Cerita Madridista Menjelang Musim Berakhir

Daniel Simanullang
Pandit abal2 Sepak Bola , Tarot Reader, Madridista, Pemain DOTA 2 role Support :),
Konten dari Pengguna
18 April 2019 17:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar dari pinterest
Sebelum membaca tulisan yang membosankan ini, ada baiknya Anda mendengar lagu Keane – Everybody’s Changing.
ADVERTISEMENT
Hari telah berganti namun hidup bagi beberapa orang seperti begini-begini saja, tidak ada perubahan. Pada dasaranya “begini-begini saja” memiliki makna yang berbeda satu dengan yang lain mengingat standar dan parameternya “begini-begini saja” tidak ada. Lalu apakah Real Madrid begini-begini saja? Bisa kita jawab berdasarkan parameter yang kita miliki masing-masing.
Sejak lama saya sudah mengkhawatirkan bagaimana argo gol klub ini ke depannya jika CR7 sudah pensiun, syukur-syukur sebelum pensiun seperti yang digadang-gadang, klub ini mampu menemukan suksesor sepadan. Namun sebelum pensiun di Real Madrid, dia sudah pergi meninggalkan klub ini dengan berbagai catatan luar biasa namun minus yang namanya suksesor. Performa CR7 yang laur biasa sebagai sumber argo gol Real Madrid memberi hal positif namun pada sisi lain menjadi sebuah puncak gunung es yang mana lerengnya saat ini menimpa klub Real Madrid dengan sejuta permasalahannya di depan gawang tim lawan.
ADVERTISEMENT
Saya mencoba merunut nama-nama striker atau penyerang yang notabene ada dan bersaing dengan CR7 di slot penyerang Raul,Benzema, Higuain, Ronaldo, Adebayor, Josule, Morata, Jese, Collejon, Cheryshev, Burgui, Bale, Vazquez, Raul de Tomas, Jose, Mayoral, Markkanen, Mariano, dan Chicharito. Melihat nama-nama yang disuguhkan, ada suatu keprihatinan yang hadir bahwa ketika CR7 berada di Real Madrid praktis hanya Benzema yang bertahan dengan jam terbang yang tinggi namun dengan konsekuensi memberi raung lebih agar performa dan penampilan CR7 menonjol secara individu dalam tim.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut melahirkan sebuah hipotesis bagi saya bahwa managemen Real Madrid terkesan menggampangkan dan mengabaikan ambisi dalam aspek regenerasi pemain, seolah-olah CR7 akan pensiun di Real Madrid dan pada saat itu tiba, managemen sudah menemukan sosok sukseor yang tepat.
Seperti yang ada dalam lagu Keane bahwa semua manusia itu berubah. CR7 berubah, Perez berubah dalam berbagai keputusan yang saya indikasikan sebagai keputusan gegabah dan juga panik, dan Real Madrid pun berubah pasca CR7 hengkang sebagaimana yang kita telah ikuti bersama. Tidak ada nama-nama yang siap untuk menjadi suksesor CR7 di lini depan untuk menanggung beban dalam mencatat argo gol yang positif bagi Real Madrid. Lihat nama-nama yang datang dan pergi sejak CR7 memulai catatan rekornya dengan gol demi goal di Real Madrid sampai mengakhirinya dengan berbagai bumbu kontroversi. Nama-nama tersebut adalah pemain yang kualitas permainannya tidak mampu menyamai bahkan mencoba sama dengan level CR7 jangankan dari gol, dari motivasi bermain dan kemampuan saja sangat jauh berbeda.
