Kado HUT ke-72 RI: Bersatunya Megawati dan SBY

17 Agustus 2017 14:35 WIB
comment
13
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Megawati bersalaman dengan Ani Yudhoyono (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Megawati bersalaman dengan Ani Yudhoyono (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
ADVERTISEMENT
Rakyat Indonesia pada Rabu (17/8) banyak yang tersenyum gembira. Selain karena hari ini HUT ke-72 RI yang meriah, juga karena Megawati dan SBY bersua dalam satu forum dan bersalaman. Harapan publik agar kedua mantan presiden itu bersatu demi bangsa begitu membuncah.
ADVERTISEMENT
Sudah bukan rahasia lagi, hubungan tidak harmonis keduanya sudah tercium menjelang Pemilu 2004.
Mengutip buku Prof Tjipta Lesmana bertajuk Dari Soekarno Sampai SBY: Intrik dan Lobi Politik Para Penguasa terbitan tahun 2008, kisah ini bermula pada tahun 2003. Saat itu Presiden Megawati mencoba menginvestigasi siapa saja menterinya yang tertarik maju presiden sebagai pesaingnya, selain juga untuk mencari kandidat wapres.
SBY yang menjabat Menko Polkam tak pernah menjawab eksplisit setiap ditanya media. Padahal isu dia akan maju pilpres begitu kuat, termasuk dia sering muncul dalam iklan sosialisasi pemilu yang dilansir KPU. Iklan itu kemudian dihentikan setelah mendapat protes publik.
Mega yang mencium geliat politik SBY, kemudian mengucilkan menterinya itu dengan tidak mengajaknya rapat dalam beberapa kesempatan.
ADVERTISEMENT
“Sumber penulis menuturkan, yang membuat Megawati kesal, bercampur galau, adalah sikap SBY yang dinilai tidak jantan, yakni tidak mau jujur ketika ditanya presiden apakah ia hendak mencalonkan diri. Kalau saja SBY mengambil sikap seperti Yusril (yang terus terang akan maju lewat PBB-red), persoalan mungkin menjadi lain: sejak awal Megawati pasti akan meminta SBY meninggalkan kabinet; sama halnya dengan Yusril. Namun SBY selalu menunjukkan sikap yang ambivalen, Megawati pun menggunakan taktik lain. Secara sistematis dan diam-diam dia mengucilkan SBY dari kabinet,” ungkap Prof Tjipta Lesmana di halaman 305.
Tak tahan dikucilkan Megawati, SBY pada 11 Maret 2004 mengirim surat pengunduran dirinya sebagai Menko Polkam.
Pada 13 Maret 2004, SBY langsung berkampanye untuk Partai Demokrat. Suasana kian panas saat debat presiden di televisi pada 16 September 2004. Kala itu Megawati meminta kepada panitia agar tidak ada sesi jabat tangan antarcapres.
ADVERTISEMENT
Pilpres 2004 dimenangkan SBY dengan suara telak. Pada pidato HUT TNI 5 Oktober 2004, Megawati dengan meneteskan air mata mengharap semua pihak berlapang dada menerima hasil pilpres. Kala itu tempat duduk Mega dan SBY sengaja dipisahkan sehingga keduanya tidak bersua.
Ketika SBY dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober 2004, Megawati tidak hadir dengan alasan sibuk mendoakan agar acara pelantikan SBY berjalan lancar. Dia memilih berkebun dan membaca buku di rumahnya ke Kebagusan, Jakarta Selatan.
Sejak itulah keduanya jarang bersua. Megawati tidak pernah menginjakkan kaki ke Istana, utamanya untuk menghadiri upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI.
Salaman yang Langka
Memang ada momen yang membuat mereka mau tak mau berjumpa dan bersalaman. Namun itu tak banyak. Pada tahun 2009, keduanya dua kali berjabat tangan dalam momen Pilpres 2009. Dalam Pilpres 2009, Mega dan SBY kembali bertarung dan dimenangkan SBY.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2010, keduanya sekali bersalaman saat bertemu dalam peringatan Pidato Bung Karno tentang Pancasila 1 Juni di gedung DPR.
Pada tahun 2011 keduanya sekali bersalaman, saat Megawati menemani Taufieq Kiemas menerima Bintang Republik Indonesia Adipradana di Istana dari Presiden SBY.
Tahun 2012 keduanya bersalaman saat Presiden SBY memberikan gelar pahlawan nasional kepada Sukarno. Saat itulah benih-benih harapan keduanya akur tumbuh. Namun harapan tinggal harapan.
Pada tahun 2013, keduanya bersalaman lagi saat SBY melayat Taufieq Kiemas, suami Megawati, di rumah duka. SBY juga mengucapkan kata-kata belasungkawa.
Tahun 2014, Megawati sukses mengantar Jokowi sebagai presiden. Megawati kembali keluar-masuk Istana.
Namun pada tahun 2015 dan 2016, ganti SBY yang tidak menghadiri Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Merdeka.
ADVERTISEMENT
Kejutan 17 Agustus 2017
Jokowi bersama para mantan presiden RI (Foto: Agus Suparto)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi bersama para mantan presiden RI (Foto: Agus Suparto)
Puan Maharani dan Megawati (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
Puan Maharani dan Megawati (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
SBY, Jokowi, Habibie, dan Megawati (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
zoom-in-whitePerbesar
SBY, Jokowi, Habibie, dan Megawati (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
Dan pada 17 Agustus 2017, SBY memberi kejutan. Bersama Ibu Ani, SBY memakai beskap hitam dan kain songket -- yang disebut sebagai baju adat daerah Sumsel, lengkap dengan tanda kebesaran terpasang di dada -- berangkat ke Istana Merdeka. Kedatangannya ke Istana Merdeka menepis kabar sehari sebelumnya yang menyatakan dia tak bisa memenuhi undangan menghadiri upacara HUT RI karena ada tur kemerdekaan di seantero Pulau Jawa.
Di Istana Merdeka, SBY duduk sederet dengan Megawati, hanya dipisahkan BJ Habibie. Keduanya juga berfoto bersama dan bersalaman. Tepuk tangan pun membahana. Tepuk tangan ini sepertinya mewakili harapan rakyat Indonesia agar kedua tokoh penting ini berdamai, berekonsiliasi, dan bersatu untuk persatuan bangsa.
ADVERTISEMENT
Pentingnya persatuan itu juga diungkapkan SBY saat dicegat wartawan. Dia berharap persatuan NKRI terjaga.
"Kompak membangun negeri bersama-sama, insyaallah 2045 negara kita akan kuat, makin adil, dan makin makmur," kata SBY.
Semoga.