Brainwash Otak untuk Hidup yang Lebih Sehat

Britania Supit
Mahasiswa jurusan Marketing Communication - Binus University
Konten dari Pengguna
7 Desember 2022 21:40 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Britania Supit tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi, sumber: pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi, sumber: pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat masuk ke restoran cepat saji dan membeli makanan yang tersedia di sana, sebagian orang cenderung tidak menyadari risiko yang akan dirasakan setelah mengonsumsi makanan tersebut . Adapun segelintir orang yang sudah mengetahui konsekuensi dari makanan cepat saji, namun malah bersikap acuh tak acuh karena berpikir bahwa risiko memakan makanan cepat saji belum terasa. Makanan cepat saji memang menggoda. Kita dapat membayangkan harum masakan yang langsung menyapa indra penciuman sesaat setelah kita membuka pintu masuk restoran. Aroma nya tercium ke hampir seluruh ruangan, membuat perut segera mengirimkan sinyal pada otak untuk langsung menuju kasir dan memesan makanan. Tidak pernah gagal, makanan cepat saji selalu memuaskan perut dengan cara yang mudah.
ADVERTISEMENT
Namun, cara mudah untuk mengonsumsi makanan ternyata malah berbahaya bagi kesehatan tubuh, terlebih bagi kesehatan jangka panjang. Risiko nya memang belum terasa setelah mengonsumsi satu potong ayam dan sebuah burger jumbo. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan maka kita akan segara merasakan risikonya. Menurut artikel yang diterbitkan oleh Kementrian Kesehatan pada tahun 2018, kalori dan lemak yang tinggi pada makanan cepat saji akan menumpuk dalam tubuh kita, dan memancing berbagai penyakit modern untuk muncul seperti penyakit jantung, kolestrol tinggi, diabetes, gangguan ginjal, dan kerusakan hati .
Semua orang pasti ingin menghabiskan hidup dengan kondisi tubuh yang fit dan bugar. Untuk memiliki hidup sehat dalam waktu yang lama, maka ada harga yang harus kita bayar. Ada lidah yang harus kita korban kan saat makan, ada tenaga yang harus kita buang untuk berolahraga di pagi hari, dan ada otak yang harus bekerja ekstra untuk melawan segala hal yang bertentangan dengan hidup sehat.
ADVERTISEMENT
Kehidupan yang sehat semuanya berawal dari makanan. Hippocrates, seorang dokter Yunani yang juga kita kenal sebagai bapak kedokteran pernah mengatakan bahwa Jadikanlah makananmu sebagai obatmu, dan jadikanlah obat sebagai makananmu”. Pada intinya, makanan yang kita makan sangat berpengaruh terhadap sistem imun dalam tubuh kita. Begitu juga bahwa makanan yang kita makan sebenarnya adalah sumber obat alami yang bisa memperbaiki sel-sel rusak pada tubuh dan mencegah serta menyembuhkan penyakit. Jadi, kunci hidup sehat adalah memperhatikan apa yang kita konsumsi sehari-hari.
Namun tidak hanya cukup sampai disitu saja. Mungkin kalimat “Konsumsilah makanan bergizi untuk hidup sehat” terdengar klise dan mudah diucapkan. Namun, pada dasarnya, kita kesulitan untuk mempraktekan gaya hidup tersebut. Lidah kita yang terbiasa dimanjakan oleh gorengan dengan rasa yang gurih harus beralih memakan jenis-jenis sayuran yang rasanya hambar bahkan pahit. Kita yang terbiasa menyantap cokelat dan kue sebagai hidangan penutup, kini harus beralih mengonsumsi buah sebagai sumber vitamin. Sulit memang untuk memulai, tetapi semua pasti ada caranya.
ADVERTISEMENT
Hal yang paling sulit dari memulai sesuatu adalah saat pertama kali melakukannya dan bagaimana kita bisa merealisasikan niat yang sudah kita punya. Percuma memiliki niat untuk hidup sehat, tetapi kita tidak pernah sampai pada tahap mencoba melakukan perubahan untuk menggapai niat tersebut. Dalam kasus memulai pola hidup sehat dengan makan makanan bergizi, kita tidak boleh langsung memaksa diri untuk mengubah pola makan kita. Misalnya dari sebelumnya makan nasi 3 kali sehari dengan lauk-pauk yang digoreng, lalu tiba-tiba beralih menjadi vegetaris dengan hanya makan sayur dan buah saja. Hal tersebut hanya akan membuat otak menjadi stres karena perubahan yang tiba-tiba terjadi. Alhasil kita akan mudah bosan, dan kembali ke gaya hidup lama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perubahan menuju gaya hidup yang lebih sehat, cenderung sulit dilakukan karena seseorang tidak memiliki pemikiran tentang hidup sehat penting dilakukan. Kita bisa melihat seorang pekerja kantor yang harus bangun jam 5 pagi agar tidak terlambat bekerja. Mengapa mereka melakukan itu? Mengapa harus bangun jam 5 pagi dan bersiap-siap, padahal seseorang bisa saja bangun nanti jam 10 pagi? Seseorang mampu bangun jam 5 pagi secara konsisten, karena mereka sudah membiasakan otak mereka melakukan hal itu, dan karena hal itu dianggap penting. Begitu juga dengan makan makanan sehat. Awalnya pasti sulit untuk mengatur otak untuk bisa mengerti bahwa apa yang kita makan berpengaruh terhadap kesehatan kita. Namun lama kelamaan, karena dibiasakan secara bertahap, otak akan mulai beradaptasi dengan perubahan gaya hidup baru.
ADVERTISEMENT
Cara terbaik untuk bisa membiasakan diri pada saat ingin memulai pola hidup sehat adalah dengan memiliki tujuan dan motivasi yang jelas mengapa kita melakukan hal itu. Singkatnya metode ini sama dengan brainwashing. Maksudnya dari brainwashing adalah di mana kita mengubah cara dan pola pikir kita terhadap makanan. Contohnya, pada jam makan siang, kita sedang memikirkan menu makan siang apa yang akan kita konsumsi. Seketika restoran cepat saji mulai bermunculan dalam otak kita, berjejer seperti dalam etalase toko. Fungsi brainwashing di sini adalah di mana kita merekayasa ulang otak kita untuk berpikir bahwa makanan yang ada di restoran cepat saji berbahaya bagi kesehatan dan bertentangan dengan motivasi kita untuk hidup lebih lama. Junk food merupakan sumber penyakit sedangkan makanan sehat dapat memperpanjang hidup kita. Hal ini lama kelamaan akan membuat otak menolak keinginan untuk mengonsumsi junk food karena dalam pengaturan otak, kita mengetahui kalau junk food adalah konsumsi berbahaya.
ADVERTISEMENT
Dalam salah satu jurnal berjudul How we decide what to eat: Toward an interdisciplinary model of gut–brain interactions yang diterbitkan oleh Wires Cognitive Science pada tahun 2021, disebutkan bahwa berbagai penelitian mengatakan bahwa pemikiran positif tentang makanan sehat, dan pemikiran negatif tentang junk food, akan membantu otak untuk menghasilkan pilihan yang lebih sehat. Setiap kali keinginan untuk makan junk food mulai muncul, maka coba untuk brainwash otak dengan mengatakan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi setelah mengonsumsi junk food. Lalu, pikirkan berbagai jenis makanan sehat, dan fungsi yang akan kita dapat setelah mengonsumsi makanan sehat tersebut. Setelah beberapa waktu, pasti otak akan terbiasa dan dengan sendirinya mencari menu sehat untuk dimakan.
ADVERTISEMENT