Keluhkan Kegagalan Kawin Suntik Sapi Bali, Mahasiswa KKN-T IPB Beri Penjelasan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2022 13:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peternak Keluhkan Kegagalan Kawin Suntik pada Sapi Bali, Mahasiswa KKN-T IPB University Beri Penjelasan
zoom-in-whitePerbesar
Peternak Keluhkan Kegagalan Kawin Suntik pada Sapi Bali, Mahasiswa KKN-T IPB University Beri Penjelasan
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, peternak sapi bali di Dusun Penangkidan mengeluhkan kegagalan dalam kawin suntik. Tidak tanggung-tanggung bahkan satu ekor sapi bisa sampai 1 hingga 5 kali melakukan kawin suntik tapi masih belum berhasil.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkap Komang Astawa, Kepala Dusun Penangkidan belum lama ini. Menjawab permasalahan itu, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) IPB University Desa Bunga Mekar, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali melaksanakan kegiatan sosialisasi terkait 'Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan Kawin Suntik pada Sapi Bali'.
Kegiatan disusun berdasarkan hasil survei dan diskusi dengan beberapa kepala dusun di Desa Bunga Mekar terkait permasalahan yang dihadapi saat ini. Sosialisasi dihadiri oleh belasan peternak di Balai Banjar Dusun Penangkidan.
Muhammad Baharudin Yusuf, mahasiswa IPB University dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) dalam kesempatan itu menerangkan, banyak kegagalan saat inseminasi buatan pada sapi Bali di Dusun Punangkidan disebabkan banyak faktor. Antara lain dari kualitas semen beku, ketepatan deteksi birahi, kondisi resipien, keterampilan inseminator.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hasil tanya jawab yang dilakukan ketika sosialisasi, Yusuf mendapati dua permasalahan utama mengapa kawin suntik yang dilakukan terus mengalami kegagalan. Pertama adalah faktor pakan dan faktor waktu pelaporan deteksi birahi.
“Pakan yang diberikan sangat mempengaruhi keberhasilan kawin suntik. Alangkah baiknya sapi tidak hanya diberikan makanan berupa hijauan saja tapi perlu penambahan konsentrat dan protein lainnya. Ternak yang kekurangan protein menyebabkan timbulnya birahi yang lemah,” jelas Yusuf.
Ia menambahkan, faktor yang paling penting lainnya adalah mendeteksi birahi. Pada waktu kawin suntik, ternak harus dalam keadaan birahi. Karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka sehingga peluang terjadinya kebuntingan semakin besar.
“Oleh karena itu peternak diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa). Pengamatan birahi harus dilakukan minimal dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari, sehingga paling tidak dapat terdeteksi permulaan birahi dan masih terlihat akhir berahinya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, mahasiswa IPB University dari Fakultas Peternakan, Desky Novytasary menuturkan, inseminasi Buatan (IB)/Kawin Suntik adalah suatu teknik untuk memasukkan sperma atau semen ternak jantan yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun', jadi bukan secara alami.
“Sebagian besar peternak memanfaatkan cara ini untuk menunjang keberhasilan dalam beternak terutama ternak sapi. Lebih menghemat biaya jika dibandingkan dengan cara alami. Tujuan kawin suntik adalah untuk memperbaiki mutu genetika ternak, mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul, meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur, serta menghindari penularan penyakit kelamin pada sapi,” terangnya.
Desky berharap, ilmu yang didapatkan selama di perkuliahan dapat diterapkan untuk membantu masyarakat Desa Bunga Mekar, khususnya Dusun Penangkidan dalam beternak sapi bali,” imbuhnya. (AMR/Rz)
ADVERTISEMENT