya menerangkan tentang Peran Perempuan dalam Budidaya Rumput Laut untuk Meningkatkan Ekonomi Keluarga. Ia mengatakan, kesetaraan dan keadilan gender mengacu pada konstruksi sosial budaya yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam masyarakat. Ia menyebut, saat ini sudah ada kesetaraan dan keadilan gender dimana terlihat dari nilai Indeks Pembangunan Gender (IPG) dan angka harapan hidup perempuan yang semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, perempuan melakukan peran ganda pekerjaan domestik dan produktif dalam budidaya rumput laut, namun dalam hal-hal tertentu keberadaan perempuan masih diabaikan. Menurutnya, perubahan perlu dilakukan, ia menyoroti, disini pentingnya pendidikan untuk perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai pada individu, kelompok dan masyarakat.
Prof Aristi Dian Purnama Fitri, Wakil Dekan FPIK Universitas Diponegoro, menyampaikan tentang Ilmu Eto-Ekofisiologi Ikan sebagai Basis dalam Pengembangan Alat Tangkap. Ia menerangkan, keilmuan Eto-Fisiologi telah banyak dimanfaatkan untuk pengembangan alat tangkap dan alat bantu yang ramah lingkungan.
“Teknologi penangkapan ikan dikembangkan dengan memanfaatkan tingkah laku ikan. Ikan memiliki tingkah laku yang berbeda, terkait dengan respons dan sifat karakteristik fisiologi ikan (organ penglihatan, penciuman, pendengaran dan elektromagnetik) dalam lingkungan laut seperti suhu, salinitas, dan lainnya,” kata Prof Aristi.
ADVERTISEMENT
Ia memberikan contoh beberapa alat tangkap dan alat bantu penangkapan ikan yang dimodifikasi dengan memanfaatkan Eto-fisiologi ikan. Modifikasi teknologi dilakukan dalam rangka mengefektifkan untuk jenis ikan yang dituju dan menghindari ikan yang dilindungi. Ia menyebut, perempuan bisa turut berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan tangkap.
Putuh Suadela, MESM, Koordinator Pengelolaan Zona Eksklusif Ekonomi Indoneia (ZEEI) dan Laut Lepas Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memaparkan materi Partisipasi Indonesia di Regional Management Fisheries Organization (RMFO). Putuh banyak berperan aktif sebagai delegasi Indonesia di RMFO. Ia menyebut, keikutsertaan Indonesia di RMFO menjadi penting untuk memperjuangkan hak-hak Indonesia terkait dengan perikanan tuna Indonesia.
Konvensi UNCLOS 1982 mengamanatkan, pemanfaatan spesies beruaya jauh yaitu ikan tuna dan sejenisnya wajib dilakukan melalui kerjasama internasional. Konvensi tersebut memutuskan bahwa negara bukan anggota RMFOs tidak berhak untuk memanfaatkan ikan tuna. Indonesia sendiri telah menjadi anggota penuh di Indian Ocean Tuna Commission, Western and Central Pacific Fisheries Commission, Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna; dan cooperating non-members di Inter-American Tropical Tuna Commission.
ADVERTISEMENT
Dr Ersti Yulika Sari, Dekan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) membawakan materi tentang Memberi Peran Perempuan di Pengembangan Perikanan Tangkap Berkesinambungan Berbasis Kepulauan. Ia menyebut, selama ini peran perempuan isteri-isteri nelayan masih kurang. Menurutnya, peran perempuan perlu ditingkatkan melalui perubahan secara perlahan terhadap pemahaman lama (budaya chauvinistic) dan peningkatan pengetahuan.
“Perempuan dapat berperan penting dalam pemulihan ekonomi keluarga melalui keterlibatannya dalam proses produksi. Perempuan juga dapat berperan penting dalam pengambilan keputusan, pengelolaan keuangan, penentuan target tangkapan, penentuan harga dan keputusan strategis lainnya,” pungkas Dr Ersti. (*/RA)