Mahasiswa IPB Advokasi Ketahanan Pangan di Desa Ciapus

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
6 Maret 2019 14:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Arnita Rodelina Turnip Mahasiswa IPB Berprestasi
Arnita Rodelina Turnip, Mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat advokasi solusi terkait program ketahanan pangan di era perubahan iklim. Dengan mengangkat judul Sustainable Food Security in Developing Country under the Climate change in Indonesia, Arnita menganalisis manajemen peningkatan dan tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan melalui beberapa program kerja sosial bekerja sama dengan Desa Ciapus, Kabupaten Bogor. Hal ini disampaikan Arnita dalam ASIA Speak Chapter Indonesia.
ADVERTISEMENT
ASIA Speak Chapter Indonesia merupakan kegiatan Pemuda Asia yang berusia antara 17 hingga 25 tahun dari sepuluh negara anggota ASEAN dan ASIA. Para peserta diharapkan membuat perubahan dengan menyediakan platform untuk belajar, berkontribusi, dan mengadvokasi solusi untuk menyelesaikan masalah ketahanan pangan dan pemberdayaan pemuda di seluruh Asia.
Beberapa saran Arnita kemukakan dalam upaya ketahanan pangan di era perubahan iklim desa Ciapus, Kabupaten Bogor. Salahsatunya adalah menyarankan agar dapat memprioritaskan pengelolaan penggunaan teknologi tepat guna seperti pengembangan mesin panen dan pascapanen, terutama sistem pengeringan dan penggilingan biji-bijian. “Informasi tentang pertanian terintegrasi, mengingat Indonesia memasuki era industri 4.0. Sebab, sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim yang mempengaruhi pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. Upaya lain yang dapat dilakukan melalui adaptasi tanaman pangan yaitu dengan mengelola sumber daya lahan dan air secara optimal berkelanjutan, mengelola tanaman yang disesuaikan dengan kondisi iklim setempat, menggunakan fasilitas produksi pertanian yang efektif dan efisien, serta menerapkan teknologi pertanian tepat guna yang adaptif,” kata Arnita.
ADVERTISEMENT
Tiga diversifikasi produksi yang akan lakukan Arnita; Pertama, diversifikasi produk pertanian langsung dan tidak langsung di desa Ciapus. Kedua, diversifikasi horissontal yang mengembangkan pertanian komoditas unggulan sebagai "inti bisnis" dan mengembangkan pertanian komoditas yang lain sebagai upaya pelengkap untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, modal, dan tenaga kerja keluarga dan meminimalkan risiko kegagalan bisnis. Ketiga diversifikasi regional yaitu mengembangkan komoditas pertanian unggul spesifik lokasi di area yang luas sesuai dengan agroekosistemnya, dengan demikian mendorong pengembangan pusat-pusat produksi pertanian di desa Ciapus.
“Saya melihat ada kebutuhan untuk sosialisasi kelompok tani atau sekolah lapangan iklim (SLI) untuk memproduksi, memproses dan mengkomunikasikan informasi iklim untuk menentukan sistem pertanian, pola tanam, dan teknologi paling menguntungkan dengan risiko paling kecil,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Juga pentingnya pendekatan agribisnis untuk penguatan ekonomi dan kelembagaan petani di sektor pertanian. Pendekatan ini mengintegrasikan kegiatan hulu dan hilir secara vertikal dan horizontal di berbagai sektor sehingga dapat menciptakan keuntungan yang layak bagi petani.
Selain itu, lembaga agribisnis yang perlu dikembangkan adalah perusahaan milik desa (Bumidesa), Kelompok Tani Gabungan (Gapoktan), Kelompok Tani Wanita (KWT), Asosiasi Petani Pemakai Air (P3A), koperasi dan lembaga keuangan pedesaan, penyedia fasilitas produksi dan infrastruktur, pemasaran hasil pertanian. Lebih lanjut Arnita mengatakan perlu pemberdayaan petugas penyuluh lapangan yang memobilisasi masyarakat dalam kegiatan bersama, membina dan meningkatkan peran masyarakat. “Sementara itu, unit koperasi desa (KUD) memiliki peran membantu petani anggotanya dalam memperoleh kredit, fasilitas produksi, dan peralatan pertanian serta mengakomodasi dan memasarkan hasilnya,” kata Arnita. (dh/ris)
ADVERTISEMENT
Kata Kunci : advokasi ketahahan pangan, IPB Mengajar, sukarelawan, Ciapus