Pakar Ekonomi Pertanian IPB Ungkap Cara Kurangi Food Waste dan Food Loss

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2022 10:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakar Ekonomi Pertanian IPB University Ungkap Cara Kurangi Food Waste dan Food Loss
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Ekonomi Pertanian IPB University Ungkap Cara Kurangi Food Waste dan Food Loss
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu food loss dan food waste masih menjadi salah satu krisis global yang menjadi kekhawatiran negara. Isu ini turut diangkat dalam pertemuan G20 tahun 2022. Sektor pertanian menjadi penyumbang “sampah pangan” terbanyak.
ADVERTISEMENT
Prof Muhammad Firdaus, Pakar Ekonomi Pertanian dan Dosen IPB University dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen mengatakan di tengah krisis geopolitik seperti saat ini, semakin banyak negara yang menghambat ekspor pangan. Artinya, Indonesia harus semakin mandiri pangan. Di samping itu peluang ekspor semakin terbuka. Ia menilai bahwa olahan pangan seharusnya tidak hanya ditujukan untuk pasar domestik, namun pasar ekspor.
Pengolahan pangan ini juga merupakan upaya mengurangi food loss. Karena faktanya di lapangan, pangan yang terbuang belum sempat diolah kembali karena terlanjur busuk atau over supply.
Di negara-negara Eropa, katanya, kesadaran untuk mengurangi food loss sangat tinggi di tingkat masyarakat. Kampanye terkait isu ini juga sudah sering digaungkan oleh pemerintah. Sementara Indonesia masih menyumbang food waste hingga 20 sampai 30 persen.
ADVERTISEMENT
“Kenyataan ini seharusnya dapat menyadarkan pemerintah Indonesia agar dapat menyiapkan strategi pengurangan food waste,” imbuhnya dalam Webinar Propaktani bertemakan Inovasi Bahan Pangan Produk Lokal yang Layak Konsumsi” yang digelar oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI, (01/08). Menurutnya, olahan pangan dapat dipromosikan sebagai produk healthy soul dan healthy diet. Terutama setelah pandemi, kebiasaan masyarakat mengkonsumsi makanan instan namun tetap menyehatkan jiwa dan tubuh sangat tinggi.
Ia menilai pengolahan pangan adalah bagian paling strategis untuk sektor pertanian di Indonesia. Elastisitas pertanian bernilai inelastis, maka produk seharusnya langsung diolah kembali. Hal ini untuk menghindari kemubaziran pangan akibat terlalu lama disimpan dan terjadi pembusukan. Selain itu untuk menghindari jatuhnya harga pasar.
ADVERTISEMENT
“Pengolahan pangan ini dapat didukung dengan pengembangan atribut produk sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan konsumen dan mengurangi food loss. Metode STP (segmenting, targeting, positioning) juga perlu diterapkan sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan segmen dan target pasar,” ujarnya.
Menurutnya, perhitungan zona fleksibilitas harga juga perlu agar dapat meningkatkan efisiensi biaya produksi. Zona fleksibilitas harga ini dapat diubah dengan meningkatkan nilai WTP (willingness to pay) atau kesediaan konsumen untuk membayar dengan harga tertinggi.
“Mau tidak mau, hal ini hanya dapat dilakukan dengan peningkatan atribut produk,” tambahnya.
Pasar untuk pengolahan produk pangan bukan hanya domestik, tapi juga untuk ekspor. Bila Ditjen Tanaman Pangan dapat fokus dengan makanan berorientasi ekspor, maka hal ini bisa mendukung program pemerintah untuk mengembalikan kejayaan produk pangan Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Pengolahan pangan ini sangat penting untuk sektor pertanian karena akan meningkatkan elastisitas permintaan. Metode STP dimulai dengan pengembangan produk sampai ke kebijakan harga, tidak bisa hanya di satu sisi saja,” tandasnya. (MW/Zul)