Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Guru Besar UMS Soroti Tantangan Kesehatan Jiwa di Lingkungan Kerja
18 November 2024 13:40 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Berita UMS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
SURAKARTA – Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D., membahas isu kesehatan jiwa di lingkungan kerja menjadi sorotan utama dalam sebuah acara yang diadakan baru-baru ini di Salatiga.
ADVERTISEMENT
Taufik Kasturi yang juga sebagai Dekan Fakultas Psikologi UMS menyampaikan bahwa berbagai tantangan di lingkungan kerja diuraikan, mulai dari lemahnya kepemimpinan hingga terbatasnya keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang berdampak signifikan pada kesehatan mental para pegawai.
Dalam presentasi tersebut dijelaskan bahwa kepemimpinan yang kurang efektif dapat menurunkan moral dan meningkatkan angka perputaran karyawan.
“Kepemimpinan yang baik dinilai dapat meningkatkan keterlibatan dan produktivitas staf, sementara lingkungan kerja yang kurang mendukung keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi berpotensi menimbulkan stres serta burnout,” ungkapnya Minggu, (10/11).
Selain itu, terdapat masalah lain seperti keterbatasan sarana IT, kesempatan pengembangan karier yang minim, serta adanya kesenjangan komunikasi turut menjadi faktor yang memicu ketidaknyamanan kerja dan menurunkan kualitas produktivitas karyawan.
ADVERTISEMENT
Menariknya, materi ini juga mengangkat pentingnya “kepribadian sehat” yang dijabarkan melalui konsep dari ahli psikolog Gordon W. Allport. Individu yang memiliki kepribadian sehat diyakini memiliki kestabilan emosi, hubungan yang hangat dengan orang lain, dan pandangan hidup yang realistis.
“Kepribadian yang sehat tidak hidup dalam bayang-bayang pengalaman negatif masa lalu, tetapi justru berfokus pada tujuan utama yang ingin dicapai,” tegasnya.
Selain itu, konsep “karep” atau keinginan yang realistis juga diulas sebagai kunci menuju kebahagiaan yang berkelanjutan. Individu yang mampu mengendalikan keinginannya dan bersyukur atas apa yang sudah dimiliki akan lebih mudah mencapai kebahagiaan.
“Kebahagiaan sering kali bergantung pada kemampuan seseorang dalam menyelaraskan “karep” mereka dengan realitas yang ada, sehingga bisa lebih mudah dirasakan tanpa harus terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis,” papar Taufik.
ADVERTISEMENT
Melalui presentasi ini, Guru Besar Psikologi UMS itu berharap para peserta dapat lebih memahami berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan mental di tempat kerja serta pentingnya pengembangan kepribadian sehat untuk menjaga kualitas hidup dan produktivitas yang berkelanjutan. (Fika/Humas)