Pancasila Pada Generasi Z

Niswah Rusyda
Mahasiswa Universitas Jember
Konten dari Pengguna
30 November 2022 21:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Niswah Rusyda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi generasi Z. Sumber: unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi generasi Z. Sumber: unsplash.com
ADVERTISEMENT
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan acuan dan pedoman bangsa Indonesia dalam segala aspek, terutama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pancasila disusun oleh para pendiri bangsa dengan memikirkan kepentingan negara, yang memiliki sifat terbuka terhadap perubahan pola kehidupan masyarakat serta mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan generasi.
ADVERTISEMENT
Memasuki era globalisasi, teknologi semakin menjadi kebutuhan penting semua orang dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Menurut Budiati (2018), peralihan generasi terjadi saat teknologi global berkembang dengan pesat, yang kemudian “melahirkan” generasi Z dengan pola pikir yang cenderung menginginkan hal serba instan. Makin canggih teknologi, membuat manusia yang hidup pada zaman ini memiliki keterkaitan erat dengan teknologi, serta kebutuhan yang bergantung pada internet di semua aspek.
Dunia digital, yang terbenam dalam diri generasi Z, kemudian memfasilitasi cara mereka berkomunikasi dan berhubungan antara satu sama lain. Berbeda dengan generasi lain, generasi Z tidak hanya mengetahui segala hal mengenai cara menggunakan teknologi, tetapi mereka juga menguasai logika tentang cara kerjanya, serta bagaimana mengadaptasi dan menemukan teknologi yang ingin mereka gunakan.
ADVERTISEMENT
Selain mencintai teknologi, generasi Z memiliki karakter yang fleksibel, cerdas, serta memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap budaya. Konotasi cerdas di sini adalah bagaimana generasi Z telah mengembangkan kemampuan yang luar biasa untuk memproses dan menyaring informasi agar fokus terhadap apa yang mereka minati dan butuhkan. Mereka memiliki kapasitas perhatian yang sangat terkonsentrasi, di mana mereka hanya memerlukan 8 (delapan) detik untuk memahami apakah suatu konten, dalam bentuk dan format apa pun, menarik atau tidaknya bagi mereka.
Menurut Harvard Business Review (2021), generasi Z sedang “menciptakan” dunia dengan sangat ahli. Teknologi digital telah memberikan mereka kemampuan untuk menemukan sarana hiburan dan pembelajaran alternatif. Sehingga, mereka memiliki banyak kesempatan untuk berspesialisasi dalam apa yang mereka tekuni, di luar pembelajaran sekolah maupun di lingkungan keluarga dan pertemanannya.
ADVERTISEMENT
Dalam penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teknologi digital, khususnya jejaring sosial, memiliki keterkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari generasi Z. Suka tidak suka, penguatan nilai-nilai Pancasila juga perlu berkompromi dengan perkembangan teknologi digital, khususnya jejaring sosial. Model pendekatan yang digunakan pada zaman dahulu sudah sulit untuk diterapkan. Penggunaan strategi “kekinian”, yang fleksibel serta dikemas dengan menarik, sangat diperlukan. Beberapa contohnya adalah dibuatnya aplikasi, game, tayangan film, atau sesederhana klip video berdurasi satu sampai tiga menit.
Menurut We Are Social (2022), persentase pengguna internet yang menggunakan setiap platform media sosial di Indonesia adalah Whatsapp sebanyak 88,7%, Instagram sebanyak 84,8%, Facebook sebanyak 81,3%, dan Tiktok sebanyak 63,1%. Beberapa saluran tersebut merupakan tempat di mana mereka mengekspresikan diri, menciptakan banyak identitas, dan memandu narasi dengan tujuan dan untuk audiensi tertentu, yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan konsep dan strategi penguatan nilai-nilai Pancasila pada generasi Z. Tentu saja hal ini perlu melibatkan diskusi dan pandangan dari dua pihak, yaitu pakar yang memahami ideologi Pancasila dan pembuat konten.
ADVERTISEMENT
Selain menggunakan pendekatan teknologi digital, penyederhanaan konsep Pancasila dengan bahasa yang mudah dipahami serta diterima generasi Z, juga perlu diperhatikan. Hal ini dilakukan agar esensi nilai Pancasila dapat lebih dirasakan dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari.
Penguatan nilai-nilai Pancasila juga dapat dilakukan melalui pendekatan budaya, serta internalisasi di semua tingkat pendidikan. Pembelajaran di kampus dapat di-upgrade dengan mengajak mahasiswa bergerak dan memberi contoh aktualisasi, bagaimana segala garis kehidupan tidak jauh dari Pancasila. Aktualisasi ini juga dapat dilakukan dengan mengaitkan topik tertentu yang sedang hangat diperbincangkan ataupun peristiwa yang sedang terjadi. Hal ini perlu dilakukan mengingat, bagaimana karakteristik generasi Z yang memiliki kapasitas yang besar untuk memproses dan menyaring informasi, sehingga mereka membutuhkan penjelasan yang rasional, mengapa Pancasila sangat penting untuk hadir dalam kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Referensi
Zis, S. F., N. Effendi, dan E. R. Roem. 2021. Perubahan perilaku komunikasi generasi milenial dan generasi z di era digital. Satwika : Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial. 5(1):69–87.
Sica, Rosario., Ferrari, Silvia., Giordano, Giuseppe., Ventura, Stella Maria., dkk. 2021. Zeneration Time: Works, ambitions, and attitudes from A to Gen Z. Italia: Harvard Business Riview.
Hootsuite and We Are Social. 2021. Digital in 2021 : Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use In Indonesia.