Prajuritnya Kecelakaan, Menhan Belanda Letakkan Jabatan

4 Oktober 2017 7:53 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hennis-Plasschaert, Menhan Belanda. (Foto: Wikimedia Commons.)
zoom-in-whitePerbesar
Hennis-Plasschaert, Menhan Belanda. (Foto: Wikimedia Commons.)
ADVERTISEMENT
Menteri Pertahanan Belanda Jeanine Hennis meletakkan jabatan menyusul insiden kecelakaan mortir yang menewaskan 2 prajuritnya.
ADVERTISEMENT
Keputusan itu disampaikan Menhan wanita berusia muda bernama lengkap Jeanine Antoinette Hennis-Plasschaert (lahir 7 April 1973) itu dalam debat panjang di parlemen, Selasa malam atau Rabu (4/10) pagi WIB.
Dua orang prajurit Belanda tewas akibat kecelakaan dalam latihan dengan mortir saat menjalankan misi di Republik Mali, Afrika Barat, tahun lalu.
Hasil investigasi Onderzoeksraad voor de Veiligheid/OVV (Dewan Investigasi untuk Keamanan, red) menyimpulkan bahwa Kementerian Pertahanan lalai dalam menjamin keamanan prajuritnya.
Jeanine Antoinette Hennis-Plasschaert (Foto: Twitter: @JeanineHennis)
zoom-in-whitePerbesar
Jeanine Antoinette Hennis-Plasschaert (Foto: Twitter: @JeanineHennis)
Dalam debat yang berlangsung sampai larut malam itu Menteri Hennis mengakui bahwa dia pada awalnya kurang menanggapi dengan baik atas hasil investigasi.
“Belakangan, beberapa jam setelahnya, baru tahu apa yang seyogyanya mesti dikatakan. Dan pada saat itu saya tidak bisa. Saya juga cuma manusia biasa,” ujar Hennis dipantau kumparan Den Haag (kumparan.com).
ADVERTISEMENT
Menhan Hennis merupakan pejabat tinggi ke tujuh dalam Kabinet Rutte II, yang mengundurkan diri setelah mendapat kritik keras. Rekan sejawat satu partai politik (VVD) dengan PM Mark Rutte itu sebenarnya sedang diplot untuk kembali duduk di Kabinet Rutte III yang saat ini sedang dibentuk.
Hennis-Plasschaert diangkat sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Rutte II pada 5 November 2012 dan pernah melakukan kunjungan kerja sebanyak dua kali ke Jakarta (2013 dan 2014) untuk misi meningkatkan kerja sama pertahanan. Menjadi tanda tanya apakah setelah kejadian ini dia bisa terpilih kembali menjadi menteri.
Laporan reporter kumparan Den Haag: Eddi Santosa