Šarūnas Jasikevičius Ajarimu Tentang Karier, Anak, dan Keluarga

Daniel Simanullang
Pandit abal2 Sepak Bola , Tarot Reader, Madridista, Pemain DOTA 2 role Support :),
Konten dari Pengguna
31 Juli 2017 14:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Simanullang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Šarūnas Jasikevičius (Foto: Eurosport)
zoom-in-whitePerbesar
Šarūnas Jasikevičius (Foto: Eurosport)
ADVERTISEMENT
Šarūnas Jasikevičius yang lebih akrab dikenal dengan panggilan Saras belakangan menjadi sebuah perbincangan di kalangan netizen, terkhusus di dunia bola basket. Mantan pemain timnas Lithuania yang sekarang menjadi pelatih klub bola basket profesional di negeranya, yakni Žalgiris Kaunas, memberikan pembelajaran tentang basket itu tidak ada apa-apanya dibandingkan keluarga.
ADVERTISEMENT
Saras bukan orang sembarangan di dunia basket, dia memiliki sederet prestasi secara tim dan individu selama berkarier. Apa yang disampaikan oleh Saras yang notabene adalah salah satu dari deretan dalam EuroLeague Basketball Legend layak menjadi pembelajaran.
Pada press confrence yang biasa digelar oleh tim sebelum dan sesudah bertanding, Saras menjawab berbagai pertanyaan yang diberikan oleh awak media. Hingga tiba pada suatu momen yang akan dikenang sebagai salah satu momen terbaik di dunia basket.
Jurnalis mempertanyakan akan tindakan anak asuhnya, Augusto Lima, yang memilih menunggui anaknya lahir sementara tim yang menggaji dirinya (Augusto Lima) sedang dalam pertandingan krusial yakni semi final babak playoff.
Sontak pertanyaan jurnalis itu membuat Saras mempertanyakan apa maksud sang jurnalis mempertanyakan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Saras mengatakan kalau dirinya mengizinkan Augusto Lima pergi.
Namun, sang jurnalis membuat pernyataan yang mencari pembenaran apa yang ia tanyakan, jurnalis mengatakan bahwa bukan suatu hal yang normal dan biasa jika seorang pemain meninggalkan tim yang sedang berjuang terlebih ini adalah babak semifinal.
Lalu tampang Saras berubah menjadi keras dan bertanya kepada jurnalis,
Saras bertanya, "Apakah Anda memiliki anak?"
Sang jurnalis hanya diam, lalu Saras melanjutkan, "Hai anak muda, ketika kamu punya anak, maka kamu akan mengerti hal ini."
Lalu sesi press confrence itu diisi dengan acara menguliahi sang jurnalis muda secara personal.
"Kelahiran adalah salah satu pengalaman hidup luar biasa bagi manusia, tapi jujur apa yang kamu katakan tadi adalah pertanyaan bagus." Ujar saras sambil menunjukkan ekspresi kasihan kepada sang jurnalis.
ADVERTISEMENT
"Apakah kamu berpikir bahwa bola basket lebih penting daripada hidup ini?" Saras bertanya balik kepada Jurnalis.
Lalu sang jurnalis menjawab, "Bukan begitu, tapi ini adalah babak semifinal yang penting."
"Apa semifinal?" tanya Saras, "Untuk siapa hal ini penting?" lanjut Saras.
"Tim." jawab jurnalis.
Saras berkata kepada jurnalis, "Ketika Anda melihat anak pertama kamu, maka kamu akan mengerti apa yang paling penting dalam hidup ini. Tidak ada hal yang luar biasa di dunia ini bila dibandingkan dengan lahirannya seorang anak. Yakinlah dengan hal itu."
"Gelar atau apapun itu tidak ada artinya, Augusto Lima sedang dalam keadaan luar biasa saat ini dan ia bersyukur atas hal tersebut . Saya ikut berbahagia atas apa yang ia rasakan."
ADVERTISEMENT
Selengkapnya dapat Anda lihat di sini
Apa yang ditunjukkan oleh Saras bukan suatu hal yang main-main, terlebih pesan tersebut datang dari seorang yang dilabeli kelas dunia dalam dunia bola basket. Sebab seperti manusia pada umumnya, seorang atlet adalah bagian dari keluarga. Segemilang apapun kariernya, seorang atlet tidak bisa lepas dari keluarga. Ketika kariernya hancur, maka keluarga adalah sosok yang menjadi tempat ia menemukan jati diri dan pembelaan.
Masih ingat akan tindakan konyol seorang David Beckham di Piala Dunia 1998? Ganjalan dan akting Diego Simone membuat Beckham diganjar kartu merah dan jadi kambing hitam kekalahan Inggris kala itu. Pulangnya timnas Inggris diiringi dengan hujatan kepada Beckham. Bahkan media Inggris yang terkenal sadis memuat headline "10 Singa Perkasa, 1 Anak Tolol."
Kartu merah terburuk Beckham (Foto: Soccer Laduma)
zoom-in-whitePerbesar
Kartu merah terburuk Beckham (Foto: Soccer Laduma)
Bayangkan apa yang terjadi pada Beckham jika keluarganya tidak menyokongnya. Walau tidak bisa dipungkiri juga terkadang keluarga bisa menjadi sebuah awal rusaknya karier seorang atlet, mungkin Anda bisa tanyakan ini kepada Barcelona dengan kata kunci Alen Halilovic. Saras memberikan pembelajaran luar biasa untuk kita tentang bagaimana memaknai hidup dan keluarga dalam lingkup profesional.
ADVERTISEMENT