news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Perjuangan Keluarga Nelayan Rantau di Pesisir Kedonganan, Bali

Pena Pesisir
Komunitas Masyarakat Peduli Pesisir
Konten dari Pengguna
6 Desember 2019 17:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pena Pesisir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah Perjuangan Keluarga Nelayan Rantau di Pesisir Kedonganan, Bali
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sulawesi adalah rumah yang kini selalu dirindukan, sebab kerasnya hidup membawa Rusmini dan keluarga kecilnya merantau ke Pulau Bali.
ADVERTISEMENT
Di pesisir Kedonganan, Bali, ia dan keluarganya harus menyesuaikan diri dengan atmosfer yang benar-benar berbeda, karena baru empat bulan Rusmini merantau dan masih harus banyak menyesuaikan diri di lingkungan baru.
Orang-orang baru, bahasa, agama, dan suku yang berbeda-beda kini menjadi temannya sehari-hari. Meskipun demikian, merantau tetap dilakukan demi mencari tambahan walaupun hasilnya sering tidak sesuai harapan.
Sebagai seorang penjual ikan, Rusmini mendapatkan ikannya dari sang suami yang pergi melaut ikut pemilik kapal. Maklum, mereka belum memiliki kapal pribadi untuk dapat lebih meningkatkan hasil tangkapan. Selain itu, ikan-ikan yang dijajakannya didapat dengan cara membeli pada orang lain.
Hasil berjualan kerap tidak mencukupi kebutuhan hidup, hanya sekadar menyambung sementara, meskipun ia berjualan mulai dari jam 6 pagi hingga jam 12 siang setiap hari. Kadang untung dan kadang rugi. Kalaupun ada lebih, itu pun tidak menentu.
ADVERTISEMENT
Bila ikan-ikan tidak segera habis terjual, maka mengasinkan ikan-ikan itu menjadi jalan keluar. Walaupun modal tidak akan kembali seperti semula dan yang pasti bila hal itu terjadi sudah dipastikan Rusmini rugi, karena ikan basah dan ikan yang telah diasinkan jelas berbeda berat dan harga.
Semua itu harus terbentur dengan kenyataan ia dan sang suami harus tetap menyisihkan uang untuk membayar sewa kamar kos, sewa lapak jualan, air, es untuk ikan-ikan, biaya angkat ikan, dan kebutuhan sekolah ketiga anak mereka.
Bagi Rusmini dan sang suami, merantau bukanlah perihal yang mudah, sebab bukan hanya tentang mereka yang harus bertahan dan berjuang. Akan tetapi, ketiga anak mereka juga harus saling mengerti dan menguatkan.
ADVERTISEMENT
Anak pertama mereka kini tengah menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP), anak kedua mereka berada di bangku kelas 4 Sekolah Dasar (SD), dan si bungsu yang masih kelas 3 SD.
Anak-anaknya harus memulai cerita baru di lingkungan yang baru pula, termasuk di lingkungan sekolah. Ketiga anak mereka harus pindah sekolah lantaran kisah hidup mereka berlanjut di tanah perantauan.
Meskipun hidup serba pas-pasan, tetapi sebagai orang tua, Rusmini selalu mengusahakan pendidikan untuk ketiga anaknya. Bagi mereka, bagaimanapun caranya anak-anak harus mendapat pendidikan terlebih dulu.
Oleh: Ita’ul Masruroh