Jalan Berliku Membawa Dwi Hartanto Menuju Meja Pertobatan

8 Oktober 2017 14:27 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto)
zoom-in-whitePerbesar
Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto)
ADVERTISEMENT
Di depan alumni TU Delft, mahasiswa Indonesia program doktoral di TU Delft Belanda, Dwi Hartanto, mengakui bahwa klaim-klaimnya di bidang kedirgantaraan selama ini tidak benar. Dia meminta maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan.
ADVERTISEMENT
Pengakuan disampaikan di depan 13 orang alumni dan pengurus PPI Delft, sebagian lainnya mengikuti daring dari berbagai negara, antara lain Dr DH Wicaksono, Dr Muhammad Reza, di ruang Hive, Perpustakaan Delft University of Technology, Sabtu (7/10) waktu setempat. kumparan turut hadir dalam pertemuan tersebut. Selengkapnya pengakuan Dwi dapat dilihat di sini.
Berikut kronologi klaim Dwi hingga terbongkarnya kebohongan tersebut:
Juni
Diskusi mengenai 6th generation fighter jet alias pesawat tempur generasi keenam yang dilontarkan Dwi serta pengembangan pesawat tempur EuroTyphoon menjadi EuroTyphoon Next Generation masih hangat di Delft. Topik ini juga menghiasi media nasional.
Agustus
Dwi Hartanto dikabarkan mendapat penghargaan dari Duta Besar RI bertepatan dengan upacara HUT ke-72 Proklamasi RI.
ADVERTISEMENT
September
Bangunan klaim prestasi hebat Dwi mulai terlihat janggal ketika diumumkan bahwa dia akan mempertahankan disertasi PhD-nya pada 13/9/2017.
Padahal Dwi Hartanto telah ambil bagian dalam program pemerintah Visiting World Class Professor, Desember 2016, sebagai Assistant Professor di TU Delft bidang Aerospace, menjadi narasumber di perguruan tinggi ternama.
Pencabutan penghargaan Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto/ina.indonesia.nl)
zoom-in-whitePerbesar
Pencabutan penghargaan Dwi Hartanto (Foto: Dwi Hartanto/ina.indonesia.nl)
Dalam video wawancara dengan Najwa Shihab (Mata Najwa), Dwi juga secara eksplisit jelas menyebut posisi sebagai assistant professor.
Karena capaian-capaiannya itu beberapa alumni dan teman seangkatan dibuat takjub, bangga sekaligus heran. Apakah ini gelar PhD yang kedua? Dwi tidak kunjung memberi klarifikasi.
Investigasi terhadap Dwi diam-diam mulai dilakukan oleh alumni, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (I-4) dan PPI.
ADVERTISEMENT
Diperoleh dokumen sebanyak 33 halaman berisi foto-foto aktivitas Dwi Hartanto, disertai link ke berbagai media nasional, termasuk link video wawancara Mata Najwa lengkap dengan transkrip wawancaranya, juga data-data dari halaman Facebook-nya, didukung korespondensi email dengan beberapa pihak untuk mengklarifikasi aktivitas yang diklaim oleh Dwi Hartanto.
Berbagai upaya terus dilakukan oleh alumni melalui pertemuan di Delft untuk secara persuasif mendorong Dwi menceritakan fakta sebenarnya mengenai berbagai klaim prestasi yang telah dicapainya dan mengakui bahwa semua itu tidak benar.
Karena tidak ada tanggapan sesuai harapan, akhirnya ada laporan masuk ke pihak TU Delft, dan dikabarkan bahwa sidang komisi etik saat ini sedang berjalan. Berturut-turut dengan surat terbuka dari Dr Deden Rukmana.
ADVERTISEMENT
Oktober
Perkembangan soal Dwi sampai ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag. Pada (4/10), KBRI Den Haag di laman resmi situs webnya mengumumkan pencabutan penghargaan kepada Dwi sebagaimana tertuang dalam surat keputusan Nomor SK/029/KEPRI/IX/2017 yang ditandatangani oleh Duta Besar LBBP I Agung Wesaka Puja.
07 Oktober
Dwi Hartanto secara resmi menyampaikan pengakuan kepada publik bahwa klaim-klaimnya selama ini tidak benar dan menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan.
Alumni mendorong Dwi agar melakukan klarifikasi dan pengakuan secara terbuka agar tidak merusak lebih lanjut kepercayaan kepada ilmuwan dan dunia akademik. Integritas dan kode etik ilmuwan dan dunia akademik harus dijunjung tinggi, sebab kalau tidak maka akan hancur semuanya.
ADVERTISEMENT
Alumni dan PPI Delft tidak ingin membiarkan Dwi jatuh, tapi kode etik ilmuwan yang sakral itu harus diselamatkan, sekaligus dengan ini menyelamatkan Dwi dari kerusakan lebih lanjut, meminta Dwi untuk betul-betul bertobat tidak mengulangi lagi dan melakukan pendampingan agar Dwi mulai Senin menjalani counselling dari psikolog.
Sebagaimana dirangkum dari pertemuan alumni dan Dwi, yang juga dihadiri kumparan, di Ruang Hive, Perpustakaan Delft University of Technology, Sabtu 7 Oktober 2017.
Laporan reporter kumparan Den Haag: Eddi Santosa