Review Liverpool VS CHELSEA UEFA SUPER CUP 2019

Daniel Simanullang
Pandit abal2 Sepak Bola , Tarot Reader, Madridista, Pemain DOTA 2 role Support :),
Konten dari Pengguna
15 Agustus 2019 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
REVIEW LIVERPOOL VS CHELSEA : KLOOP YANG BIJAKSANA VS LAMPARD YANG BERNYALI
ADVERTISEMENT
Perayaan Kemenangan Liverpool dalam ajang Eropa Super Cup 2019 (https://www.dailystar.co.uk/)
Lampard melewati dua pertandingan besar 2x45 menit dengan hasil berbeda, kalah melawan MU dan seri melawan Liverpool. Pada babak adu pinalti melawan kalah setelah Abraham gagal menaklukkan Andrian. Menarik bila melihat bagaimana sebenarnya nyali seorang Lampard dengan komposisi pemain yang terbatas akibat cidera dan juga hukuman larangan pembelian pemain. Moral pemain sebelum pertandingan pastilah dia bangkitkan menyusul pulihnya salah satu pemain kunci, Kante, menjelang pertandingan. Kembalinya gelandang mungil energic tersebut merupakan salah satu point krusial bagi formula yang diracik oleh Lampard guna menunjukkan bagaimana sebenarnya sepak bola ala Lampard. Kepada penggemar dan dunia, ia ingin menunjukkan bahwa pemilihan dirinya sebagai manager Chelsea musim ini bukan sesuatu yang gegabah atau ceroboh.
ADVERTISEMENT
Jika menyoroti lebih jauh apa yang Lampard sajikan pada pertandingan ini, ada sebuah asumsi yang datang dari saya. Lampard begitu terbuka dengan kritik dan juga masukan dari mantan bosnya , Mourinho, yang pada post dan pra pertandingan melawan MU. Mourinho mengatakan bahwa Lampard perlu pemain berpengalaman dan mumpuni dalam jam terbang ketika menghadapi pertandingan besar seperti pada pertandingan melawan MU (kritik Mourinho akibat mencadangkan Giroud pada laga tersebut)
Lampard mengamininya dengan menurunkan Giroud sebagai juru gedor Chelsea kala berjumpa dengan Liverpool di ajang Super Cup 2019. Meskipun tensi dan suasananya berbeda, bagi seorang Lampard tiap pertandingan adalah sebuah proses pertumbuhan dan juga pendewasaan. Kritik akan kemudaan dan kapastitas Lampard bukan hal baru sejak ia jadi pemain sampai jadi manager. Kritik selalu ia jawab dengan baik seiring perbaikan kualitas permainan dari waktu ke waktu. Laga pertandingan tadi pagi adalah buktinya, meskipun tidak menjadi kampium pada laga tersebut, ada sesuatu yang menarik dari seorang Lampard di tengah kiprah nama-nama Kloop, Pep, Pochetino, dan Emery yang ke depannya akan jadi lawan dia dalam perang urat syaraf dan juga perang taktik di lapangan.
ADVERTISEMENT
Tentu hal di atas tidak akan menarik jika saya tidak coba menganalisis bagaimana sebenarnya jalannya pertandingan Liverpool vs Chelsea. Jadi mari kita mulai.
Liverpool
Cideranya Allison membuat Adrian menjadi sosok penjaga gawang. Kampanye Kloop diisi dengan nama Gomez di kanan pertahanan, Virgil, dan Matip di sektor bek tengah, lalu ada Robertson di sisi kiri pertahanan. Trio Handerson, Fabinho, dan Milner ditempatkan di sektor tengah. Ox, Mane, dan Salah sebagai juru gedor.
Melihat skema yang Kloop siapkan, terkhusus sektor Gomez sebagai bek kanan, saya melihat hal tersebut untuk meredam gerak Emerson yang mengisi sektor kiri pertahanan Chelsea yang bekerja sama dengan Pulisic. Kloop, asumsikan jika duo Emerson dan Pulisic akan dimainkan di sisi kiri menyusul performa tidak impresif seorang Barkley pada laga melawan MU. Pemilihan trio gelandang Liverpool di atas saya lebeli dengan geladang “batu” yang mana minim kreativitas namun memimiliki kemampuan fisik dan stamina mumpuni guna meredam lini tengah Chelsea yang dikomandoi oleh Jorginho. Pemilihan Ox sebagai bagian lini depan di sisi kiri penyerangan sebenarnya untuk memberi ruang bagi Mane. Kecendrungan Mane dengan instruksi Kloop adalah harus bergerak dari kotak pinalti ke area kanan pertahanan Chelsea guna membuka ruang. Sebuah persiapan yang jitu mengingat pakem ini sangat di luar kebiasaan karena kehadirna Ox.
ADVERTISEMENT
Chelsea
Kepa di sektor penjaga gawang dilindungi oleh Azppilcueta, Christensen, Zouma, dan Emerson. Pola yang sama dengan pertandingan melawan MU, namun hal ini diperkuat dengan adanya Kante meng-cover di sisi kanan, Jorginho di tengah untuk distribusi bola dan Kovacic meng-cover di kiri. Pulisic dan Pedro membantu penyerangan dan pertahanan. Giroud sebagai ujung tombak diharapkan menjadi juru gedor dan juga papan pantul untuk lini kedua Chelsea untuk menciptakan peluang dan juga goal.
