Apa Penyebab Bencana Tanah Bergerak?
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selain longsor dan banjir, tanah bergerak juga mendominasi bencana yang terjadi di musim hujan. Tanah bergerak membuat bangunan ambruk, jalan retak, bahkan tanah ambles hingga 1,5 meter.
ADVERTISEMENT
Salah satu tanah bergerak yang cukup serius terjadi di Dusun Delik, Candigaron, Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, pada Kamis (2/3). Tanah bergerak menyebabkan amblesnya tanah sepanjang ratusan meter dengan kedalaman 1,5 meter hingga 2 meter. Akibat lainnya, satu rumah roboh, empat rumah rusak, dan dikhawatirkan mengancam permukiman yang dihuni 400 kepala keluarga (KK).
Bagaimana ilmu pengetahuan menjelaskan fenomena tanah bergerak?
Peneliti Pusat Peneliti Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Adrin Tohari menjelaskan, tanah bergerak terjadi dikarenakan curah hujan tinggi yang berlangsung dalam waktu lama.
ADVERTISEMENT
Dia menjelaskan hujan yang terus menerus mengguyur suatu wilayah dengan kondisi geologi yang bisa menyebabkan pergerakan tanah akan membuat muka air tanah naik dan melunakkan kekuatan tanah dalam menyangga permukaan tanah sehingga bergerak pelan-pelan.
Adrin menjabarkan kondisi pergerakan tanah yang menghasilkan kondisi tanah seperti terbelah bukan disebabkan kejenuhan air tanah.
"Kalau kejenuhan air tanah longsorannya cenderung longsoran luncuran, biasanya menimbulkan korban jiwa," ucapnya, seperti dilansir Antara, 6 Maret 2017.
Sementara pergerakan tanah yang terbelah seperti di Kabupaten Semarang pada awal Maret menimbulkan kerusakan pada rumah. "(Pergerakan tanah) Menyebabkan kerusakan bangunan, kerusakan jalan, itu karena muka air tanah naik secara perlahan, membutuhkan waktu yang cukup lama," ujar Adrin.
ADVERTISEMENT
Adrin menyebut fenomena pergerakan tanah bisa terjadi di dataran yang memiliki kemiringan landai dengan kondisi tanah yang karakteristiknya kedap air seperti tanah lempung atau batuan.
Sedangkan fenomena pergerakan tanah pada kemiringan yang curam seperti tebing akan menyebabkan longsoran yang bersifat luncuran.
Adrin menuturkan wilayah dengan kondisi geologis yang bisa terjadi pergerakan tanah banyak ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
"Di Jawa Timur ada tapi hanya beberapa titik. Kecenderungan lebih banyak di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan di Sumatera lebih banyak longsoran luncuran karena bukit-bukitnya kemiringannya curam," tutur Adrin.
Bencana tanah bergerak masih berpotensi terjadi mengingat saat ini curah hujan masih cukup tinggi. BMKG memprakirakan awal musim kemarau baru terjadi pada Mei, Juni, dan Juli.
ADVERTISEMENT