Kepala LPPM IPB University Bangga Unit Desa Presisi Membawa Perubahan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
21 Mei 2021 8:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kepala LPPM IPB University Bangga Unit Desa Presisi Membawa Perubahan dan Menggetarkan Banyak Kalangan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala LPPM IPB University Bangga Unit Desa Presisi Membawa Perubahan dan Menggetarkan Banyak Kalangan
ADVERTISEMENT
Garbage in garbage out, ungkapan tersebut digunakan Dr Ernan Rustiadi ketika mengungkap problem utama Indonesia yang salah dari segi pendataan. “Pendekatan atau program pembangunan tidak berjalan dengan baik, tidak efektif karena ternyata awalnya sudah salah informasinya, " ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University ini juga mengurai kesalahan tersebut yakni, ketika salah mengidentifikasi masalah, maka juga salah membuat rencana dan tindakan.
Menurut Pakar Perencanaan dan Pengembangan Wilayah tersebut, penyebab utamanya karena datanya salah. Pernyataan ini disampaikannya dalam acara Halal bi Halal UDP bersama Kepala LPPM IPB University di Sekretariat Unit Desa Presisi (UDP) Kampus IPB University, (19/5).
Dalam hal perencanaan, ia juga memperkenalkan buku Teori Perencanaan: Mazhab & Praktik Perencanaan Pengembangan Wilayah (2021) yang ditulisnya bersama Dr Galuh Syahbana Indraprahasta dan Setyadi Pratika Mulya.
Pada acara tersebut, Dr Ernan Rustiadi memberi penghargaan khusus untuk mereka yang beraktivitas dalam Data Desa Presisi (DDP). “Saya menyadari betul Unit Desa Presisi IPB University ini membawa pembaharuan dan ini menurut saya cukup menggetarkan banyak kalangan. Kalangan yang dimaksud tersebut yang menjadikan dana desa sebagai sumber rente yang tidak habis-habisnya. Untuk itu saya merasa perlu berkenalan lebih lanjut dengan personil-personil UDP yang telah mewujudkan gagasan Dr Sofyan Sjaf yang diusahakannya sejak 2014 silam,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Ada La Elson, sosok yang paling pertama mengimplementasikan gagasan tersebut ke ranah riil mengungkapkan upaya yang dimulai di Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) LPPM IPB University. Diawali antara lain dengan penggunaan drone pada area yang masih terbatas, hingga pengolahan citra satelit dengan cara manual dalam hal digitasi.
Selanjutnya kemudian muncul Merdesa Apps yang digarap I Made Godya Aditya yang pertama kali digunakan di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Pengembangan selanjutnya yakni adanya Merdesa Super Apps yang dikembangkan Muhammad Iqbal, yang menurutnya merupakan satu aplikasi untuk berbagai macam ide yang bisa dikeluarkan DDP antara lain untuk deep learning.
Sri Anom Amongjati yang banyak menangani operasional sensus DDP, optimis bisa meningkatkan peran para pemuda desa untuk berpartisipasi dalam DDP. Sedangkan Ahmad Aulia Arsyad yakin bisa mengembangkan data sains dalam DDP, yang salah satu urgensinya dalam bentuk implementasi data pengukuran Sustainable Development Goals (SDGs) Desa.
ADVERTISEMENT
Dr Sofyan Sjaf mengungkap histori yang melandasi gagasannya membuat DDP tersebut,
“Apa yang dilakukan hari ini tidak terjadi begitu saja, tapi punya landasan masa lalu. Bapak Sosiologi Pedesaan Indonesia Prof Sayogyo, yang pernah membuat karya klasik “Modernization without Development in Rural Java (1973)” tentang kritik evaluatif terhadap Revolusi Hijau. Beliau pernah membuat ukuran tentang kemiskinan yang dikenal sebagai “Garis Kemiskinan Sayogyo”. Dari sini kami berupaya mengelaborasi gagasan mantan Rektor IPB University periode 1965-1966 tersebut di bidang agraria, kemiskinan, dan pedesaan. Lalu terbentuklah DDP, ” terang salah satu pendiri Sayogyo Institute (Sains) ini.
Melihat upaya yang dilakan Dr Sofyan dan tim, Dr Ernan Rustiadi memberikan penghargaan sebesar-besarnya pada Tim UDP yang berani mengambil tantangan penuh risiko. Ia juga salut pada upaya kepemimpinan Dr Sofyan Sjaf yang begitu kuat dalam memberikan dasar-dasar sistem nilai yang baik, sehingga semua bisa bekerja dengan tekun.
ADVERTISEMENT
“Ke depan, ada empat poin penting yang perlu dilakukan yakni tentang konektivitas dalam Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT), dalam hal ini tentang lokasi KKN dan wilayah pedesaan yang pernah menjadi area DDP. Saya harap mahasiswa KKNT diperkuat dengan DDP, begitu pula sebaliknya,” tutupnya. (**/Zul)