Aku Ingin Mencintai Idolaku dengan Kesempatan Kedua, Ketiga, dst.
15 September 2021 14:01 WIB
·
waktu baca 5 menitDalam beberapa tahun terakhir, jagad hiburan Hollywood diguncang budaya pengenyahan, cancel culture. Skenarionya, ketika ada seorang pesohor mengatakan sesuatu yang menyinggung pihak lain atau melakukan tindakan yang keliru atau tak senonoh, publik bereaksi secara progresif di media sosial, dan reaksi ini kemudian menggelinding jadi gerakan "mengakhiri" karier tokoh tersebut.
Caranya beragam, bisa dengan memboikot penampilan mereka di berbagai media, berhenti mengonsumsi atau membeli karya mereka, menandatangani petisi online, hingga berdemontrasi di ruang publik untuk menyatakan penolakan terhadap eksistensi pesohor tersebut. Menariknya, dalam sejumlah kasus, cancel culture justru diinisiasi oleh penggemar atau pemuja selebritas itu sendiri alih-alih para haters.
Mengakhiri karier seseorang hanya dengan mengandalkan reaksi publik sebenarnya tidaklah mudah. Sering kita lihat pesohor mendapat kritik yang masif, kemudian meminta maaf secara terbuka dan menjalani proses hukum. Berbagai tawaran dan kontrak kerja hilang karena persepsi negatif tentangnya terus bergulir. Namun, kenyataannya, sangat sedikit dari mereka yang kariernya benar-benar berakhir karena cancel culture.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814