news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

The Golkar Way: Dulu Trilogi Pembangunan Kini Trilogi Olah Anggaran

Nina Fitri
http://galaberita.com/
Konten dari Pengguna
21 Maret 2017 3:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nina Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
The Golkar Way: Dulu Trilogi Pembangunan Kini Trilogi Olah Anggaran
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Partai Golkar menggelar Rapat Konsultasi Nasional pada 21 hingga 22 Maret di Bali. Rapat tersebut bakal dihadiri pengurus pusat, Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pakar dan perwakilan daerah provinsi se-Indonesia.
ADVERTISEMENT
Nama Setya Novanto menjadi perbincangan publik karena disebut dalam dakwaan kasus dugaan korupsi proyek e-KTP. Ketua DPR RI sekaligus Ketua Umum Partai Golkar tersebut diduga memiliki peran dalam mengatur kelancaran anggaran proyek tersebut. Sejumlah tokoh partai berlambang beringin pun bereaksi cepat atas dugaan keterlibatan Novanto dalam kasus korupsi e-KTP. Mulai dari unsur pengurus pusat, Dewan Pakar, Dewan Pembina, hingga Dewan Kehormatan bergerak untuk mengurangi dinamika di tubuh partai. Sikap elite Partai Golkar yang seolah melindungi Novanto dianggap wajar. Apalagi partai itu baru saja “sembuh” dari masalah dualisme kepemimpinan. Meski pada kenyataannya, rekonsiliasi belum berjalan sempurna.
Dulu, ideologi Golkar identik dengan pembangunan yang tertuang dalam trilogi pembangunan. Kini lebih dikenal sebagai perkumpulan para ahli 'trilogi olah anggaran' - di mana ada Golkar di situ ada uang.
ADVERTISEMENT
Golkar, semula dengan nama Sekber Golkar, berdiri pada 20 Oktober 1964. Ia disokong 97 organisasi kekaryaan, lalu mengembang hingga 201 organisasi. Pilar utamanya adalah Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), Koperasi Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro), dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) –dikenal dengan sebutan Trikarya. Golkar ikut pemilu 1971 dan menang, sehingga melegitimasi kuasa Soeharto.
Andil terbesar untuk kemenangan Golkar berasal dari Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia (Korpri), Pertahanan dan Keamanan (Hankam), dan Centre for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga pemikir kebijakan yang berkantor di Tanah Abang. Namun, usai pemilu 1971, mereka malah tak akur.
David Reeve, sejarawan asal Australia, menduga ada persaingan antarkelompok di Golkar. “Mungkin saja terjadi persaingan antara kelompok Ali Murtopo dan aliansi Hankam-Korpri; gesekan antara Hankam dan Korpri; persaingan antarsejumlah jenderal senior dari masing-masing kelompok ini, di mana semua jenderal menikmati akses sangat dekat dengan presiden; dan ketegangan sipil militer pada semua tingkatan,” tulis David dalam Golkar: Sejarah yang Hilang. Ali Murtopo, asisten pribadi Presiden Soeharto, lekat peranannya dalam pembentukan dan eksistensi CSIS.
ADVERTISEMENT
Menurut Leo Suryadinata, sejarawan National University of Singapore, persaingan dan saling berebut pengaruh dalam Golkar tercermin dalam Musyawarah Nasional (Munas) Golkar 1973. Munas membicarakan beberapa hal tentang ciri Golkar, antara lain kekuasaan di Jakarta, dominasi militer, dan perebutan kekuasaan di berbagai kelompok. Trikarya dan Korpri menginginkan kursi ketua umum, sedangkan Hankam dan CSIS saling sikut untuk membatasi pengaruh satu sama lain.
BACA SELENGKAPNYA
http://galaberita.com/news-features/nasional/4243-the-golkar-way-dulu-trilogi-pembangunan-kini-trilogi-olah-anggaran