Apresiasi Sastra dalam Cerpen “Seorang Seniman dan Seorang Gadis Remaja”

Nurul Suci Damayanti
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
20 Oktober 2022 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nurul Suci Damayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Cerpen berjudul Seorang Seniman dan Seorang Gadis Remaja merupakan sebuah cerpen bersumber dari buku kumpulan cerpen berjudul Kenang-kenangan Seorang Wanita Pemalu.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Cerpen ini mengisahkan seorang gadis remaja bernama Nani yang berusia 16 tahun, gadis remaja ini selalu mencoba mendekati kehidupan putri dongeng yang diikutinya dari majalah kanak-kanak dan buku-buku, seperti Putri Salju, si Melati, Putri Abu, dan lain-lain. Gadis remaja ini mampu dikatakan hidup didalam dongengan oleh sebab itu, gadis remaja ini jatuh cinta kepada seorang penyair yang wajahnya seperti wajah romantis tukang cerita bangsa Arab, yaitu Ali Baba oleh sebab itu, penyair ini sering dipanggil Ali Baba.
Cerpen ini berlatar tempat di Jalan Sunda. Hal tersebut dipertegas dalam teks Ali Baba tinggal di sebelah rumah Nani, yaitu di Jalan Sunda. Ali Baba terkenal sebagai tukang cerita dan pandai bergaul meskipun demikian, Ali Baba merupakan seorang anak dari keluarga kaya. Orang tuanya menyekolahkan di Fakultas Hukum, tetapi Ali Baba selalu gagal dalam ujiannya. Dengan demikian, ia tidak lagi datang ke kuliah meskipun masih mencatat namanya sebagai mahasiswa. Sikap Ali Baba yang pandai bergaul dengan anak kecil dan remaja serta banyaknya sajak-sajak yang menyebabkan namanya menjadi populer tidak heran bahwa banyak gadis kecil dan remaja yang diam-diam mencintainya.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, gadis kecil dan remaja lainnya, Nani juga mencintai Ali Baba. Ia mencintai Ali Baba lebih istimewa keadaannya. Hal tersebut dipertegas oleh teks ini, yaitu ketika Ali Baba pernah berkata kepadanya bahwa matanya bagus sekali. Selain itu, Ali Baba bercerita “Pada suatu hari berjumpa Putri Raja dengan seorang Putri yang cantik. Namanya Putri Nurlaila. Ia memiliki mata yang bagus dan memancarkan cahaya yang menggelorakan, matanya indah seperti matamu, Nani!.” Nani berkata “Betulkah mata saya indah?.” Ali Baba menjawab “Ya, matamu besar dan indah.” “Kau suka mata saya, Ali Baba” tanya Nani. Ali Baba menjawab “Kenapa tidak? Inilah kelemahan saya, selalu tergila-gila pada mata yang bagus. Saya ingin istri saya kelak seorang wanita yang matanya bagus!.” Percakapan tersebut mengandung sudut pandang pertama dan tiga. Sudut pandang pertama, misalnya aku, sudut pandang tiga. Selain itu terdapat sudut pandang kedua dipertegas oleh teks seperti, “Kau suka mata saya, Ali Baba” tanya Nani.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Nani kecewa ia mengira bahwa Ali Baba menyukai matanya. Sedangkan sekarang terbukti bahwa terdapat wanita lain yang memiliki mata lebih indah. Hal tersebut dipertegas oleh teks ini, pada suatu hari, ia melihat penyair itu menggandeng pacarnya. Pada suatu sore, Nani melihat Ali Baba sedang di depan rumahnya, ia menghampiri Ali Baba. "Ali Baba" tegurnya. "Halo, Nani! Bagaimana tanamannya?" ujar Ali Baba. "Ah, sekarang sedang musim bunga layu!" katanya dengan maksud menyindir. Akan tetapi, penyair itu tidak merasa apa-apa. "Tetapi, sekarang sedang cukup musim hujan, Nani. Dan, saya lihat kembang milikmu bagus. Tidak ada yang layu" ucap Ali Baba.
Nani gadis remaja tanpa pengalaman itu menjadi malu. "Saya lihat kemarin Kakak pergi bersama pacar," tiba-tiba kata gadis itu. "Oh, ya? Kenapa tidak menegur?" ujar Ali Baba. "Saya takut, pacarnya tampak galak". Ali Baba tertawa mendengar Nani bercerita. Ia sekarang mulai bisa meraba tujuannya. "Katakan, Nani berapa umurmu sekarang?" ujar Ali Baba. "Tiga bulan lagi sudah enam belas" kata gadis itu. Ali Baba menjelaskan bahwa seumur Nani harus banyak belajar supaya kelak bisa menjadi orang yang berguna. Ali Baba memberikan nasihat Nani harus belajar. Jangan suka pacaran belum waktunya.
ADVERTISEMENT
Nani merasa lebih terpukul ketika Ali Baba berkata seperti itu. Walaupun demikian, Nani tetap mencari perhatian Ali Baba dengan menunggu di depan pintu rumahnya agar Ali Baba menyapa, terkadang ia memanjat pohon, tertawa di depan penyair dengan keras, dan menggunakan lipstik. Pada suatu hari ia mendengar bahwa penyair itu akan bertunangan dengan pacarnya, gadis itu merasa putus asa dengan harapannya ia pergi ke rumah penyair itu. Namun, ketika mereka berbincang Nani semakin sedih sebab penyair itu bercerita bahwa penyair itu pernah merasakan pengalaman seperti Nani. Ketika penyair berumur tujuh belas tahun pernah jatuh cinta kepada teman kakak perempuannya, yang berumur tujuh tahun lebih tua dari Ali Baba. Namun, ternyata teman kakak perempuanya menikah sehingga ia merasakan sakit hati yang luar biasa. Apabila malam datang, ia menjalankan fantasi, yaitu membayangkan bahwa ia sudah menikah, memiliki mobil, memiliki rumah, dan lain-lain. Namun ia sadar sejak kecil ia gemar dongeng. Sekarang ia tahu membedakan kenyataan dan impian.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu Nani menjadi muram dan tidak ingin bertemu Ali Baba. Sehari sebelum pernikahannya Ali Baba pergi ke rumah Nani untuk mengajarkan gadis itu dari kekeliruannya. Hal tersebut dipertegas oleh teks ini, “Nani, lihatlah, impian tidak akan bisa menghindari kenyataan. Salah apabila orang menggantungkannya impian terlalu tinggi. Apabila jatuh akan parah sakitnya.” Dialog ini mendukung nilai moral sebab mengajarkan Nani untuk menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan harapannya. Selanjutnya, Nani menahan air mata dan penyair tampak bangga melihat Nani menerima kenyataannya. Demikianlah, penyair meninggalkan gadis yang kecil itu dengan perjuangannya.
Gambar ini hanya ilustrasi yang dibuat oleh penulis