Pakar Kehutanan IPB University Sebut Bisnis Sektor Kehutanan Sangat Menjanjikan

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
10 November 2020 8:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakar Kehutanan IPB University Sebut Bisnis Sektor Kehutanan Sangat Menjanjikan
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Kehutanan IPB University Sebut Bisnis Sektor Kehutanan Sangat Menjanjikan
ADVERTISEMENT
Forest Management Student's Club (FMSC) atau Himpunan Mahasiswa Manajemen Hutan IPB University kembali menggelar National Environomic and Social Talk (NEST) 2020 dengan tiga rangkaian kegiatan utama yaitu lomba videografi, essai, dan seminar nasional.
ADVERTISEMENT
Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University, Dr Naresworo Nugroho mengatakan bila bisnis-bisnis sektor kehutanan yang melibatkan masyarakat secara langsung harus menjadi prioritas ke depan. Indonesia tak dapat mengandalkan bisnis hasil produksi kayu saja untuk menarik minat generasi muda. Multiusaha sektor perhutanan diharapkan dapat memperpendek daur produksi dari lahan hutan dan meningkatkan kontribusi sektor perhutanan. Dengan diadakannya webinar seminar nasional tersebut, diharapkan baik mahasiswa dan civitas akademika yang lain mendapatkan pencerahan.
Indriyono Soesilo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), mengatakan bahwa kita harus percaya diri bahwa sektor kehutanan dapat memulihkan perekonomian bangsa. APHI sendiri telah menyusun roadmap 2019-2045 mengenai konfigurasi bisnis baru kehutanan. Roadmap tersebut tak hanya berfokus pada industri berbasis hasil hutan kayu, namun juga hasil hutan bukan kayu dan bioprospecting, ekowisata, jasa lingkungan, serta energi biomassa.
ADVERTISEMENT
Stigma isu kehutanan dalam percaturan global sebagian besar telah diatasi. Seperti isu deforestasi dan kebakaran hutan fan lahan (karhutla) saat ini telah ditekan angkanya. Sehingga Indonesia hanya perlu untuk memacu ekspor guna meningkatkan devisa negara terutama ke Uni Eropa sehingga membuka lapangan kerja yang lebih luas. Peran multiusaha kehutanan dapat membuka prospek peluang perbaikan kinerja serta menjawab tantangan sektor kehutanan pasca dan selama pandemi.
“Tadinya sektor kehutanan diabaikan, apalagi kita sibuk dan bingung tidak bisa membuat keseimbangan antara suistainability konservasi dengan ekonomi. Kita harus bisa menyeimbangkan keduanya. Kita tidak boleh merusak hutan/lingkungan tetapi juga bisa meningkatkan ekonomi masyarakat,”ungkapnya.
Model usaha sektor kehutanan seperti ecotourism atau restorasi ekosistem maupun diversifikasi produk kehutanan menjadi bentuk yang paling ideal saat ini. Terlebih lagi Indonesia dikatakan sudah siap untuk memasuki era carbon trading dan kredit. Menggunakan 49 juta hektar lahan yang tersebar di 10 provinsi akan membawa revenue sekitar 33 milyar dolar. Pemerintah dengan kebijakan yang ada, dinilai harus mempercepat pengimplentasian model-model tersebut karena model tersebut merupakan salah satu program konservasi kehutanan yang dapat menghasilkan revenue yang luar biasa. APHI juga sudah menyiapkan dua jenis unit usaha serupa yaitu Riau Ecosystem Restorarion (RER) dan Giam Siak Kecil Biosphere (GSKB).
ADVERTISEMENT
Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB University, Prof Dodik Ridho Nurrochmat yang turut hadir sebagai narasumber memaparkan mengenai peluang dan tantangan bisnis kehutanan di era normal baru dengan memandang dari sisi revolusi industri 4.0. Ia menyebutkan bahwa tantangan saat ini yakni konversi lahan, diskoneksi antar wilayah di kawasan hutan, ketidakefisien nilai produk hasil transformasi dari lahan ke konsumer, rata-rata usia petani yang meningkat, masih tingginya angka kemiskinan, serta ketidakpastian akibat perubahan iklim, memenuhi karakteristik agromaritim 4.0.
“Dengan pengembangan IoT di dunia kehutanan, sektor kehutanan diharapkan dapat memenuhi karakteristik agromaritim 4.0 terutama pasca pandemi. Kita ingin bangkitkan kebanggaan. Kehutanan tidak hanya tentang cinta lingkungan tetapi dapat juga menghasilkan nilai ekonomi yang tidak kalah tinggi,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
IPB University sendiri telah menghasilkan beberapa inovasi aplikasi agromaritim 4.0 berupa on farm (on forest), off farm (off forest) dan manajemen lingkungan. Selain itu, pengembangan potensi hasil hutan bukan kayu dengan pengunaan kearifan lokal untuk mengolah produk hasil hutan ke bentuk produk ramah lingkungan berpotensi pula untuk mengurangi jejak karbon. Lahan pertanian seperti sawit juga dapat ditransformasi sebagai agroforesty dengan penanaman kopi atau tanaman lain yang bernilai jual tinggi untuk meningkatkan nilai tambah dan nilai ekologi.
Ia mengatakan masih perlu pembangunan dari desa, karena banyak masyarakat miskin yang bergantung dari sektor kehutanan. Pengentasan kemiskinan di desa yang berfokus pada agrikultur pertanian harusnya sudah dimulai tahun ini, dimulai dari desa-desa sekitar hutan. Dengan penggabungan BUMdes dan penguatannya, produk pertanian dapat dipasarkan secara daring dengan berbagai platform. Bentuk usaha lain yang menjanjikan di masa pandemi adalah digital ecotourism dan digital nomad, dimana generasi muda terutama sarjana kehutanan harus mulai terjun ke dalam bidang tersebut terutama dengan iklim di indonesia mendukung dan fakta Indonesia yang sebagian besar telah melek teknologi. (MW, Zul)
ADVERTISEMENT
Keyword: Guru Besar IPB, NEST 2020, sektor kehutanan, bisnis kehutanan
Kategori SDGs: SDGs-15