mengeksplor Malang hari ke-2 #YouCMyTravelStory

nyomansuparta97
I'm a doctor, internist, traveler, wanderer, doctor wanderer, 32 countries
Konten dari Pengguna
15 Juli 2019 2:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nyomansuparta97 tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seluruh peserta trip sudah diperingatkan agar bersiap di lobby pukul 07.30 untuk perjalanan menuju coban Tumpak Sewu di hari ke-2. Untung sekamar dengan Doddy, jam 5 pagi dia udah siap, luar biasa. Jadi jam weker di telepon selulerku yang sudah saya atur sejak semalam, tidak berguna. Karena saya tidak bisa tidur nyenyak bila lampu dihidupkan. So, setelah Dody, giliran saya mandi, lanjut ke restoran untuk sarapan pagi. Di Restoran kami bertemu hendra, elly dan meina. terus terang, sarapan di Harris Hotel berasa nostalgia, pilihan makanannya beragam, serba jawa timuran dan mostly enak. Saya lahir dan besar di Jawa Timur, serasa bernostalgia dengan makanan masa kecil saya. Dan saya memang suka kalap kalo sarapan pagi, dengan harapan bisa kenyang lebih lama. Pilihan sarapan jatuh pada nasi, seperti biasa kopi, bubur madura, juice, buah-buahan dan soto ayam. Saya suka masakan dan variasi makanannya, komplit. Apalagi restoran ini memiliki view menghadap ke kolam renang, seru banget, ga mbosenin.
ADVERTISEMENT
Hampir semua peserta sudah berkumpul kecuali duet Devy dan Ryan yang memang selalu last minute. Sarapannya jadi terburu-buru, seperti biasa ,emnjadi bulan-bulanan peserta lain, haha. Setelah semua peserta (pemenang dan kru Kumparan) berkumpul di lobby hotel, perjalanan menuju Coban Tumpak sewu dimulai. Perjalanan menuju lokasi ini cukup lambat, karena sepanjang jalan sedang diperbaiki dan diaspal, sistem buka-tutup, belum lagi mini bus angkutan umum menuju lumajang yang tiba-tiba menaik-turunkan penumpang. Beberapa kali berhenti karena ada yang request ke toilet termasuk membeli cemilan di toko modern. so, sampe lokasi sekitar jam 12 siang, sekitar 4 jam perjalanan. lokasinya memang sudah masuk perbatasan Malang-Lumajang. Seluruh peserta langsung berhamburan keluar menuju Tumpak sewu yang gambarnya sudah biasa kita lihat di laman Instagram. Biaya masuknya sih murah meriah, cuma 10 ribu rupiah per orang dan biaya parkir juga 10 ribu per kendaraan. Untuk menuju lokasi, kita harus berjalan sekitar 15 menit menuruni jalan bersemen tanpa pengaman di samping kanan-kiri dengan pepohonan di sepanjang perjalanan. jalan ini cenderung menukik ke bawah dan licin, terutama setelah hujan turun. Jadi, persiapkan alas kaki yang sesuai bila ingin ke Tumpak Sewu, harus sepatu atau alas kaki yang solnya kuat mencengkeram. Salah pilih alas kaki mlah bisa cedera. Menurut informasi, tempat yang kami tuju ini Tumpak Sewu sisi Lumajang, karena ada satu sisi yang lain untuk turun ke bawah air terjun melalui sisi Malang. Sampailah kita di teras yang sangat familier, teras dengan pembatas besi dan background air terjun Tumpak sewu yang spektakuler. Asli dalem dan curam banget. Kami semua sibuk berswafoto, difoto, direkam dengan drone dari berbagai sisi dan angle. Kami tidak diperkenankan turun karena tidak cukup waktu. Perlu waktu 2 jam untuk naik dan turun menggunakan tangga dengan sudut hampir 90 derajat. Kemudian kami makan siang nasi kotak di warung dekat parkir kendaraan, lumayan sih rasanya. menurut Ai, sotonya enak, tapi perlu waktu yang sangat lama karena soto ayam baru dimasak. Sembari makan siang, panitia menawarkan pilihan apakah meneruskan rencana sesuai jadwal ke Coban Kabut pelangi atau lanjut ke kota Batu. Voting dilakukan karena sebagian pemenang ingin ke Coban Kabut Pelangi yang belum pernah mereka eksplor. Mengingat waktu yang sangat sempit apalagi pukul 1 malam kami harus berangkat lagi ke Bromo dan hasil voting