Jepang Akan Bangun Pengolah Limbah Rumah Saki di Surabaya

Konten Media Partner
7 Agustus 2018 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jepang Akan Bangun Pengolah Limbah Rumah Saki di Surabaya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ilustrasi IPAL Rumah Sakit. Foto : Ipalblogspot Ngopibareng.id | Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menindaklanjuti bantuan hibah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) rumah sakit dari Pemerintah Kota Kitakyushu, Jepang, yang akan diberikan kepada Kota Surabaya, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Tri Rismaharini di Surabaya, Selasa 7 Agustus 2018, mengatakan pihaknya telah melakukan kunjungan ke Kota Kitakyushu awal Agustus lalu untuk menindaklanjuti kerja sama pengelolaan air limbah rumah sakit itu.
"Perhitungan biaya proses pengolahan air limbah rumah sakit yang dibutuhkan ternyata lebih murah dibandingkan sebelumnya," katanya.
Menurut Risma, bantuan dari Jepang tersebut sebenarnya sudah disetujui, tapi proses pemberian hibahnya harus melalui berbagai tahapan yang harus dilalui, sehingga membutuhkan waktu cukup lama.
"Proses hibahnya lama. Padahal, kami sudah siapkan semuanya, tinggal menunggu prosesnya saja. Kalau ini terlalu lama, maka limbah rumah sakit akan semakin banyak," katanya.
Untuk mempercepat realisasi pengelolaan limbah rumah sakit tersebut, Risma meminta dukungan dari sejumlah pihak terkait. "Nanti saya coba menghadap pak Presiden supaya proses ini bisa dilangsungkan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Alasan Risma meminta agar proses IPAL rumah sakit segera dijalankan karena saat ini kondisi rumah sakit mengalami kesulitan membuang limbah dan kondisinya tidak bisa ditunda lagi.
"Tahun depan kita harus realisasikan karena ini sifatnya sangat mendesak," ujarnya.
Menurut dia, dengan adanya kerja sama pengelolaan IPAL tersebut, nantinya pihak rumah sakit di seluruh Kota Surabaya hanya diwajibkan membayar biaya pengolahannya saja.
Risma menjelaskan pembuangan IPAL rumah sakit itu sendiri hanya dikhususkan untuk rumah sakit yang ada di kawasan Surabaya dengan alasan lahan yang terbatas. "Tidak mungkin kita menangani yang lain," ujarnya. (ant)