Melawan Kecemasan Bipolar di Tengah Pandemi

Novika Rachmadilla Fitri
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
29 November 2021 9:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Novika Rachmadilla Fitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kata ‘Bipolar’ tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat terutama untuk orang-orang yang mempelajari ilmu sosial dan psikologi. Secara medis, orang dengan bipolar tidak memiliki kemampuan untuk mengatur emosi, suasana hatinya akan berubah dengan sangat ekstrem. Saat suasana hatinya memburuk, pengidap bipolar akan dengan mudah merasa cemas, sedih, dan terpuruk.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi ini, kita dituntut untuk beradaptasi dengan keadaan dan kebiasaan-kebiasaan baru. Masyarakat terutama orang yang berjuang dengan bipolar harus bisa menyesuaikan diri dan menjaga kesehatan mentalnya agar tetap stabil.
Ternyata, buat diri sendiri bahagia itu mudah loh! Yuk simak cara-caranya!
Apa Itu Bipolar?
Definisi dari bipolar ini sendiri adalah sebuah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang begitu drastis berupa mania dan depresi. Bipolar juga menyebabkan terjadinya perubahan suasana hati, tingkat aktivitas, energi, konsentrasi, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
American Psychology Association (2000) mendefinisikan gangguan bipolar sebagai gangguan yang disertai satu atau lebih episode manik atau hipomanik. Lalu digantikan dengan episode depresi mayor dengan jeda periode mood yang normal.
Ilustrasi orang yang sedang stres. source : unsplah
Setiap manusia pada dasarnya memang akan selalu mangalami suasana hati dan buruk. Namun, seseorang dengan gangguan bipolar akan memiliki ayunan perasaan atau biasa disebut mood swings yang ekstrem. Misalnya, seorang dengan bipolar bisa saja merasa bersemangat dan antusias (mania), dan ketika suasana hatinya memburuk, ia bisa merasa sangat depresi hingga putus asa, bahkan beberapa diantaranya akan timbul rasa ingin bunuh diri.
ADVERTISEMENT
Gangguan bipolar dibagi menajadi tiga episode yakni episode manik, episode hipomanik, dan juga episode depresi. Episode manik adalah sebuah peningkatan euphoria yang bisa dibilang tidak realistis, mengapa begitu? Karena orang yang sedang berada di fase ini akan merasa sangat gelisah dan melaksanakan aktivitasnya secara berlebihan.
Pada kondisi hipomanik, pengidap akan berada di kondisi bahagia yang sangat besar dalam jenis manik, namun tingkat perkembangannya lebih rendah (Mendel, 1881 dalam Mondimore, 2006).
Yang terakhir yakni episode depresi, seseorang yang sedang berada di fase ini akan merasakan sedih dan rasa penyesalan yang begitu besar. Hal ini akan berdampak besar terhadap pola kehidupan termasuk pola tidur. Pengidap akan mengalami insomnia atau bahkan kebalikannya. Seseorang yang sedang depresi yakin bahwa suatu yang buruk dan menakutkan akan menghampiri dirinya
ADVERTISEMENT
Bipolar dan Korelasinya dengan Tantangan di Tengah Pandemi
Saat ini, kita sedang berada di tengah keadaan yang sangat sulit dan menjenuhkan. Penelitian Lancet Regional Health menyatakan bahwa tekanan psikologis, depresi, dan gangguan kecemasan lazim ditemukan ditengah masa pandemi ini. Angka persentase pengidap depresi dan bipolar juga meningkat dibanding tahun tahun sebelumnya.
Seperti yang dinyatakan oleh Medical Daily, orang yang hidup dengan gangguan dan kecemasan sebelum pandemi mengetahui bahwa orang lain paham apa yang mereka rasakan karena pandemi ini telah menempatkan mereka di posisi yang sama seperti para pengidap gangguan kejiwaan.
Suasana hati yang fluktuatif menjadi sebuah tantangan besar bagi para pengidap bipolar, karena sulitnya masa pandemi ini sangat bisa menjadi salah satu pemicu besar bagi lonjakan suasana hati pengidap bipolar. Kecemasan-kecemasan terbesar yang dirasakan para masyarakat adalah kecemasan akan kebutuhan hidup, isolasi dan pembatasan sosial, perasaan takut terhadap covid-19, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Penanganan Untuk Menetralisir Rasa Cemas
Rasa cemas dan ketakutan yang dirasakan oleh para penderita bipolar dapat dinetralkan dengan berbagai cara. Untuk pengidap bipolar, pengidap tentunya diharuskan untuk mengonsumsi obat-obatan farmakologi seperti Litium, obat anti konvulsan, carbamazepine, chlorpromazine, trihexyphenidyl, dan lain sebagainya.
Berikutnya intervensi psikologi, seperti unipolar depresi, tekanan hidup merupakan faktor besar yang menyebabkan terjadinya mood swings pada penderita bipolar. (Johnson, 2009) menemukan bahwa dukungan sosial diprediksi mampu mempercepat proses pemulihan dengan mengurangi gejala-gejala depresi secara bertahap.
Pengidap bipolar sangat mudah merasa cemas, takut, merasa bersalah, dan lain sebagainya, maka dari itu, dukungan dari lingkungan sekitar seperti teman atau keluarga sangatlah penting untuk membantu para pengidap bipolar menghilangkan perasaan buruk tersebut.
ADVERTISEMENT
Berikutnya, menyisihkan waktu dan fokus kepada diri sendiri juga sangat penting untuk mengetahui sisi terdalam dari dalam diri dan dapat menurunkan stress karena kita memahami bagaimana cara terbaik diri sendiri untuk keluar dari masalah dan berdamai dengan diri sendiri.
Apresiasi diri juga merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Karena dengan ini, kita dapat dengan mudah menemukan kebahagiaan sekecil apapun.
Don’t let the Chicken Little Syndrome overpowers you.
The sky is not falling!
REFERENSI
(2019)., W. H. (n.d.). Mental Disorders. https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/mental-disorders.
Afifah, M. N. (n.d.). Bagaimana Dampak Stres Pandemi Corona pada Kesehatan Mental dan.
Fundrika, Bino Aria, D. A. (n.d.). Bimo Aria Fundrika, Dini Afrianti Efend, ” Terungkap! Gangguan Mental yang Dialami Anak.
ADVERTISEMENT
Dewi Adhitya S. Koesno. (n.d.). Studi: Penderita gangguan mental meningkat selama pandemi COVID-19.
Fundrika, B. A., & Afrianti, D. (2021). Terungkap! Gangguan Mental yang Dialami Anak. DAMPAK DAN PENGARUH PANDEMI TERHADAP KESEHATAN MENTAL.
Puji, A. Kenali gejala depresi berdasarkan usia dan tingkat keparahannya,.
Yadav, G. C. (2021). "Effects of Happiness on Mental Health", The. DAMPAK DAN PENGARUH PANDEMI TERHADAP KESEHATAN MENTAL.