Pakar Perkembangan Anak IPB University: Orangtua dan Pendidik Harus Bersinergi

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
5 Mei 2021 18:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pakar Perkembangan Anak IPB University: Orangtua dan Pendidik Harus Bersinergi Bentuk Generasi Alpha yang Tangguh dan Holistik
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Perkembangan Anak IPB University: Orangtua dan Pendidik Harus Bersinergi Bentuk Generasi Alpha yang Tangguh dan Holistik
ADVERTISEMENT
Pendidikan merupakan lentera bangsa. Karena melalui pendidikan, pola pikir dan perilaku anak-anak dapat diubah. Selain itu, penting juga untuk mengubah pandangan generasi muda untuk menjadi berdaya. Untuk menggapai hal tersebut, diperlukan kolaborasi dari berbagai pihak yakni dengan pendidikan formal, pendidikan keluarga dan pendidikan masyarakat sehingga dapat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas di masa depan.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Dr Dwi Hastuti, Dosen IPB University dan Kepala Divisi Perkembangan Anak Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) Fakultas Ekologi Manusia (fema) diundang sebagai narasumber dalam kegiatan Dompet Dhuafa Pendidikan bertemakan “Belajar dari Pandemi: Pendidikan Keluarga Memperkuat Literasi Manusia dan Sosial”, (02/05). Ia menyampaikan mengenai pentingnya kolaborasi sekolah dan keluarga untuk membentuk emosi positif anak sebagai kunci keberhasilan pendidikan dalam pembentukan Sumberdaya Manusia (SDM) masa depan.
Situasi pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai dinamika dan kebingungan sehingga mempengaruhi psikis anak. Tingkat stres yang tinggi seperti rasa cemas, takut, sedih, marah, dan sebagainya mengakibatkan emosi negatif yakni perasaan terpuruk dan putus asa sehingga menimbulkan perilaku yang negatif. Perlu adanya pengendalian dan adaptasi untuk membentuk emosi positif anak sehingga menjadi manusia holistik yakni melalui pendidikan formal dan keluarga.
ADVERTISEMENT
“Dampak yang luar biasa akibat pandemi tentunya membuat pendidik harus mampu memberikan penguatan kepada siswa-siswinya karena selain berdampak pada anak, pandemi ini juga berdampak pada orangtuanya. Sedangkan sebagai orangtua, tantangan yang dihadapi sangat rumit karena anak-anak yang dididik saat ini merupakan generasi Z dan Alpha yang sering terpapar teknologi, sehingga sering ada gap antara orangtua,” ungkapnya.
Langkah penting yang harus diambil adalah upaya memperkuat sistem perilaku di sekitar anak yang tentu saja turut dipengaruhi oleh latar belakang keluarga. Hasil riset secara daring juga mengungkapkan bahwa remaja mengalami gejala stres dan depresi, terlebih lagi bila ada beban ganda pada orangtua. Peran orangtua dan pendidik harus memberikan kontrol pada emosi negatif. Karena bila tidak dikontrol, emosi negatif yang berlebih dapat mempengaruhi sistem saraf otak, tepatnya pada dominasi kerja otak reptil.
ADVERTISEMENT
Pendidikan memiliki peranan kunci untuk membentuk generasi muda yang sehat, baik fisik dan psikis. Kapasitas dan kapabilitas orangtua serta guru turut menjadi kunci agar energi bawah sadar anak yang negatif tidak mengambil alih perilakunya. Sistem pendidikan harus mampu membentuk karakter dan pribadi generasi Alpha menjadi pribadi yang social-centrism yakni memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Sehingga terbentuk pribadi dengan hati yang lapang dan mencegah perilaku amoral dan demoralisasi.
“Saya ingin memberikan penekanan pada para orangtua dan pendidik bahwa kita sudah tidak bisa bekerja sendirian. Karena tidak semua orangtua memiliki kesiapan sebagai orangtua terlebih bila kita melihat lingkungan sosial di sekitar orangtua juga beragam. Perlu adanya sinergisme antara orangtua dan pendidik karena bagi orangtua yang memiliki faktor risiko tentu tidak mudah,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tantangan membentuk generasi Alpha untuk menjadi individu yang tangguh tentunya sangat berat. Peran orangtua dan pendidik harus mampu memperkuat emosi positif sehingga pribadi anak yang holistik yakni sehat pikiran dan jiwanya dapat terwujud. Oleh karena itu diperlukan sistem pendidikan yang mampu membentuk rasionalitas, emosi dan perilaku pada setiap anak didik secara berimbang. Pendidikan tersebut dilakukan secara brain based learning dan edukasi karakter. (MW/Zul)