Dampak Media Sosial Dalam Meningkatkan Minat Baca

Nindya Fauzia
Mahasiswi Universitas Negeri Semarang Jurusan Sastra Indonesia
Konten dari Pengguna
9 Desember 2021 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nindya Fauzia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Pixabay.image
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Pixabay.image
ADVERTISEMENT
Rata-rata semua orang di era digital saat ini memiliki media sosial. Umumnya digunakan untuk mengunggah foto liburan, kebersamaan keluarga, ataupun hanya untuk menunjukkan hobi semata dan hal lainnya. Tidak ada yang salah dari hal di atas untuk dilakukan di sosial media pribadi. Namun, harus tetap mengingat norma-norma yang berlaku di masyarakat. Agar tidak menimbulkan hal buruk dikemudian hari.
ADVERTISEMENT
Tapi seiring berjalan waktu dan kemajuan zaman, minat baca semakin berkurang terlebih di Indonesia. Sejak kecil, anak-anak sudah memegang gawai atau gadget. Saat harus melepaskan gadget dari tangan rasanya susah, bahkan ketika menangis anak-anak akan terdiam setelah melihat tontonan diaplikasi YouTube.
Mau tidak mau, kemajuan teknologi sekarang ini mengalami banyak perubahan. Apalagi dalam kehidupan manusia di era digital. Hampir semua aktivitas dapat dilakukan melalui gadget. Bahkan media pembelajaran kini memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga diharapkan dapat bersaing di tingkat global.
Dulu buku hanya ada dalam bentuk lembaran-lembaran tulisan yang disusun menjadi satu kesatuan. Tapi seiring dengan kemajuan zaman, buku tidak hanya berbentuk kertas saja. Melainkan berbentuk digital yang dapat disimpan dalam handphone. Biasanya disebut juga dengan ebook. Begitu juga dengan koran cetak, rasanya sudah jarang yang berlangganan dan membacanya. Para pelanggannya lebih memilih beralih kepada koran digital yang ada di handphone. Selain karena praktis dan mudah, pembacanya pun dapat membuka kapanpun yang diinginkan tanpa harus membawa lembaran kertas di tas atau tangannya.
ADVERTISEMENT
Sesungguhnya, di era digital saat ini tanpa berlangganan koran pun dapat mengetahui berbagai informasi. Karena rata-rata disemua media sosial banyak akun yang memberitakan berita terkini, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Kemajuan tersebut, tentu membawa kabar buruk dalam minat baca buku fisik. Dengan beragam alasan yang dikemukakan. Tapi akhir-akhir ini, sepertinya banyak anak muda yang kembali membaca sebuah cerita. Entah karena berada di handphonenya atau karena dikemas sesuai dengan keadaan hidup masa kini.
Berbagai aplikasi juga sudah menyediakan kemudahan untuk anak-anak muda saat ini, untuk menuangkan ide pikirannya dalam rentetan tulisan atau hanya sekedar membaca karya dari orang lain yang mempublikasinya di sana.
Semenjak Covid-19 menerpa seluruh dunia, khususnya Indonesia. Banyak yang memanfaatkannya untuk menulis cerita dalam bentuk kolom chat aplikasi sosial media. Lazimnya, mereka para penulis membagikan karyanya dalam aplikasi Twitter. Mereka menyebutnya dengan sebutan AU. Alternate Universe atau AU merupakan cerita fiksi yang dituangkan dalam bentuk kolom chat, ataupun percakapan dalam sosial media para tokohnya. Visualisasi tokoh utamanya juga tidak jarang menggunakan foto idola penulis. Tetapi, dibuat seolah-olah idola tersebut tinggal di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bahkan tidak jarang trending di Twitter mengenai nama pemain ataupun judul cerita AU yang ditulis. Setelah mendapat tempat dihati pembacanya, tentu akan menerima pinangan dari penerbit buku yang melihat keuntungan dari populer cerita tersebut. Walaupun sudah membacanya sampai selesai di Twitter, saat jadi buku cetak pembacanya tidak segan membelinya dan membacanya kembali.
Tidak hanya cerita dari Twitter saja yang memiliki minat tinggi, tetapi juga cerita yang terdapat diaplikasi Wattpad. Wattpad sendiri merupakan aplikasi yang berasal dari Toronto, Kanada. Penggunanya bisa menggunakannya untuk mengirim karya dalam bentuk artikel, cerita pendek, novel, puisi atau sejenisnya.
Kesuksesan dari cerita-cerita yang dipublikasikan pada sosial media ini mampu menggerakkan keterpurukan minat baca di Indonesia. Tidak hanya pada minat baca, tetapi seluruh kompenan lainnya seperti penerbit, pencetak buku, maupun distributor buku.
ADVERTISEMENT
Selama digunakan dengan baik, media sosial akan membawa dampak baik bagi penggunanya. Diharapkan akan banyak lagi anak muda yang berbakat dalam menulis, untuk menghasilkan karya yang dapat disukai banyak orang dan mampu menjadi sebuah buku dikemudian hari.
Namun, dibalik kemudahan menulis pada blog dan situs pribadi. Menyimpan kepahitan mendalam bagi penulis yang dicuri karyanya oleh seseorang dengan mudahnya. Karena masih banyak yang berpikir enteng, mengenai tulisan yang sudah dipublish di media sosial. Mereka beranggapan bahwa tulisan yang sudah dipublish, berhak dan dapat diambil oleh orang lain begitu saja. Karena pada dasarnya tidak ada yang bisa melindungi karya mereka. Selain mereka sendiri.