LYSA, Ajang Lomba Peneliti Tanpa Alat Peraga Berhadiah Uang 50 Juta

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
23 November 2020 16:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penganugerahan LYSA 2020. Sumber: Panitia ISE LIPI 2020
zoom-in-whitePerbesar
Penganugerahan LYSA 2020. Sumber: Panitia ISE LIPI 2020
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tahun, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) rutin menghelat Indonesia Science Expo (ISE) 2020 sebagai ajang memperkenalkan hasil penelitian LIPI kepada masyarakat luas. Untuk tahun ini ISE baru saja dilaksanakan tanggal 18-20 November lalu yang dilakukan secara virtual dalam rangka memutus penyebaran Covid-19.
ADVERTISEMENT
Salah satu kegiatan dalam ISE 2020 adalah Youth Science Week 2020 yang diselenggarakan pada tanggal 20 November 2020, dimana rangkaian kegiatannya mempunyai tujuan untuk mengembangkan minat dan potensi generasi muda Indonesia dalam dunia sains dan teknologi melalui kegiatan penghargaan LIPI Young Scientis Award (LYSA), Kompetisi Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) dan National Young Inventor Award (NYIA), serta Meet The Students (MTS).
Khusus LYSA menjadi agak berbeda dibandingkan dengan kompetisi LKIR dan NYIA. Karena LYSA adalah ajang penghargaan untuk memilih peneliti-peneliti muda dengan usia di bawah 40 tahun yang berprestasi dan konsisten dalam melakukan penelitian di bidangnya.
Hadiahnya pun menggiurkan. Tak hanya piala namun uang sebesar 50 juta rupiah dari Bank Rakyat Indonesia menjadi daya tarik tersendiri. Dan yang paling penting, tanpa alat peraga! Hanya melampirkan dokumen-dokumen seperti publikasi, abstrak, dan paten.
ADVERTISEMENT
Artinya calon juara LYSA benar-benar mengandalkan track record mereka selama ini di bidang penelitian yang ditekuninya dan Dengan kata lain mereka “berlomba” dalam prestasi sebelum usia 40 mereka. Selain itu calon diusulkan oleh institusi/lembaga tempat bekerja
Tak mudah ternyata, meski katanya tanpa alat peraga sekalipun karena faktanya di atas langit pasti ada langit. Tercatat pada perhelatan LYSA yang kelima tahun 2020, sebanyak 86 peneliti dan dosen dari lembaga penelitian maupun universitas ternama di seluruh Indonesia ikut bersaing memperebutkan hadiah utama yang memang hanya ada satu pemenang tunggal.
Pemenang LYSA 2020
Keberuntungan rupanya berpihak pada Afriyanti Sumboja, Ph.D. Pada Kamis (19/11), nama dosen perempuan yang masih berusia 33 tahun ini pun disebut memenangkan ajang bergengsi LYSA tahun 2020.
Pemenang LYSA 2020, Afriyati Sumboja. Sumber: Panitia ISE LIPI 2020
Dosen perempuan sekaligus Lektor di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB ini, mempunyai jejak rekam penelitian sangat baik. Hingga tahun 2020, sebanyak 43 paper ilmiah di jurnal-jurnal internasional berimpak tinggi dan terindeks Scopus telah ia torehkan baik sebagai penulis pertama maupun penulis pendamping.
ADVERTISEMENT
Tak heran, Afriyanti mempunyai H-Index Scopus: 28 dengan sitasi: 3929, sementara di Google Scholar, tercatat dengan H-Index: 29 dan sitasi: 4433. Hal ini tak mengejutkan mengingat Afriyanti aktif berkolaborasi dengan banyak institusi di dunia sebagai kolega meneliti dan menulis bersama.
Dua paten pun telah ia daftarkan, yang terbaru adalah material komposit aluminium berpenguat serat karbon kontinyu kekuatan tinggi untuk inti penguat kabel transmisi listrik dan kabel yang menggunakan material tersebut (2020). Saat ini paten tersebut sedang dalam pemeriksaan formalitas oleh DJKI.
Pemenang LYSA 2015-2020
Sesungguhnya LYSA telah dihelat sejak tahun 2015. Tercatat, Dr. Ratih Pangestuti, Peneliti Peneliti Biologi Laut dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI sebagai pemenang perdana LYSA. Ia berhasil mengekstrak kuda laut untuk mencegah kematian sel akibat penyakit alzheimer. Usianya masih 32 tahun kala memenangkan LYSA pertama kalinya.
Dr. Ratih Pangestuti, pemenang LYSA 2015. Sumber: lysa.lipi.go.id
Pada tahun 2017, pemenangnya diraih dr. Gunadi, Ph.d, Dosen sekaligus Ahli bedah pediatri Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) yang meneliti penanda genetik pada penyakit sistem syaraf saluran usus (hirschsprung) yang dapat dikembangkan lebih lanjut agar bisa dilakukan screening pada bayi untuk deteksi dini penyakit hirschsprung.
dr. Gunadi, Ph.d, pemenang LYSA 2017. Sumber: lysa.lipi.go.id
Sedangkan pada LYSA tahun 2018, Peneliti dari Pusat Penelitian Oseanografi LIPI merebut kembali penghargaan ini. Intan Suci Nurhati, Ph.d. namanya, seorang peneliti perempuan yang menyebut dirinya sebagai sepertiga ilmuwan iklim, sepertiga oseaongrafer, dan sepertiga penyelam laut dalam. Tak heran karena ia memang telah mengarungi Samudra Pasifik, Kuwait dan berbagai situs laut di Asia Tenggara karena ia menekuni bidang paleoclimatology dan paleoceanograph dan berusaha menelusuri masa lalu dari perubahan iklim dan kelautan dengan melihat perubahan terumbu karang yang berusia ratusan tahun untuk mendapatkan informasi kondisi perairan dari masa ke masa.
Intan Suci Nurhati, Ph.d., pemenang LYSA 2018. Sumber: lysa.lipi.go.id
Sementara LYSA 2019 diraih Dr. Ahmad Ridwan Tresna Nugraha, Peneliti Diaspora yang bekerja di Pusat Penelitian Fisika LIPI dengan peminatan bidang Fisika Teoritis dan Komputasi spesialisasi Fisika Material, Optika Kuantum dan Konversi Energi. Ia kembali ke tanah air setelah 11 tahun lamanya mengembara di Negeri Matahari Terbit untuk sekolah dan bekerja sebagai Assistant Professor, Department of Physics, Graduate School of Science, Tohoku University, Japan (October 2014 - September 2019).
Dr. Ahmad Ridwan Tresna Nugraha, pemenang LYSA 2019. Sumber: lysa.lipi.go.id
Ayo para peneliti muda terus meneliti dan berkontribusi pada negeri karena LYSA diberikan kepada mereka yang konsisten meneliti dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta bisa berkontribusi positif kepada masyarakat. Apresiasi hadiah 50 juta hanyalah bonus yang dapat memacu dan memicu semangat untuk berinovasi bagi bangsa. Yang paling penting adalah konsisten di bidangnya dan dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.
ADVERTISEMENT
Suzan Lesmana
Pranata Humas LIPI.