Bisakah Seseorang dengan Autisme Jatuh Cinta dan Menjalin Hubungan?

Nitsa Mahsa Nuraisha
Mahasiswa Psikologi di Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
5 Desember 2022 17:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nitsa Mahsa Nuraisha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Pada pertengahan tahun 2022, sebuah drama asal Korea Selatan yang mengangkat isu autisme banyak diperbincangkan di seluruh dunia. Attorney Woo Young-Woo begitulah judul dari drama tersebut. Drama ini menceritakan mengenai seorang pengacara bernama Woo Young-Woo yang sangat pintar dan dia merupakan penyandang ASD (Autism Spectrum Disorder). Dia dapat menghafal banyak hal, tetapi dia kesulitan dalam melakukan hubungan sosial dan merasakan empati. Woo Young-Woo mulai bekerja sebagai pengacara magang di sebuah firma hukum terkenal. Ketika sedang bekerja di sana, dia menghadapi beberapa kesulitan seperti prasangka buruk dan irasionalitas dari orang-orang sekitar terhadapnya, tetapi dia berhasil menyelesaikan kasus dengan perspektif uniknya dan tumbuh sebagai pengacara.
ADVERTISEMENT
Selain karena jalan ceritanya yang menarik, penonton juga tertarik dengan perspektif Woo Young-Woo karena pemeran utama dengan ASD masih jarang di industri perfilman. Penonton awan ingin mengenal dan mengetahui lebih tentang bagaimana cara seseorang dengan ASD berpikir, bersosialisasi, maupun menjalin hubungan romantis. Drama ini diklaim oleh banyak orang telah berhasil menggambarkan karakter ASD yang sesuai dengan realitas. Aktris pemeran Woo Young-Woo alias Park Eun Bin juga mendapat banyak pujian atas aktingnya yang mengagumkan dan keberhasilannya dalam membawakan karakter ASD beserta detail-detailnya.
Drama ini pun juga menambahkan detail cerita berupa hubungan romantis antara Woo Young-Woo dan Kang Tae-Oh. Mereka diceritakan mengalami beberapa kesulitan pada awalnya karena kurangnya empati dan kepekaan Woo Young-Woo, tetapi pada akhirnya mereka berhasil melewati masalah tersebut bersama-sama. Berbicara mengenai hubungan romantis antara seseorang dengan ASD dan non-ASD, masih banyak yang mengira bahwa seseorang dengan ASD tidak dapat jatuh cinta maupun menjalin hubungan romantis dalam jangka panjang. Pemahaman ini tentu perlu untuk diluruskan.
ADVERTISEMENT
Studi yang dikembangkan oleh J. Dewinter, H. De Graff, dan S. Begeer pada tahun 2017 mengenai Sexual Orientation, Gender Identitiy, and Romantic Relationships in Adolescents and Adults with Autism Spectrum Disorder menyatakan bahwa partisipan dengan ASD, baik laki-laki maupun perempuan, juga menginginkan adanya hubungan yang romantis dengan seseorang yang mereka cintai. Seseorang yang tumbuh dengan ASD memiliki kebutuhan biological yang sama akan keintiman dan hubungan romantis seperti kebanyakan orang. Terdapat penelitian-penelitian lain dengan topik yang hampir serupa juga menyatakan hal yang sama.
Beberapa karakteristik seseorang dengan ASD memengaruhi cara pandang orang awam terhadap ketidakmampuan mereka dalam menjalin hubungan romantis dalam jangka waktu yang lama seperti mereka tidak mampu berkomunikasi nonverbal, tidak dapat melakukan kontak mata dengan baik, memiliki pemikiran yang kompleks, tidak fleksibel, terlalu sensitif terhadap sentuhan, suara, atau tekstur, dan juga mengalami disregulasi emosional (Hartmann dkk., 2013). Ketika membahas mengenai intimacy, Individu dengan ASD memiliki masalah atas kepekaan terhadap kontak fisik dan ketidakmampuan metolerir sensasi internal ketika melakukan kontak fisik sehingga menyebabkan kecemasan yang signifikan. Individu dengan ASD juga mengalami masalah komunikasi saat flirting dan mengontrol perasaan saat naik turunnya fase dalam hubungan. Terdapat tuntutan dari pasangan neurotypical yang mengharapkan timbal balik sosial-emosional turut menambah kecemasan pada seseorang dengan ASD dalam menjalani suatu hubungan romantis (Sala dkk., 2020).
ADVERTISEMENT
Karakteristik di atas memang benar dialami individu dengan ASD, tetapi bukan berarti karakter tersebut tidak dapat dikembangkan. Dr. Koegel dalam bukunya yaitu, Growing Up on the Spectrum: A Guide to Life, Love, and Learning for Teens and Young Adults with Autism and Asperger’s membagikan kisah-kisah kliennya dalam menjalin hubungan sosial baik pertemanan maupun percintaan. Sebagaian besar dari mereka memang awalnya kesulitan untuk menjalin hubungan yang bermakna dengan pasangan mereka. Namun, dengan bantuan dari orang tua, tenaga profesional, dan pengertian dari pasangan, mereka dapat mengembangkan hubungan romantis yang sehat dan dalam jangka waktu yang lama. Bahkan beberapa dari mereka berhasil menikah dan dapat hidup terpisah dari orang tuanya.
