IPB University dan Universiti Malaysia Terengganu Bahas Perikanan dan Kelautan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
27 November 2020 8:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
IPB University dan Universiti Malaysia Terengganu Bahas Perikanan dan Kelautan
zoom-in-whitePerbesar
IPB University dan Universiti Malaysia Terengganu Bahas Perikanan dan Kelautan
ADVERTISEMENT
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University bersama Universiti Malaysia Terengganu (UMT) menggelar seminar internasional secara daring, 24/11. Seminar kali ini membahas mengenai ilmu perairan dan manajemen sumber daya, teknologi perikanan tangkap, dan ilmu kelautan.
ADVERTISEMENT
Dr Fery Kurniawan, Dosen IPB University dari Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan membahas mengenai pendekatan sistem sosial-ekologi dalam manajemen sumber daya akuatik. Ia juga membahas mengenai pentingnya belajar manajemen sumber daya dari pulau-pulau kecil.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pendekatan social-ecological system (SES) dalam manajemen di pulau-pulau kecil digunakan untuk mengidentifikasi beberapa hal. Termasuk di dalamnya adalah indikator penting serta mengukur interaksi intersistem bagi peningkatan efektivitas dan efisiensi manajemen.
Berdasarkan studi kasus di Kepulauan Gili Matra dan Pulau Tidung ditemukan bahwa terdapat beberapa indikator yang mempengaruhi sistem sosial dan ekologinya. Indikator tersebut meliputi jumlah agensi travel, jumlah turis, dan jumlah karyawan dalam industri pariwisata.
Dari sisi ekologi, indikator tersebut mempengaruhi nilai CWQI (Canadian Water Quality Index) dari aktivitas pariwisata perairan, proporsi área akomodasi pariwisata, dan proporsi kawasan pemukiman. Hubungan antara sistem ekologi dan sosial tersebut cenderung dinamis.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa periode ke depan, SES dapat menjadi kondisi yang paling tidak diinginkan. Sehingga, evaluasi upaya pengelolaannya mesti didasarkan pada indikator dan faktor yang paling berkontribusi dalam SES. Termasuk di dalamnya yakni perencanaan tata ruang laut bagi sistem ekologi. Upaya tersebut dilakukan untuk menghindari ketidakseimbangan antara pariwisata yang intensif dan perlindungan lingkungan.
Sementara, Dr Mochammad Riyanto, Dosen IPB University dari Departemen Pemanfaatan Sumber Daya Perairan menyampaikan topik mengenai praktik light fishing. Light fishing adalah Penggunaan cahaya sebagai alat bantu penangkapan atau umpan pada ikan biasa, umumnya cumi-cumi.
Saat ini, penggunaan sumber daya dalam praktik light fishing dengan metode squid jigging, boat lift net, maupun lift net “bagan” dinilai tidak efektif dan cenderung boros energi. Selain dapat meningkatkan emisi karbon dan konsumsi bahan bakar, praktik tersebut juga dapat mempengaruhi biodiversitas di dalam laut.
ADVERTISEMENT
Peralihan penggunaan lampu konvesional menjadi LED dinilai dapat memberikan efek yang baik dari segi desain, efisiensi energi, hingga lingkungan. Salah satunya adalah dapat menekan biaya operasional dengan penghematan energi. Di samping itu, pengembangan manipulasi cahaya hingga pengendalian perilaku ikan tangkap juga menjadi lebih mudah. Inovasi tersebut diharapkan dapat mengembangkan teknologi perikanan yang bersifat eko-harmonis tanpa pemborosan energi.
Adapun Dr Hawis H Madduppa, Dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan menyampaikan mengenai teknologi e-DNA bagi keperluan biomonitoring di masa depan. Teknologi tersebut dapat berguna bagi penelitian biodiversitas laut seperti untuk penentuan spesies lokal, terintroduksi dan invasif. Selain itu, teknologi e-DNA juga berguna dalam deteksi awal organisme laut, pemetaan hotspot biodiversitas laut, dan analisis food web.
ADVERTISEMENT
Teknologi eDNA tersebut telah diaplikasikan pada penelitian biodiversitas di Pulau Harapan, Pulau Untung Jawa, dan Tanjung Priuk. Teknologi tersebut digunakan dalam penentuan komposisi filum hingga identifikasi spesies introduksi dan invasif. Kelebihan dari teknologi tersebut yakni dari segi penghematan waktu sampling dan biaya, dapat mendeteksi spesies langka yang dilindungi, memonitor biodiversitas total, hingga mengestimasi kelimpahan dan distribusi suatu spesies. Di masa depan, teknologi tersebut dapat diterapkan dalam peningkatan basis data bagi taksonomi yang lebih akurat.
Wilayah timur Indonesia seperti Raja Ampat dan pulau-pulau terpencil lain memiliki diversitas unik yang perlu dilindungi. Dengan teknologi DNA barcoding dan eDNA metabarcoding dapat memberikan informasi pelengkap dasar yang berharga.
“Tentunya dengan didukung oleh beberapa tindakan seperti membandingkan data kelimpahan pada titik waktu berbeda dan menginvestigasi hubungan antar populasi. Selain itu, penting untuk membandingkan hasil eDNA dengan ikan tangkap dan data sensus visual bawah laut,” pungkasnya. (MW/RA)
ADVERTISEMENT
Keyword : FPIK IPB University, sektor perikanan, teknologi kelautan, DNA barcoding, e-DNA, dosen IPB
Kategori: SDGs-14, SDGs-9