Singapura Menjadi Negara Maju dengan Memaksa Warganya

ZamanOw.com https://zamanow.com/
Konten dari Pengguna
15 Maret 2018 1:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari User Dinonaktifkan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Singapura Menjadi Negara Maju dengan Memaksa Warganya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sarah Keating - BBC Future
Singapura berkembang dengan pesat dalam 50 tahun dari hampir tidak ada apa-apa.
ADVERTISEMENT
"Kopi lah," kata seorang pria tua Singapura, sambil bersandar di meja kafe.
Pekerja di kios itu menyerahkan kantong berisi kopi tebal dan lembut yang dipermanis dengan susu kental.
"Apakah ada orang yang pernah meminta pilihan yang lebih sehat?" Saya bertanya kepada wanita di belakang meja kasir. Dia tertawa. "Lebih baik," katanya, menyiratkan bahwa orang adalah makhluk yang memiliki kebiasaan.
Saat saya berkeliling pasar, udara penuh dengan bau mie kuah, babi panggang dan sate manis, saya memperhatikan ada stiker bundar merah di berbagai kios. "Pilihan lebih sehat tersedia di sini", tulis di satu stiker. "Kami menggunakan minyak yang lebih sehat", tulis stiker lain.
Itu adalah bagian dari Program Makanan Sehat yang dicanangkan Badan Promosi Kesehatan dengan memberikan pendanaan kepada penyedia makanan dan minuman jika mereka memberikan opsi yang lebih sehat kepada konsumen.
ADVERTISEMENT
Itu adalah sebuah indikasi yang sederhana, meski tidak signifikan, dari 'paksaan' pemerintah terhadap warganya untuk membuat pilihan yang lebih baik.
Sejak negara di ujung selatan Semenanjung Melayu itu melewati usia 50 tahun, pemerintahnya sangat semangat melihat ke luar, untuk belajar dan berkolaborasi dengan negara lain untuk membentuk masa depannya.
Salah satu strateginya adalah berkolaborasi dengan Tim Wawasan Perilaku (Behavioral Insights Team) dari pemerintah Inggris, yang dijuluki "Unit Dorong" yang menggunakan "teori dorongan".
Konsep 'dorongan' didasarkan pada gagasan bahwa orang dapat membuat pilihan yang lebih baik setelah didorong dengan kebijakan sederhana sambil tetap mempertahankan kebebasan memilih mereka.
Teori dorong banyak digunakan pemangku kebijakan di seluruh dunia saat ini, namun Singapura sebenarnya telah menggunakan strategi serupa jauh sebelum itu menjadi populer.
ADVERTISEMENT
Dan untuk mengerti mengapa, Anda harus melihat kembali ke sejarah negara tersebut.
Singapura dikenal sebagai lambang keteraturan dan efisiensi dan, yang lebih penting, tempat permen karet dilarang.
Saat ini, negara itu menjadi salah satu pusat keuangan dunia tapi predikat tersebut diraih dengan susah payah. Setelah diusir dari Federasi Malaysia dan menyusul kemerdekaannya pada tahun 1965, Singapura ditinggalkan dengan banyak masalah sosial ekonomi.
Seiring dengan pengangguran, kurangnya pendidikan dan perumahan sub-standar, Singapura juga negara yang kekurangan sumber daya alam dan tanah.
Pria yang mengemban tugas berat ini adalah mendiang Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Dia menyadari bahwa Singapura harus berubah agar bisa berkembang.
"Kami tahu bahwa jika kami sama seperti tetangga kami, kami akan mati. Karena kami tidak dapat menawarkan apa yang mereka tawarkan, jadi kami harus menghasilkan sesuatu yang berbeda dan lebih baik dari pada yang mereka miliki. Itu berarti tidak korupsi. Itu berarti efisien, itu berarti meritokratis, itu berhasil," katanya kepada New York Times.
ADVERTISEMENT
BACA LANJUT: https://zamanow.com//kabar-ow/1139-singapura-menjadi-negara-maju-dengan-memaksa-