Pakar Karakter tentang Emosi Positif sebagai Kunci Sukses Industri 4.0

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
3 April 2019 5:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pakar Karakter Indonesia, Dr Ratna Megawangi
Gaung tentang revolusi industri 4.0 oleh sebagian orang dianggap sebagai hal yang merugikan. Hal ini dikarenakan muncul prediksi di tahun 2030 atau 2045, era ini berpotensi mengurangi sekitar 70-80 persen jenis pekerjaan akibat perkembangan teknologi sehingga memicu tingkat pengangguran yang tinggi. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) Institut Pertanian Bogor (IPB) menjawab hal ini dengan mengadakan Forum Ilmiah IKK dengan tema “Struktur Otak yang Dibutuhkan di Era 4.0”. Dihadiri oleh ratusan mahasiswa lintas angkatan di Auditorium GMSK IPB (27/3), acara ini menghadirkan Pakar Karakter Indonesia, yang juga pernah menjadi dosen Departemen IKK IPB, Dr. Ratna Megawangi.
ADVERTISEMENT
Diawali dengan membahas berbagai penemuan teknologi yang berhasil menggantikan tenaga dan kecerdasan manusia, Dr. Ratna menjelaskan bahwa perubahan yang sangat cepat terjadi saat ini membutuhkan kualitas sumberdaya manusia yang tepat untuk menjawab tantangan zaman. Yaitu dengan pola berpikir tingkat tinggi yang disebut HOTS (High Order Thinking Skill).
“Kemampuan berpikir kritis, komputasi, pemecahan masalah, komunikasi verbal non-verbal, motivasi yang tinggi serta kemampuan sosial yang baik adalah kapabilitas yang dibutuhkan untuk kuat bersaing di masa kini dan kemampuan ini dibentuk dengan proses yang panjang. Semuanya berawal dari pengasuhan di lingkungan keluarga,” paparnya.
Ia melanjutkan, setiap manusia terlahir dengan 100 miliar sel syaraf yang siap menjadi aktif ketika mendapatkan stimulus dari lingkungannya. Perkembangan sel syaraf yang sedemikian cepat terjadi pada usia dini, menjadikan usia 0-3 tahun dianggap usia emas (golden age). “Karena sejak lahir hingga usia ini, segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya akan terekam oleh anak dan ini menjadi dasar terbentuknya emosi anak hingga kelak dewasa,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Pendiri dari Indonesia Heritage Foundation (IHF) ini menyatakan bahwa pola asuh ikut menentukan struktur otak anak. Lingkungan, pengasuhan dan pendidikan menjadikan seseorang cerdas atau lambat dalam berpikir. Anak yang tumbuh dalam suasana yang aman, penuh kasih sayang dan merasa diperhatikan akan memiliki korteks (otak berpikir) yang berkembang optimal.
Hal ini berlaku sebaiknya. Otak yang sejak kecil terbiasa dengan trauma dan pengabaian dari orang tua akan tumbuh kerdil dan di sisi lain mengaktifkan otak reptil yang bersifat agresif, menyerang dan dominan. Seseorang yang sejak masa kecilnya penuh kekerasan, akan mencari target untuk dilampiaskan. Ia akan mudah membanting dan melakukan kekerasan karena dalam jiwanya sarat akan kemarahan.
Maka dari itu, untuk menjaga kesehatan jiwa spiritual, otak dan tubuh kita hendaknya memberi makan fisik dan jiwa dengan makanan yang halal dan baik, hindari memforward berita yang belum diketahui kebenarannya, libatkan diri dalam kegiatan sosial yang bermanfaat dan menjaga mood agar selalu dalam keadaan emosi positif dengan membaca buku, wisata alam, memperbanyak zikir, mendengar musik dan berolahraga. “Karena emosi positif menjadikan seseorang sehat, berjiwa karakter mulia, cerdas, kritis dan kreatif, itulah kunci menjadi sukses di era industri 4.0”, ujarnya. (FI/Zul)
ADVERTISEMENT
Keyword: pakar karakter, Dr. Ratna Megawangi, kunci sukses, High Order Thinking Skill, emosi positif