Point penting dari skema Lampard ini adalah Kante menutupi kelemahan pada sektor Azpilcueta dan bagaimana Pulisic dengan kecepatannya meneror sisi kanan pertahanan Liverpool. Pemilihan Emerson dan Pulisic sebagai kolega di sisi kiri, saya asumsikan sebagai pilihan seorang Lampard guna menjawab core taktik Kloop yang identik dengan sosok Alexander Arnold di pertahanan Liverpool. Arnold adalah tipikal bek sayap yang eksplosif dan cepat namun kadang terlambat menutup ruang. Bagi Lampard, seorang Kloop pada pertandingan ini perlu keseimbangan menyerang dan bertahan mengingat di sisi kir pertahanan Liverpool sudah pasti diisi oleh Robertson yang notabene bek sayap flamboyan yang mengutamakan positioning dan juga passing. Robertson dalam mengirimkan umpan tidak terlalu suka menusuk sampai ke area pertahanan lawan, cukup melayangkan umpan dari jauh. Itu juga yang membuat Lampard menempatkan Kovacic untuk meng-cover area yang ditinggalkan Emerson.
ADVERTISEMENT
Kloop menjawabnya dengan menempatkan seorang Gomez di sisi kanan, alih-alih seorang Arnold, meskipun tidak seeksplosif Arnold, pemilihan ini tepat dan Kloop memberi sinyal agar Salah bekerja sendiri di sisi kanan dan kalaupun Gomez harus naik, trio batu Liverpool harus sigap melakukan cover. Meskipun terlihat seperti didikte oleh Kloop, taktik dan formula Lampard tetap berjalan dengan baik pada laga tersebut.
Jalannya Pertandingan
Mane dengan lesatan dua gol nya pada pertandingan tersebut menjadi bintang. Hal tersebut tidak terlepas dari bagaimana kesigapan Kloop menjawab dengan melakukan perubahan taktik mendasar yakni mengembalikan core serangan dengan memainkan trio FirManSah. Seperti biasa Firmino akan jadi false nine untuk menarik pemain pemain bertahan Chelsea dari areanya lalu Mane dan Salah akan mengeskploitasi area kosong tersebut. Kecendrungan Mane pada pertandingan tersebut adalah bergerak secara diagonal dari kotak pinalti ke sisi kiri atau sebaliknya. Masuknya Wijnaldum sebagai pemain bervisi di lini tengah menjadi salah satu kunci hidupnya inisiasi serangan Liverpool, tidak lagi berpaku dari sisi sayap namun ada opsi dari tengah.
Heatmaps Mane sekalipun dipasang penyerang tengah, pergerakannya selalu melebar dari kotak pinalti ke sisi kanan pertahanan Chelsea guna menghindari Kante.
Mane sadar bahwa untuk menciptakan peluang dan goal, ia harus menjauhi Kante. Lebih baik Mane bertarung melawan Jorginho atau langsung dengan bek tengah Chelsea yang merupakan tipikal bek yang lambat. Gol pertama Mane adalah hasil bagaimana merusak skema dan koordinasi lini pertahhanan Chelsea di kotak pinalti. Lagi-lagi Azpilicueta menjadi tumit achilless bagi Chelsea
ADVERTISEMENT
Mengikuti Mane dengan pola pergerakannya adalah hal tidak mungkin bagi Kante. Lebih baik Kante membantu penyerangan atau pertahanan di area yang ditinggalkan Mane. Penterasi dan kecepatan Kante berguna sekali bagi Chelsea pada pertandingan ini. Determinasinya mencatatkan 12 drible dengan hasil 8 kali drible sukses. Catatan tertinggi dari semua pemain yang ambil bagian pada laga ini. Kante dengan Pedro bergerak guna meneror sisi kiri pertahanan Liverpool yang dijaga oleh Robertson dibantu oleh trio batu Liverpool.
Heatmaps Kante yang begitu dominan di sisi kiri pertahanan Liverpool berkolaborasi dengan Pulisic dan Pedro.
Giroud dengan satu goalnya terbilang bagus meskipun sepanjang laga harus berjibaku dengan tubuh-tubuh besar bek Liverpool. Menjadi papan pantul untuk lini kedua Chelsea atau pelindung bagi Pedro, Kante dan Pulisic dari hadangan langsung bek-bek Liverpool adalah sebuah tugas yang bagus dituntaskan oleh Giroud. Sekali lagi Lampard mengamini apa mantan bosnya bahwa pada laga besar, seorang pemain berpengalaman sangat dibutuhkan oleh Chelsea.
ADVERTISEMENT
Pergantian Pulisic dan dengan Mont dijawab oleh Kloop dengan mamasukan Arnold menggantikan Robertson. Gomes digeser ke sisi kiri. Harapannya adalah agar Lampard tertekan dengan kecepatan dua bek sayap Liverpool. Sane mencetak goal lagi melalui umpan Firmino yang sangat bergaya Liverpool sekali. Firmono mengacak Tomori menjuh dari kotak pinalti, lalu Mane meninggalkan Azpilicueta yang sudah megap megap dan gol tecipta.
Kesimpulannnya, pertandingan ini layak jadi salah satu pertandingan terbaik dalam karir manager seorang Lampard dan untuk Kloop sedikit banyak harapan tim agar puasa gelar EPL berakhir sedikit banyak sudah ada gambarannya meskipun masih terlalu dini.
ADVERTISEMENT
Sumber gambar heatmaps via : whoscored.com