memenangkan tim yang menolak ke Coban Kabut Pelangi, perjalanan dilanjutkan ke kota Batu, yakni ke Museum angkut. Namun sebelum menuju kota Batu, kami singgah ke warung kopi Dampit Dwi Sejati. Sejatinya warung kopi ini adalah pengepul dan pusat pengolahan kopi Dampit. Kopi jenis Robusta yang tidak asam, disajikan di warung kopi sederhana ini. Sembari memesan kopi yang variannya beraneka ragam, Febrian berbagi tentang passionnya travelling, awal mula karir hingga memutuskan menjadi full time traveler dan aktif di kegiatan charity. Antusiasme peserta sangat luar biasa, mengingat banyak dari peserta yang memang ingin bergabung dalam #YouCMyTravelStory karen ingin traveling dengan Febrian. Pesanan kopi mulai berdatangan, say benar-benar menikmati kopi pesanan saya, Kopi Indonesia besar panas, seharga 4000 rupiah. Gila, murah bener. Warungnya sih sederhana, cuma ada meja kursi sederhana. Luar biasanya lagi, biaya yang dihabiskan untuk untuk puluhan orang itu cuma 88 ribu saja. Kopi di gerai franchise aja cuma dapat 2 kopi kata teman-teman. anyway, pengalaman menarik buat saya, menyesap kopi Robusta yang nyaman untuk lambung, karena tidak terlalu asam. Dalam perjalanan dibuat games menarik, diantaranay menjawab pertanyaan melalui Whatsup, pemenangnya ditentukan dari jawaban tercepat yang masuk dalam grup WA. Ada juga sesi sharing dari tim You C 1000 tentang kriteria pemenang. Saya baru sadar, bahwa penentuan 10 pemenang berdasarkan foto dan caption, dengan syarat kompetisi yang tidak ribet, tidka perlu menampilkan produk, tidak berdasarkan jumlah likes apalagi jumlah followers. Semuanya beragam, namun memiliki kesamaan, bahwa caption yang kami tulis itu bertutur, bercerita tentang gambar yang kami posting, tidak sekedar satu dua patah kata kemudian diisi hashtag. Saya bersyukur terpilih dari ribuan entry, sayapun memasukkan 3 postingan dan yang berhasil adalah postingan saya tentang trip saya ke Sabang. Games lainnya yang seru, semua pemenenag bercerita tentang lokasi keseruan trip mereka yang menang dalam kompetisi ini. Kembali tim Kumparan membuat games siapaayang bisa menyebutkan nama peserta beserta lokasi trip, duh kok ga kepikiran mengingat satu persatu cerita teman-teman dan lokasi trip mereka ya. Memang games ini bertujuan mengingatkan kita agar menjadi penutur dan pendengan yang baik, penuh filosofi.
ADVERTISEMENT
Perjalanan lanjut ke Museum Angkut di kota Batu. Momen trip kami memang bersamaan dengan liburan panjang anak-anak sekolah, terlebih lagi malam minggu, sehingga seluruh ruas jalan ke Batu macet total. kami baru tiba di Museum angkut pukul 07.30 malam, setelah menempuh perjalanan hampir 5 jam dari Warung kopi Dwi Sejati. Benar-benar perjalanan panjang dan melelahkan. Tapi tim Kumparan tidak kehabisan akal, berbagai games digelar, tapi tanpa hadiah, hanya seru-seruan, Febrian pun juga ikutan kesereuan ini. Yang lucu adalah Dody menjadi bahan lelucon seisi bus, Gokil abis tim ini, ga ada matinya bikin perjalanan tetap seru dan membuat mood peserta tetap OK.
Ini kali kedua saya ke Museum angkut, tidak banyak berubah, isinya masih sama, cuma pengunjungnya penuh dan membludak. kami diberi waktu 1 jam untuk mengeksplor museum ini, cukup singkat karena kami dikejar jadwal untuk makan malam. Kami makan malam di dekat Museum angkut, sekitar satu jam kami kembali ke bus dan kembali ke hotel. sesampainya di hotel pukul 10 malam, kami diharapkan untuk mengepak barang karena kita sekalian check out dari hotel dan membawa barang masing-masing menuju Bromo. Lumayan bisa rebahan 2 jam lebih di kamar sekalian ngepak barang. Eh pas lagi sibuk-sibuknya ngepak kok ya dianterin bakso Malang yang endesss banget, jadinya terobati rasa capek dan rasa sesal karena ga puas mengeskplor kuliner Malang.
ADVERTISEMENT