Sekolah Peternakan Menjadi Salah Satu Jalan Integrator Horizontal dalam Industri

Berita IPB
Akun resmi Institut Pertanian Bogor
Konten dari Pengguna
17 Juni 2021 13:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita IPB tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sekolah Peternakan Rakyat Dapat Menjadi Salah Satu Jalan Membentuk Integrator Horizontal dalam Industri Perunggasan Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Peternakan Rakyat Dapat Menjadi Salah Satu Jalan Membentuk Integrator Horizontal dalam Industri Perunggasan Indonesia
ADVERTISEMENT
Salah satu industri bahan pangan asal ternak yang nyaris tidak pernah diprogramkan oleh pemerintah untuk pengembangannya adalah ayam broiler dan ayam petelur. Ini karena peternak ayam broiler dan ayam petelur dianggap sudah mandiri dan tidak perlu dibina.
ADVERTISEMENT
Padahal perputaran bisnis ayam memiliki efek domino yang besar. Bahkan menjadi komoditas strategis.
Namun mayoritas peternak ayam tidak memiliki kesejajaran sehingga harus dikembalikan lagi melalui pembentukan integrator horizontal. Bersamaan dengan sinergi yang kondusif antara integrator vertikal dan horizontal sehingga diharapkan dapat membawa kemajuan bagi industri perunggasan di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Pataka (Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi) bekerja sama dengan IPB University menggelar Talkshow Daring Seri ke-6 dengan tajuk “Kebijakan Berbasis Evidence dalam Integrasi Horizontal di Industri Perunggasan”, (15/06).
Prof Muladno Basar, Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University hadir sebagai salah satu pemantik diskusi. Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University ini menjelaskan mengenai penerapan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) dalam rangka menyiapkan integrator horizontal di sektor perunggasan.
ADVERTISEMENT
Ia menyebutkan bahwa sinergi dan semangat gotong royong antara peternak budidaya, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan perusahaan. Ini menjadi kunci bagi kemajuan industri perunggasan Indonesia. Namun demikian, menyatukan pemikiran dengan kebijakan-kebijakan yang telah mengikat bukanlah hal yang mudah. Peternak sapi dan unggas memiliki perbedaan bahkan dari tingkat pendidikan.
Dengan diterapkannya SPR, peternak unggas kecil didampingi untuk mendapatkan perubahan pola pikir dalam membangun kepercayaan, penguatan wawasan, dan penguasaan Iptek.
“Menggunakan strategi dan pengalaman kami selama tujuh tahun ini (dalam menjalankan SPR), akan menghasilkan semangat gotong royong. Sehingga peternak budidaya akan mengandalkan kekuatan untuk bermitra dalam sinergi. Dan perguruan tinggi nantinya menjadi Litbangnya peternak budidaya,” jelasnya.
Setelah lulus program fast-track SPR selama enam bulan, peternak akan langsung bergabung dalam SASPRI (Solidaritas Alumni SPR Indonesia). Nantinya, jika semua pihak sudah dapat bersinergi, dana dari pemerintah provinsi akan lebih mudah disalurkan atau dianggarkan bagi komunitas-komunitas peternak dalam mengembangkan peternak kecil yang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam SASPRI, wajib dibentuk dua lembaga/unit yakni unit usaha “Koperasi Produsen” seperti yang diharapakn oleh Menteri Koperasi serta membangun stasiun lapang di SPR IPB University.
Setelah tercapainya sinergi, barulah mulai beranjak pada integrasi horizontal. Dalam integrasi horizontal tersebut, koperasi produsen turut dikawal oleh IPB University, pemerintah kabupaten, serta instansi lain yang terkait dengan koperasi tersebut.
“Integrator horizontal dan integrator vertikal nantinya dapat menjadi seimbang karena kuat dalam hal teknologi, permodelan. Sedangkan kita dapat kuat dalam hal pertemanan dengan instansi-instansi tersebut. Jika ingin diperbesar akan mungkin sekali asalkan dapat berkomitmen, saling membesarkan, dan saling menguatkan,” ungkapnya. (MW/Zul)