ADVERTISEMENT
Lalu kita melihat sosok Benzema. Saat CR7 pergi, kita seperti melihat titisan berbagai sosok diri dalam satu tubuh mulai dari Di Stefano, Puskas, Raul, Ronaldo Buncit, dan CR7 yang dalam 10 musim menjadi seorang pelayan berubah menjadi sosok penentu/penggendong/jurus selamat tim dalam 1 musim kompetisi. Hal ini adalah sesuatu yang menyakitkan mengingat ekspetasi kita terlalu tinggi. Tidak dapat kita nafikan bahwa Benzema adalah salah satu penyerang terbaik di dunia ini. Apa yang membuat dia terbaik adalah kemampuan dia bertahan dalam berbagai tekanan dan berbagai pola gaya bermain sementara saingannya datang dan pergi seolah-olah Benzema adalah sosok tak tersentuh. Anda tidak tiap musim transfer melihat pemain-pemain macam ini. Konsistensinya dalam keberadaan bersama tim bahkan menyamai seorang Pacho Gento yang menyaksikan pemain-pemain bintang dan berbakat dari berbagai negara datang ke Real Madrid dan pergi dari Real Madrid namun tidak tergoyahkan di sebagai raja di sisi kiri permainan Real Madrid.
ADVERTISEMENT
Benzema dengan filosofi yang ia miliki sejak bermain dengan Real Madrid memberi ruang bagi CR7 sekian lama dan ketika saatnya tiba sebagai tulang punggung perolehan gol, Benzema merasakan apa yang namanya impotensi di depan gawang. Ia mandul dan gamang saat bintang yang biasa ia sokong pergi. Di sisi lain, jika ia ingin jadi penyokong pemain-pemain lain, timbul bentuk ketidaksinkronan mengingat linkup play Benzema dengan CR7 sudah terjalin dengan lama.
Tidak dapat dipungkiri bila sepak bola modren menuntut setiap pemain mampu menciptakan gol atau peluang. Hal itu yang tidak ada pada tim Real Madrid saat ini. Sekian lama “digendong’ oleh gol-gol CR7 di berbagai kompetisi, kini pemain-pemain yang ada di Real Madrid seperti mengalami kecanggungan di depan gawang dan para stiker seperti menjalani role Defense Forward yang selalu menjauh dari gawang lain untuk memutus alur penyerangan lawan.
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang jadi pertanyaan atas hal ini. Jujur saya tidak ingin menimpakan masalah ini kepada Benzema seorang atau manager-manager sebelumnya. Saya ingin managemen sadar akan fase ini yang bagi saya sudah memasuki edisi krisis. Mereka seharusnya sadar diri dengan perubahan yang ada saat ini, mereka juga harus memahami bahwa tidak baik memvonis seseorang yang jadi andalan akan pensiun di klub ini sebab berbagai kemungkinan akan terjadi.
ADVERTISEMENT
Real Madrid harus membuka mata dan juga mengembalikan reputasi yang ada pada dirinya dengan berbagai langkah termasuk langkah radikal dengan menjual pemain-pemain yang hanya membebani keuangan tim namun minim performa. Lihatlah bagaimana Barcelona dalam satu musim langsung mengikat 2 salah satu talenta muda terbaik Ajax yang notabene adalah incaran Real Madrid juga. Barcelona sadar bahwa La Masia saat ini masih jauh dari standard generasi emas mereka. Alih-alih bergegas dengan berbagai gebrakan, yang ada Real Madrid masih mencoba menghibur diri dengan sorakan dan ejekan bahwa Barcelona telah menjilat muntahan sendiri kala Real Madrid membeli Isco dan kawan-kawan dan mencoba caper dengan mengatakan bahwa Barcelona terlalu pede mengatakan bahwa Ajax adalah Barcelona cabang Belanda.
ADVERTISEMENT
Sembari kalimat-kalimat pelipur lara itu hadir, Real Madrid malah berencana memulangkan Raul de Tomas dari Vallecano. Padahal banyak harapan dan ekspetasi agar Real Madrid bergegas dengan berbagai rencana-rencananya dengan merealisasikan pembelian terhadap Mane, Hazard, atau Pogba. Lalu menjual Nacho, Bale, dan Cabellos. Sembari membakar dan menghidupkan kembali antusias yang ada dalam diri para Madridista.
Meme Zidane dan Pemain Incarannya : Troll Football