IPB Mengajar Didik Siswa tentang Pertanian Sejak Dini

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
6 Maret 2019 14:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
M. Rasyid Mahasiswa IPB Penerima Penghargaan Asia Speaks
M. Rasyid, Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan pengetahuan pertanian melalui program IPB Mengajar dengan mengusung judul “IPB Mengajar: Developing the Knowledge, Skills and Mindset of Children to Further Food Security” saat presentasi dalam acara ASIA Speak Chapter Indonesia.
ADVERTISEMENT
M. Rasyid, salah satu mahasiswa yang memberikan kontribusi pemikiran dalam kegiatan tersebut. Rasyid mengatakan latar belakang Program IPB Mengajar. Rasyid melihat kurangnya paparan pendidikan pertanian dan dorongan di tingkat pendidikan awal. Selain itu, intervensi awal pendidikan memiliki dampak jangka panjang pada anak-anak. “Itu sebabnya sampai sekarang kita sering mengingat apa yang guru sekolah dasar kita ajarkan di masa lalu, baik itu lagu anak-anak, atau hanya rumus matematika sederhana. Ini disebabkan fakta bahwa anak-anak memperoleh kepercayaan tentang sifat-sifat kognisi yang terkait dengan individu, yang dapat mempengaruhi kognitif hingga dewasa. Oleh karena itu, paparan pendidikan pertanian penting untuk diberikan sejak awal pendidikan yaitu tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama untuk menciptakan pola pikir yang baik tentang pertanian,” papar Rasyid.
ADVERTISEMENT
Menurut Rasyid, dengan menjadi sukarelawan melalui IPB Mengajar bisa menjadi solusi nyata untuk memberikan pendidikan pertanian kepada siswa muda sejak dini. “Saya bergabung dengan IPB Mengajar dua tahun lalu sebagai guru sukarela untuk Program Pendidikan Minggu di Sekolah. Saya dan sebelas guru terpilih lainnya ditugaskan untuk tinggal di desa di Bogor selama tiga minggu dan membantu para guru di sana. Selain mengajar pelajaran sekolah reguler, kami juga melakukan beberapa program terkait pertanian seperti Agriedu dan Kelas Inspirasi. Dalam program Agriedu, kami memperkenalkan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk belajar pertanian. Sebagai contoh, kami membuat pot gantung keren dan prototipe sistem penanaman hidroponik. Kami juga mencoba membuat singkong dan susu kedelai yang difermentasi,” jelas Rasyid.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut kata Rasyid, untuk siswa di kelas bawah, sukarelawan menyanyikan lagu pertanian yang menyenangkan di sepanjang kegiatan. Melalui kegiatan semacam ini, siswa dapat terlibat dalam pengalaman langsung yang memberi mereka sesuatu yang "nyata" untuk dipikirkan dan didiskusikan dengan teman dan orang tua mereka. Dengan jenis pengalaman "konkrit" dengan materi dan manusia, anak-anak secara bertahap mulai membentuk konsep abstrak. “Menciptakan citra yang baik dari kegiatan pertanian adalah tujuan utama kami dalam melakukan program Agriedu. Sementara di Kelas Inspirasi, kami membuat sedikit pertunjukkan tentang profesi dan impian di masa depan. Kami mendemonstrasikan beberapa profesi seperti ilmuwan, pengacara, pilot,” urai Rasyid.
Lebih lanjut Rasyid mengatakan, lebih penting lagi, kami memberikan penekanan ketika mendemonstrasikan petani modern dengan menunjukkan video keren tentang petani sukses yang memiliki lahan pertanian luas dan teknologi pertanian tinggi. Kami mengajarkan bahwa tanpa petani, orang tidak bisa membuat makanan sendiri. Sebelum pertunjukkan dimulai, kami bertanya kepada siswa apa yang mereka inginkan di masa depan. Sebagian besar dari mereka ingin menjadi dokter, polisi, atau guru. Keluaran sederhana yang kami capai dengan sukses dari program ini adalah, setelah pertunjukkan, beberapa siswa dengan bangga dapat mengangkat tangan mereka dan menjawab: "Saya ingin menjadi petani modern" jika ditanya apa yang mereka inginkan di masa depan. Dengan demikian, kami berharap kami dapat menciptakan pola pikir sejak dini bahwa pertanian bisa menjadi sektor yang menjanjikan di dunia modern ini,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Rasyid, untuk menciptakan pola pikir yang kuat, tahan lama, dan tersebar luas tentang menjadi petani modern membutuhkan kolaborasi yang baik dari beberapa pemangku kepentingan terkait seperti pemerintah dapat membuat program dorongan pertanian lainnya untuk siswa muda di sekolah dasar, tidak hanya di tingkat sekolah menengah dan pendidikan tinggi untuk memaksimalkan cakupan area. Kedua, pengusaha atau perusahaan dapat memberikan Corporate Social Responsibility untuk mendukung program sukarela seperti yang dilakukan IPB Mengajar untuk memperkenalkan pertanian secara kreatif. Kemudian komunitas atau organisasi sosial juga dapat berkolaborasi untuk menciptakan program sukarela pertanian yang lebih terorganisir dan ditujukan bagi siswa muda.
Ia menyampaikan semakin besar gerakan yang dibuat, semakin baik hasilnya. Kemudian masyarakat lokal juga harus mendukung program pertanian atau sukarela di daerah mereka dengan menyediakan infrastruktur yang diperlukan, atau dukungan moral kepada sukarelawan. Terakhir, sekolah juga dapat mengambil bagian dengan membuat program serupa dalam kurikulum, dan memfasilitasi siswa mereka untuk secara langsung mengalami kegiatan pertanian kreatif. (dh/ris)
ADVERTISEMENT
Kata Kunci: IPB Mengajar, Agriedu, Kelas Inspirasi, Asia Speak