Mahasiswa IPB Raih Best Paper Dalam Konferensi Internasional BioMIC 2021

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2021 16:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mahasiswa Departemen Ilmu Komputer IPB University Raih Best Paper Dalam Konferensi Internasional BioMIC 2021
zoom-in-whitePerbesar
Mahasiswa Departemen Ilmu Komputer IPB University Raih Best Paper Dalam Konferensi Internasional BioMIC 2021
ADVERTISEMENT
Irfan Alghano Khalid, mahasiswa IPB University dari Departemen Ilmu Komputer berhasil mendapatkan Best Paper Award dalam ajang 4th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2021. Gelaran ini diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada, 6/10.
ADVERTISEMENT
Dalam konferensi tersebut, Irfan mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Screening Herbal Compound Candidates for Finding COVID-19 Anti-Inflammatory Drugs Using Deep Semi-Supervised Learning.” Hasil presentasinya itu mendapatkan penghargaan dalam kategori best paper di bidang Bioinformatics and Data Mining Symposium.
Irfan turut merasa senang dan berbangga atas prestasinya tersebut. Hal ini karena konferensi tersebut merupakan konferensi internasional pertama yang diikutinya. Ia pun turut menyampaikan rasa terima kasihnya kepada dosen pembimbing yang terdiri dari Dr Wisnu Ananta Kusuma dan Dr Karlisa Priandana, keduanya adalah Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Komputer.
“Di penelitian saya ini, saya mencari senyawa dari tumbuhan herbal manakah yang dapat mencegah hiperinflamasi ini,” kata Irfan. Mahasiswa IPB University itu juga menyebut, Indonesia memiliki potensi biodiversitas tertinggi setelah Brazil dan Kolombia. Bahkan, ada lebih dari 3000 spesies tanaman berpotensi sebagai agen pengobatan.
ADVERTISEMENT
Dengan latar belakang ilmu komputernya, Irfan memanfaatkan metode AI (Artificial Intelligence) bernama deep learning. Ia menerapkan model Stacked Autoencoders-Deep Neural Network (SAE-DNN) dalam menemukan kandidat obat herbal anti inflamasi COVID-19.
“Secara singkat, dengan deep learning ini saya membangun semacam ‘otak’. Nantinya, otak tersebut digunakan untuk mendeteksi tumbuhan manakah yang memiliki khasiat dalam menyembuhkan hiperinflamasi,” terangnya.
Irfan mengaku, penelitiannya itu turut dibimbing oleh para peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC) IPB University. Proses pembimbingan ini merupakan salah satu kontribusi Trop BRC IPB University dalam mendukung kegiatan akademik mahasiswa. Seperti, menyediakan fasilitas riset dan supervisi. Harapannya dapat menghasilkan paper yang berkualitas dan melibatkan multidisiplin ilmu. (MW)