Pakar IPB University Sebut Penyakit Mulut dan Kuku Pada Hewan Bukan Zoonosis

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
19 Mei 2022 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakar IPB University Sebut Penyakit Mulut dan Kuku Pada Hewan Bukan Zoonosis
zoom-in-whitePerbesar
Pakar IPB University Sebut Penyakit Mulut dan Kuku Pada Hewan Bukan Zoonosis
ADVERTISEMENT
Adanya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa timur dan beberapa wilayah di Indonesia menyebabkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Pasalnya, banyak kalangan yang khawatir terhadap penyakit tersebut apakah daging aman dikonsumsi.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Dr drh Denny Lukman, pakar kesehatan masyarakat veteriner dari IPB University menegaskan bahwa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan tidak zoonosis.
“Dagingnya aman dikonsumsi manusia dengan melalui proses pemanasan dengan suhu 70 derajat Celcius selama 30 menit atau sampai daging matang,” ujar Dr drh Denny Lukman, MSi Pakar Kesehatan Masyarakat Veteriner Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis IPB University dalam Talkshow Dairy pro yang disebarluaskan di kanal YouTube, 9/5.
Dosen IPB University itu menekankan, bahwa dalam kasus PMK, hal yang berbahaya adalah perilaku manusia dapat menularkan kepada hewan yang peka PMK. Ia menyebut, yang dikhawatirkan adalah ketika membeli daging dan ternyata dagingnya merupakan hewan penderita PMK.
ADVERTISEMENT
“Ketika mencuci daging tersebut, air cucian daging masuk ke lingkungan dan ada hewan ternak yang minum kontaminasi cucian tadi di lingkungan tersebut maka hewan akan tertular,” tambah Dr Denny.
Ia menjelaskan, agar tidak menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan, apabila membeli daging dari pasar atau daerah wabah, sebaiknya tidak dicuci, akan tetapi langsung di masak dalam air mendidih minimal 30 menit.
Ia melanjutkan, virus PMK umumnya ditemukan di organ tubuh sapi, seperti tulang, kepala, dan jeroan. Ia juga menyebut bahwa daging tanpa tulang justru relatif aman.
Terlebih menjelang idul qurban, Dr Denny menyarankan agar masyarakat memastikan asal hewan qurban bukan dari daerah wabah. Apabila ternyata memang ada sapi yang berasal dari daerah wabah, maka hendaknya dipisahkan terlebih dahulu meskipun sapi tersebut tampak sehat.
ADVERTISEMENT
“Saat idul qurban nanti, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) yang menyerahkan hewan qurban ke rumah pemotongan hewan, itu jauh lebih baik, hal tersebut untuk menghindari ternak lain yang peka akan kena penyebaran penyakit PMK dari limbah hewan ternak yang di potong,” kata Dr Denny.
Ia juga menyarankan, untuk penanganan sapi yang terinfeksi PMK, supaya tidak langsung dipotong melainkan dipisahkan dahulu. Tidak hanya itu perlu melakukan pemeriksaan individual apabila terdeteksi kecurigaan ada PMK. Apabila ada temuan, maka harus ditindaklanjuti dan diobati
“Di negara maju, hewan asal daerah wabah, akan dipisahkan, ketika akan memotong hewan, maka akan mendahulukan sapi sehat, sementara hewan yang terdeteksi PMK sebaiknya jangan dipotong, juga jangan ditolak di rumah pemotongan hewan (RPH) karena jika kembali ke lingkungan justru itu berbahaya menularkan ke ternak lain,” ucapnya. (*)
ADVERTISEMENT