news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pesan Rektor IPB untuk Mahasiswa Indonesia

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
20 Mei 2019 9:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SIARAN PERS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 19 Mei 2019
Pesan Rektor IPB untuk Mahasiswa Indonesia
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap permasalahan bangsa saat ini, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional, menggelar “Kongres Kebangkitan Mahasiswa” pada Sabtu-Minggu, 18-19 Mei 2019, di Kampus IPB Dramaga Bogor, dengan diikuti oleh 115 peserta dari 46 perguruan tinggi anggota Aliansi BEM SI.
Ketua BEM KM IPB, yang saat ini menjabat sebagai Koordinator Pusat BEM SI, Muhammad Nurdiyansyah mengatakan, “Dalam kongres ini kami rumuskan kontribusi nyata dari mahasiswa berupa ide-ide solusi untuk menyelesaikan persoalan bangsa."
Lebih lanjut dikatakannya, melalui kegiatan ini mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi bersama-sama merumuskan rekomendasi. “Mahasiswa adalah agen perubahan sekaligus agen kontrol sosial sehingga sangat tepat berkumpul untuk mencermati perkembangan situasi bangsa dan mencetuskan berbagai gagasan untuk solusi “ jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kongres dibuka oleh Rektor IPB, Dr. Arif Satria, Dalam sambutannya, Dr. Arif mengatakan, "Ada dua narasi besar yang perlu disikapi oleh gerakan mahasiswa Indonesia. Pertama, peran mahasiswa dalam mengawal transisi demokrasi, karena saat ini demokrasi masih dalam tahapan prosedural, belum substansial. Secara substansial, masih banyak nilai-nilai demokrasi yang perlu disempurnakan. Hal ini yang membedakan peran mahasiswa di negara maju dan negara berkembang, dimana sistem demokrasi di negara maju sudah mapan dan matang. Karena itu, gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral masih sangat dibutuhkan untuk mengawal proses demokrasi di Indonesia (pendampingan, advokasi, kontrol sosial) untuk mencapai tujuan dalam berbangsa dan bernegara, dengan catatan gerakan tersebut berada dalam koridor idealisme dan independensi. Kedua, peran mahasiswa pada era disrupsi, dimana Indonesia saat ini menghadapi kondisi VUCA (volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity). Volatility banyak dipicu oleh perkembangan teknologi informasi, internet of things, big data, artificial intelligence, dan sebagainya. Perubahan iklim, dinamika geopolitik global memicu uncertainty. Persoalan yang dihadapi juga semakin kompleks, sehingga mahasiswa dituntut harus berpikir sistem secara komprehensif. Selain itu, perubahan yang terjadi juga semakin tidak familiar yang menyebabkan situasi ambigu."
ADVERTISEMENT
Untuk itu, menurut Dr. Arif para pemimpin mahasiswa harus berpikir masa depan. Lima kompetensi utama yaitu complex-problem solving, critical thinking, creativity, communication dan collaboration mutlak dimiliki agar para pemimpin mahasiswa mempunyai kualifikasi sebagai powerful agile learner. Para mahasiswa harus mampu escape from the past dan memiliki ability to invent the future.
Dr. Arif memandang dalam kongres kebangkitan mahasiswa Indonesia saat ini, reformulasi dan revitalisasi gerakan mahasiswa Indonesia mutlak diperlukan untuk menghadapi tantangan bangsa ke depan. (*)
==================
Biro Komunikasi Institut Pertanian Bogor http://ipb.ac.id