Terapi Bercerita Sebagai Upaya Meningkatkan Self Esteem Pada Anak Yatim Piatu

Nur Rahmi Luthfiana
Mahasiswa Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Desember 2023 10:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nur Rahmi Luthfiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
menceritakan cerita cerita motivasi yang meningkatkan self esteem. foto :paxels
zoom-in-whitePerbesar
menceritakan cerita cerita motivasi yang meningkatkan self esteem. foto :paxels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak yatim piatu kerap kali dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan dalam tumbuh kembang mereka. Menurut data Kementerian Sosial tahun 2021, terdapat sekitar 438 ribu anak yatim piatu di Indonesia. Kebanyakan dari mereka tinggal di panti asuhan dengan kurangnya perhatian secara individu. Kondisi seperti ini berisiko membuat mereka tumbuh dengan self-esteem atau harga diri yang rendah.
ADVERTISEMENT
Self-esteem yang rendah pada masa kanak-kanak ini dapat berlanjut hingga dewasa dan berdampak buruk pada kemampuan penyesuaian diri dan produktivitas mereka kelak. Oleh karena itu, upaya peningkatan self-esteem pada anak yatim piatu menjadi sebuah urgensi. Salah satu upaya yang menjanjikan adalah melalui terapi bercerita. Terapi bercerita adalah metode psikoterapi yang diyakini dapat membantu peningkatan self-esteem anak melalui pesan moral atau teladan dari cerita-cerita yang dibacakan pada mereka. Tulisan ini akan membahas mengenai bagaimana penerapan terapi bercerita untuk anak yatim piatu sebagai upaya peningkatan self-esteem mereka.

Apa itu self esteem dan apa hubunganya dengan anak yatim piatu

interaksi fisik dan emosional meningkatkan self esteem anak. foto : Paxels
Self-esteem atau harga diri merujuk pada penilaian individu terhadap nilai dan kemampuan dirinya, mencakup perasaan mampu, berharga, dan bermakna. Anak-anak yatim piatu cenderung memiliki tingkat self-esteem yang rendah, seperti yang tergambar dalam data Kementerian Sosial tahun 2018, yang mencatat bahwa sekitar 65% anak yatim piatu di panti asuhan Indonesia mengalami rendahnya harga diri.
ADVERTISEMENT
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya self-esteem pada mereka termasuk kurangnya kasih sayang orang tua, minimnya perhatian individu di panti asuhan, dan adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap anak yatim piatu. Kondisi ini berpotensi membentuk persepsi diri yang negatif dan menimbulkan perasaan tidak berharga pada diri anak.
Dampak dari self-esteem yang rendah pada anak yatim piatu mencakup kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar, pencapaian akademis yang rendah, serta risiko tinggi terkena tekanan psikologis dan terjerumus ke dalam perilaku menyimpang saat dewasa. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya yang lebih intensif dalam peningkatan self-esteem sejak dini guna mendukung perkembangan kepribadian yang lebih sehat pada anak-anak yatim piatu.

Bagaimana Mekanisme terapi berceritanya

Terapi bercerita sebagai upaya meningkatkan self esteem pada anak yatim piatu. foto : Ai Generator
Terapi bercerita merupakan suatu bentuk terapi yang menggunakan cerita sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan positif yang mendukung perkembangan mental individu (Gladding, 2011). Dalam terapi ini, anak-anak diajak untuk mendengarkan, memahami, dan meresapi cerita yang dipilih dengan tujuan tertentu oleh terapis.
ADVERTISEMENT
Terapi bercerita memberikan sejumlah manfaat dalam meningkatkan self-esteem, di antaranya: membantu anak menemukan teladan dan inspirasi melalui tokoh-tokoh cerita, menyampaikan pesan moral yang membangun harga diri, serta merangsang imajinasi dan keyakinan diri anak (Pardeck, 1998).
Mekanisme terapi bercerita dalam meningkatkan self-esteem melibatkan identifikasi anak dengan karakter positif dalam cerita, internalisasi nilai dan pesan moral dari cerita tersebut, serta merangsang imajinasi terhadap potensi diri (Bettelheim, 1976). Dengan demikian, terapi bercerita bukan hanya sekadar sebuah aktivitas, tetapi juga merupakan suatu pendekatan yang holistik untuk meningkatkan self-esteem anak melalui pengalaman bercerita yang mendalam dan bermakna.

