Potret Kebaikan: Pengemudi Gojek Motor Temukan HP Saya yang Hilang

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
8 September 2021 8:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pak Izhar Pengemudi GOJEK Motor dan Penulis. Sumber Foto: Suzan Lesmana
zoom-in-whitePerbesar
Pak Izhar Pengemudi GOJEK Motor dan Penulis. Sumber Foto: Suzan Lesmana
ADVERTISEMENT
Assalaamu’alaikum,” ucap saya sesaat sampai di depan luar pintu pagar rumah sore itu.
ADVERTISEMENT
Wa’alaikumussalaam,” jawab istri saya di balik pagar.
Seperti biasa setiba di rumah saat pulang kantor sore, saya langsung mencuci tangan, kaki dan mencuci muka. Tanpa menunggu lama, saya langsung ke kamar mandi untuk segera membersihkan seluruh tubuh setelah dari pagi bekerja saat awal-awal pandemi melanda negeri, 18 Maret 2020.
Selepas mandi dan berpakaian, saya pun duduk santai bersama istri sambil menikmati sisa sore menjelang Maghrib. Tak afdal rasanya kalau tak memeriksa HP sambil bersantai. Tas pun saya raih dengan maksud mengambil si Samsung J7. Saat melihat resluiting bagian depan tas yang terbuka, hati saya berdesir. Namun saya tepis jauh-jauh sambil memeriksa isinya. Ternyata benar, saya tak menemukan si HP yang telah menemani hari-hari saya selama lima tahun terakhir itu. Tiga kali saya memeriksa isi tas. Hingga akhirnya saya tumpahkan seluruh isi tas dengan hati masygul.
ADVERTISEMENT
Kenapa, Pah?” tanya istri saya penuh tanda tanya melihat ekpresi wajahku.
HP Papa nggak ada, hilang entah ke mana,” jawab saya nelangsa.
Istri saya dengan sigap memencet tombol di telepon genggamnya. “Mamah misscall dulu, ya, HP Papa,” ujar istri saya.
Setelah beberapa kali mencoba menelepon, saya melihat ekspresinya tak menunjukkan wajah gembira. “Nggak diangkat-angkat, Pah,” kata istri saya setelah sekian lama mencoba.
***
Sore itu, saat waktu menunjukkan pukul 16:00 WIB, saya buru-buru bergegas menutup semua file pekerjaan seharian. “Nanti malam saja di rumah saya selesaikan,” ucap saya dalam hati. Kebetulan hari itu saya hanya ditemani 1 orang tim Humas dan 1 orang Office Boy (OB). Maklumlah saat itu, 18 Maret 2020 adalah mulai diawalinya sistem kerja Work from Home (WFH). Padahal saya baru duduk selama 2 pekan sebagai Koordinator Kerja Sama dan Humas. Bisa dibilang saya adalah Koordinator Pandemi. Bagaimana tidak, baru duduk bersama Tim selama 2 pekan, eeh…pandemi. WFH.
ADVERTISEMENT
Akibat terbatasnya jumlah personel yang hadir dari tim saya, suasana sepi membuat saya tak betah berlama-lama. Bukannya takut, ya. Hanya kalau lewat Maghrib, Security yang mau mengunci ruangan sudah bolak-balik bikin nggak nyaman, hahaha. Ya, iyaalah memangnya tugas Security nungguin saya saja. Enak aja.
Saya pun langsung memasukkan semua peralatan kerja ke dalam tas ransel gantung untuk bersiap pulang. Setelah menunaikan salat Asar, SOP selanjutnya adalah tap absen di aplikasi telepon genggam. Setelah semuanya selesai, saya pun langsung bergerak pulang dan memacu cepat motor saya dari parkiran. Hanya 15 menit perjalanan saya tempuh hingga sampai rumah—atau kurang malah saking tergesa-gesanya saya. Lubang di jalan pun saya gas. Entah apa yang saya kejar, hanya ingin cepat-cepat tiba saja. Hih, perbuatan yang membawa yang saya sesali selanjutnya.
ADVERTISEMENT
***
Dalam keputusasaan tak terjawabnya panggilan telepon istri ke HP saya yang hilang, saya teringat dengan kisah tiga orang pemuda yang terkurung di dalam gua dalam hadits Nabi Muhammad SAW, sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Tiga pemuda tersebut berdoa pada Allah dengan amal baik yang pernah dilakukannya selama hidup di dunia. Mereka berdoa dengan tawassul atas kebaikan masing-masing. Saya pun melakukan hal yang sama dengan mengingat-ingat kebaikan yang pernah saya lakukan.
