Ingat Allah Dengan Dzikrullah. Kunci Istiqamah dalam Ibadah.

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
26 Oktober 2020 7:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dzikrullah. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Dzikrullah. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Sebagaimana kita ma’fhum bahwa tujuan kita diciptakan dan hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana termaktub dalam Q.S. Adz-Dzariyat ayat 56: “wa ma khalaqtul jinna wal insa illa liya'budun”, yang artinya ”Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku saja”.
ADVERTISEMENT
Dan dari semua tujuan ibadah adalah mengingat Allah atau Dzikrullah. Shalat, puasa, dan lain-lain semua untuk mengingat Allah SWT, untuk Taqarrub Ilallah sebagai seorang hamba.
Allah pun memerintahkan kepada kita untuk senantiasa berdzikir padaNya sebanyak-banyaknya, sebagaimana Allah perintahkan dalam Q.S Al Ahzab ayat 41: “Ya ayyuhalladzina aamanudz-kurullaaha dzikran katsiiro”. Supaya beruntung dengan banyak mengingat Allah: “Wadzkurullaaha katsiiram la’allakum tuflihuun” sebagaimana Q.S. Al Mu’minuun ayat 10). Dan menyebut namaNya pagi dan petang: “Wadzkurisma rabbaka bukrataw wa ashiila” dalam Q.S. Al Insan ayat 25.
Dzikrullah adalah kunci istiqamah kita dalam ibadah. Dengan banyak ingat Allah akan dekat dengan Allah dan akan diberi taufik hidayahNya: “Man yuridillahu bihi khayran, yufaqqihu fiddiin”, yang artinya “ Siapa orang yang Allah karuniakan kebaikan, maka akn diberi pemahaman agama”
ADVERTISEMENT
Jangan sampai kita lupa sama Allah, sebagaimana Allah ingatkan dalam Q.S Al Hasyr ayat 19: “Walaa takunu kalladzina nasullaaha, fa ansahum, anfusahum, ulaa ika humul faasiquun”, yang artinya “Janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri, mereka itulah orang-orang yang fasiq”.
Makna Fasiq
Jadi jangan sampai lupa sama Allah, nanti Allah lupa kepadamu. Kalau samapai demikian, kita akan lupa pada diri kita sendiri. Kacau hidup kita, fasiq.
Secara etimologis/asal katanya fasiq yakni “al khuruj ‘anisy syai’, artinya keluar dari sesuatu (fuwaisiqah, tikus gurun). Secara terminologi, berarti seseorang yang menyaksikan tapi tidak meyakini dan melaksanakannya. Secara Islam, fasiq adalah orang yang keluar dari ketaatan Allah dan RasulNya. Orang kafir dan munafiq, disebut orang fasiq karena keluar dari ketaatan pada Allah.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana Iblis yang berbuat fasiq saat tidak mau sujud dalam Q.S. Al Kahfi ayat 50: “Ilal Ibliisa kaana minal jinni fafasaqa’an amri rabbih”, yang artinya “Kecuali Iblis (yang tidak mau sujud), dia termasuk golongan Jin dan dia berbuat fasiq terhadap perintah TuhanNya).
Hakekat Diri
Kalau kita ingat Allah, maka kita akan menyadari 5 hakekat diri: “Man ana” (siapa saya): Hasil ciptaan Allah; “Min aina (darimana aku): Dari tidak ada menjadi ada; ‘Fi aina (dimana aku): di dunia; “Li madza (Untuk apa): Wama khalaqtul jinna wal insa illa liya’buduun”; Ila ayna (mau kemana): Mati.
Walhasil dengan merenungi lima hakikat diri tersebut kita menjadi menyadari kehidupan di dunia sementara, semua akan mati dan kembali ke negeri akhirat yang abadi. Namun sebelum kembali ke kampung akhirat, kita harus punya bekal, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Hasyr 18: “ yaa ayyuhaa alladziina aamanuu ittaquu allaaha waltanzhur nafsun maa qaddamat lighadin waittaquu allaaha inna allaaha khabiirun bimaa ta’maluuna", yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18).
ADVERTISEMENT
Dan sebaik-baik bekal adalah taqwa,” watazawwaduu fa-inna khayra alzzaadi alttaqwaa waittaquuni yaa ulii al-albaabi”, yang artinya bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat! (QS. Al-Baqarah: 197).
Allah berfirman: “man kafara fa 'alaihi kufruh, wa man 'amila ṣāliḥan fa li`anfusihim yam-hadụn”, yang artinya “Barangsiapa kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa mengerjakan kebajikan maka mereka menyiapkan untuk diri mereka sendiri (tempat yang menyenangkan)”. (Q.S. Ar Rum: 44)
Dan amal shaleh dalam Ar Rum tersebut termasuk bekerja, mencari nafkah yang halal. Seperti ayat dalam Al’Ashr: “Ilalladzina aamanu, wa ‘amilush shalihaati”
Seperti Maqalah Arab berikut:“I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan.”, yang artinya “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya. Beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok.”
ADVERTISEMENT
Saat mau berangkat kerja niatkan lillahi ta’ala, niat untuk ibadah, sehingga kita selalu ingat Allah. Saat bekerja juga dzikrullah, baca Bismillah saat mulai, Alhamdulillah selesai. Insya Allah berkah, selamat.
Tugas pribadi dan Tugas Umum
Setiap kita mempunyai dua tugas dalam bingkai dzikrullah, yakni tugas pribadi dan tugas ‘am (umum). Tugas pribadi adalah mengamalkan perintah Allah SWT termasuk banyak berdzikir. Tugas ‘um adalah sebagaimana Allah sebut dalam Q.S. Al Imran ayat 110: “kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi ta’muruuna bil ma’ruufi watanhawna ‘anil munkari watu’minuuna billaahi walaw aamana ahlul kitaabi lakaana khayran lahum minhumu almu’minuuna wa-aktsaruhumul faasiquuna”, yang artinya “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. (QS. Ali 'Imran: 110)
ADVERTISEMENT
Contoh paling kecil dalam keluarga . Misal anak sendiri. Aku dan anakku adalah satu darah namun sama-sama hamba Allah. Jadi punya hak umum yang tak habis, selalu menyuruh berbuat baik. Begitu pula di ayat lain Allah berfirman “Waltakum minkum ummatun yad’uuna ilal khoir, waya’muruuna bil ma’ruf, wayanhawana ‘anil munkaar, wa ulaa-ika humul muflihuun”. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali 'Imran: 104).
Kembali ke anak kita, misal kita punya anak, pas tidur belum sebelum Isya’. Maka kewajiban kita mengingatkan anak tsb, sampai 3x, kali ke-4 nya diperkenankan dipukul kakinya. Agar mereka terbiasa shalat dan tidak meninggalkanya jika sudah baligh. Rasulullah SAW juga memerintahkan anak-anak untuk shalat saat usia 7 tahun, dan pukul saat usia 10 tahun “Muru auladakum bi as-shalati wa hum abna’ sab’in.” yang artinya, Ajarkanlah kepada anak-anakmu shalat, ketika mereka berusia tujuh tahun.
ADVERTISEMENT
Mari kita selalu berdzikir. Ingat Allah dengan Dzikrullah di setiap waktu dan kesempatan. Insya Allah.