Berikut beberapa cara yang disarankan Dr. Koegel dalam bukunya untuk seseorang dengan ASD yang baru memulai/sedang menjalin hubungan romantis.
ADVERTISEMENT
1. Priming
Priming merupakan skenario buatan mengenai suatu situasi sosial yang dilakukan oleh orang tua dan anak dengan ASD agar mereka siap dihadapkan pada situasi di kehidupan nyata. Beberapa profesional menyarankan penggunaan gambar sebagai petunjuk, tetapi instruksi secara lisan pun juga cukup membantu. Orang tua diharapkan melakukan suatu diskusi terlebih dahulu terkait situasi sosial yang mungkin terjadi dan bagaimana cara yang tepat untuk berinteraksi dalam situasi tersebut.
Misalnya ketika anak pertama kali menyukai seseorang dan berniat untuk mengajaknya berkencan. Orang tua dapat membantu si anak dengan cara memberikan beberapa contoh topik pembicaraan yang mungkin bisa dibicarakan, contoh perilaku yang dapat menarik perhatian lawan bicara, maupun respons yang tepat terhadap situasi tertentu. Hal ini dapat menenangkan anak dengan ASD ketika melakukan kencan pertama.
ADVERTISEMENT
2. Teaching Listening
Seseorang dengan ASD cenderung memiliki minat yang terbatas pada beberapa topik saja dan kurangnya kesadaran sosial membuat orang lain memandangnya sebagai self-absorption (ketidakmampuan untuk menampilkan empati). Semua orang suka didengarkan, dan tidak ada yang suka bersama seseorang yang fokus pembicaraannya hanya tentang subjek yang dia minati. Keterampilan berbicara dan mendengarkan dengan simpatik tidak selalu datang secara alami kepada seseorang yang memiliki spektrum, maka dari itu orang tua perlu untuk mengajari seni mendengarkan kepada anak. First impression yang baik sangat penting pada kencan pertama, dan berhasil membuat orang lain merasa berharga menjadi poin plus dalam menciptakan first impression yang baik.
3. Exploiting Strenghths
Sebagian besar seseorang dengan ASD memiliki area kekuatannya masing-masing. Jika kekuatan ini digunakan dengan cara yang tepat, mereka dapat menjadi seseorang yang menonjol maupun seseorang yang dikagumi orang lain, bahkan mungkin in romantic way, atau bahasa populernya crush.
ADVERTISEMENT
Orang tua perlu membantu anak untuk menemukan kekuatannya yang bisa membuatnya dihargai oleh teman-temannya. Jika anak menonjol di kalangan anak-anak lainnya, pasti akan membuat kencan pertamanya lebih mudah.
Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan ASD dapat merasakan perasaan cinta maupun menyukai seseorang. Mereka juga menginginkan memiliki partner atau pendamping dalam hidupnya. Banyak orang telah mengaku bahwa merekapun cukup kesulitan dalam menjalin hubungan/berkencan. Apalagi bagi seseorang dengan ASD, bagi mereka menjalin hubungan bisa sangat-sangat menyulitkan. Tetapi permasalahan-permasalahan seputar berkencan atau memiliki hubungan romantis dapat dikelola asalkan ada komunikasi dan kemauan saling mengerti antara kedua belah pihak. Memiliki ASD bukanlah kendala bagi seseorang untuk dicintai dan mencintai. Cinta haruslah bersifat universal dan dapat dirasakan bagi tiap-tiap orang yang membuka hatinya.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Dewinter, J., De Graaf, H., & Begeer, S. (2017). Sexual orientation, gender identity, and romantic relationships in adolescents and adults with autism spectrum disorder. Journal of Autism and Developmental Disorders, 47(9), 2927–2934. https://doi.org/10.1007/s10803-017-3199-9
Girardi, A., Curran, M. S., & Snyder, B. L. (2020). Healthy intimate relationships and the adult with autism. Journal of the American Psychiatric Nurses Association, 27(5), 405–414. https://doi.org/10.1177/1078390320949923
Jack, C. (2021, October 6). Can a person with autism fall in Love?. Psychology Today. Retrieved December 3, 2022, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/women-autism-spectrum-disorder/202110/can-person-autism-fall-in-love
Koegel, L. K., LaZebnik, C. S., & LaZebnik, A. (2010). Growing up on the spectrum: A guide to life, love, and learning for teens and young adults with autism and Asperger's. Penguin Books.
ADVERTISEMENT
R., M., Hartmann, K., I., S., Bondi Polychronopoulos, G. M., & Dorbi, V. (2013). Relationships, sexuality, and intimacy in autism spectrum disorders. Recent Advances in Autism Spect
rum Disorders - Volume I. https://doi.org/10.5772/53954
Sala, G., Hooley, M., & Stokes, M. A. (2020). Romantic intimacy in autism: A qualitative analysis. Journal of Autism and Developmental Disorders, 50(11), 4133–4147. https://doi.org/10.1007/s10803-020-04377-8