Sekira sepeminuman teh, istri saya mencoba kembali menelepon dengan loud speaker. Suara seorang lelaki menjawab panggilan.
Halo,” ujar si lelaki.
“Ya, halo,” jawab istri saya.
“Saya Izhar, Bu. GOJEK motor di depan ruko CCM,” akunya.
Ya, Pak Izhar. Hp suami saya bapak temukan?” tanya istri saya langsung.
ADVERTISEMENT
Iya, Bu. Saya lihat di jalan waktu saya dan kawan-kawan menunggu penumpang,” jawabnya.
Saya pun mulai mengingat kembali perjalanan pulang saya. Oh, iya, sepertinya saat saya tetap nge-gas meski lubang di depan motor saya. Ya, posisinya di jalur lambat di depan deretan parkiran gojek motor on line. Betul, saya dapat mengingatnya kembali. Alhamdulillah. Saya langsung bersujud syukur seketika.
Saya pun ikut berbicara ke Pak Izhar.
Terima Kasih banyak, Pak Izhar,” kata saya penuh suka cita.
Sama-sama, Pak. Rumah bapak dimana?" tanya Pak Izhar.
“Bapak mau nganterin langsung?” tanya saya balik.
Iya, Pak. Siap,” tegasnya.
Ya, sudah, Pak. Berkenan bapak ke Masjid Ar Royyan, ya, di daerah Sukahati, Cibinong,” jelas saya.
ADVERTISEMENT
Kami pun sepakat berjanji bertemu selepas Maghrib di masjid perumahan saya.
Adzan Maghrib pun bergema. Saya pun berangkat dengan hati penuh syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Pengasih pengabul doa hamba-hambaNya.
Lepas salat, saya menuruni tangga dan duduk menanti Pak Izhar. Jama’ah masjid lainnya menyapa saya. Ada pula yang bertanya nunggu siapa. Keramahan khas jama’ah salat di perumahan saya, karena tak biasanya saya duduk sendiri di teras masjid.
Tak lama, seorang pengemudi GOJEK motor lengkap dengan seragam khasnya memasuki parkiran masjid. Setelah salin menyapa, Pak Izhar pun langsung menyerahkan HP saya.
Foto: Kondisi HP saat dikembalikan, 18 Maret 2020. Sumber Foto: Suzan Lesmana
Retak di bagian covernya karena jatuh di jalan,” ujar Pak Izhar.
Iya, Pak. Nggak apa-apa. Ini saja saya sudah bersyukur. Terima Kasih banyak, Pak Izhar,” ungkap saya.
ADVERTISEMENT
Sama-sama, Pak. Saya sudah senang HP bapak sudah balik. Tapi saya nggak bisa lama-lama, Pak. Saya harus narik lagi,” imbuhnya.
Baiklah kalau begitu, Pak Izhar. Salam buat keluarga, ya,” pungkas saya.
Sebelum pak Izhar jalan, saya menyelipkan sekadar ungkapan rasa syukur dan terima kasih. Pak Izhar menolak halus. “Nggak usah, Pak. Sudah kewajiban sesama saling tolong.” Duh saya terenyuh. Tapi saya tak putus asa. “Ini hadiah, Pak. Kalau hadiah boleh diterima kata Ustadz saya,” paksa saya sambil tetap menyelipkan hadiah saya. Akhirnya Pak Izhar menerimanya.
***
Suara deru motor yang semakin menjauh diringi baju seragam GOJEK hilang ditelan kegelapan jelang Isya’ itu, menandai perpisahan saya dengan Pak Izhar, GOJEK motor baik hati—yang Allah kirim atas jawaban doa saya. Terima Kasih, ya Allah telah mengirimkan Pak Izhar. Sebuah potret kebaikan yang Engkau tunjukkan malam ini melalui seorang Pak Izhar, pengemudi GOJEK motor yang tak saya kenal sebelumnya. Dan kepada para pembaca saya imbau, teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular, sebagaimana Allah janjikan pula dalam firmanNya di Q.S. Ar-Rahman 60: “Tidak ada balasan atas kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
ADVERTISEMENT
***
Suzan Lesmana – Pranata Humas BRIN