Implementasi Terapi Bercerita bagi Anak Yatim Piatu

Implementasi Terapi Bercerita bagi Anak Yatim Piatu. foto : AI Generator
Dalam menerapkan terapi bercerita untuk meningkatkan self-esteem pada anak yatim piatu, beberapa metode yang dapat digunakan antara lain bercerita langsung dengan bantuan buku cerita bergambar, mendongengkan kisah fantasi atau fabel yang menginspirasi, drama/role-play cerita, hingga menonton film atau video cerita bersama (Riordan & Wilson, 1989).
ADVERTISEMENT
Cerita yang dipilih sebaiknya yang memberdayakan dan memotivasi seperti kisah perjuangan, cerita tentang rasa percaya diri dan penerimaan diri, serta dongeng yang menginspirasi dengan tokoh yang dihadapkan pada masalah besar namun berhasil mengatasinya.
Beberapa langkah penerapan terapi bercerita antara lain persiapan cerita dan media, pengenalan tokoh dan latar cerita, mendalami pesan moral dalam cerita, berdiskusi, hingga evaluasi pemahaman peserta (Forgan, 2002). Selama kegiatan juga perlu diperhatikan minat anak terhadap cerita, interaksinya dengan fasilitator, dan antusiasmenya selama terlibat agar metode ini berjalan efektif.

Apakah Terapi ini Efektif dalam meningkatkan Self Esteem

Implementasi Terapi Bercerita bagi Anak Yatim Piatu. Foto : Ai Generator
Untuk mengevaluasi efektivitas terapi bercerita dalam meningkatkan self-esteem pada anak yatim piatu, dapat dilakukan pengukuran self-esteem sebelum dan sesudah intervensi menggunakan kuesioner/skala self-esteem yang valid. Selain itu, dapat pula dilakukan wawancara dan observasi terhadap perubahan sikap dan perilaku anak.
ADVERTISEMENT
Jika terapi bercerita terbukti efektif meningkatkan self-esteem anak yatim piatu, maka perlu dilanjutkan secara berkala untuk mempertahankan peningkatan yang telah terjadi. Selain itu, materi dan metode cerita juga perlu terus dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan serta minat anak.
Sebaliknya, jika terapi bercerita belum menunjukkan peningkatan self-esteem yang signifikan, maka perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap metode dan materi cerita yang digunakan, kemudian dilakukan penyesuaian. Selain itu, dapat pula dipertimbangkan kombinasi dengan metode intervensi lain yang lebih tepat, misalnya konseling individual atau kelompok.
Implementasi Terapi Bercerita bagi Anak Yatim Piatu. foto : Ai Generator
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terapi bercerita berpotensi menjadi alternatif yang efektif untuk meningkatkan self-esteem pada anak yatim piatu. Melalui pesan moral dan teladan dari tokoh-tokoh cerita, terapi ini dapat membantu membentuk persepsi diri yang lebih positif serta rasa percaya diri pada anak.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk memastikan keberhasilannya, penerapan terapi bercerita memerlukan persiapan yang matang terkait metode, materi/jenis cerita, serta evaluasi yang terukur. Cerita yang dipilih sebaiknya yang inspiratif dan memberdayakan agar sesuai dengan tujuan peningkatan self-esteem. Selain itu, diperlukan keterlibatan aktif dari anak selama proses terapi berlangsung.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, terapi bercerita diharapkan dapat menjadi salah satu upaya efektif untuk membantu anak yatim piatu meningkatkan self-esteem sejak dini, sehingga mereka dapat tumbuh dengan kepribadian yang lebih sehat dan optimis menyongsong masa depan.

Daftar Bacaan

Kementerian Sosial Republik Indonesia. 2021. Data dan Informasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Kementerian Sosial RI.
Maslow, A. H. (1943). A theory of human motivation.
Kementerian Sosial (2018). Data Anak Yatim Piatu di Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Sosial RI.
ADVERTISEMENT
Gladding, S. T. (2011). The creative arts in counseling. Alexandria, VA: American Counseling Association.
Pardeck, J.T. (1998). Using books in clinical social work practice: A guide to bibliotherapy. New York: The Haworth Press.
Bettelheim, B. (1976). The uses of enchantment: The meaning and importance of fairy tales. New York: Random House.
Riordan, R.J. & Wilson, L.S. (1989). Bibliotherapy: Does it work? Journal of Counseling and Development, 67, 506-508.
Forgan, J.W. (2002). Using bibliotherapy to teach problem solving. Intervention in School and Clinic, 38(2), 75-82.