Tanam Padi, Rumput Ngikut, Tanamkan Ilmu Agama, Dunia Ngikut

Suzan Lesmana
Pranata Humas, ASN BRIN, ASNation
Konten dari Pengguna
23 Oktober 2020 5:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Suzan Lesmana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tanam Padi. Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tanam Padi. Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Sejak 22 Oktober 2015 hingga kini, 22 Oktober 2020 selalu kita peringati sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Meski di tengah pandemi COVID-19, namun tak mengurangi kehikmatan momentumnya. Membicarakan santri berarti termasuk pelajar yang dari segi jumlah sangat besar. Bahkan Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, jumlah penduduk usia produktif, jauh lebih besar dibandingkan dengan usia non produktif. Santri dan pelajar akan menyumbang jumlah penduduk produktif tersebut.
ADVERTISEMENT
Permasalahan Pelajar
Namun ironisnya, saat ini kita mendengar kaum pelajar non santri dihadapkan banyak masalah. Ketidakjujuran akademik, pergaulan kelewat batas, kenakalan yang berujung pada tindak kriminal seperti tawuran antar pelajar, geng motor hingga terlibat dengan narkoba atau drugs.
Permasalahan tersebut tidak hanya terjadi di kota-kota besar tetapi sudah mewabah secara sistemik hingga pelosok desa. Oleh karena itu perlu ada usaha sungguh-sungguh yang dilakukan secara sistemik pula dan melibatkan seluruh pihak dan solusinya tentu saja.
Sesungguhnya jika dengan spiritualitas yang baik (ditandai dengan peningkatan pengetahuan agama dan ritualitas dalam ibadah), maka seorang pelajar tidak akan membiarkan dirinya terkontaminasi oleh hal-hal buruk seperti narkoba, pergaulan bebas, tindakan anarkis dan tak bermoral seperti geng motor atau tawuran pelajar.
ADVERTISEMENT
Spritualitas Agama
Kalau spritualitas atau agamanya bagus, contoh: santri-santri pesantren belum pernah terdengar santri pesantren tawuran karena berebut bedug. Mengapa? Karena spiritualitas santri kuat, takut Allah murka kalau mereka berbuat dosa atau menyakiti sesama. Inilah yang disebut Muroqobah, merasa selalu diawasi Allah. Hingga akan terbentuk pribadi-pribadi yang bagus agamanya dan akan tumbuh jadi leader-leader amanah.
Selain itu memang di dalam agama, perilaku manusia ada regulasi Allah dan Rasulullah SAW. Semua diatur dalam agama, tidak hanya bidang politik. Tetapi dari mulai hal-hal kecil misal doa masuk WC, masuk kaki kiri keluar kaki kanan.
Begitu juga kalau makan ada aturan-aturannya. Misalnya kalau makan bertiga atau berempat dalam satu nampan baik nasi kebuli, nasi talam atau nasi uduk, ada adabnya. Suapan dikecilin jangan sampai segenggam penuh satu kepalan. Wajah temen tandem di hadapan jangan dilihatin. Makan juga lihat-lihat wilayah makan kita, sudah di situ saja, jangan melebar-lebar ke kapling orang. Eeeh…ini kadang kapling teman dikorek-korek juga. Longsor deh punya teman kaplingannya.
ADVERTISEMENT
Ada juga aturan-aturan lainnya, misalnya kalau campur suami isteri, ada doanya. Hanya kadang suka terlewat atau terlupa doanya: “Allaahumma jannibisy syaithan wa jannibna syaithaan maa rozaqtana”, yang artinya: "Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan mengganggu apa yang Engkau rezekikan kepada kami. Doa ini sangat dianjurkan kepada setiap suami dan istri yang hendak berhubungan intim, namun kadang sudah jarang dipakai, terutama pengantin lama.
Ajarkan Ilmu Agama Sejak Dini
Jadi, ajarkan ilmu agama sejak dini kepada anak-anak kita para pemuda harapan bangsa. Baik didapat dari lembaga formal (sekolah, pesantren) atau diperoleh dari lembaga non formal (majelis ta’lim, pengajian). Ingat “tanam padi, rumput ngikut, tanamkan ilmu agama, dunia ngikut”. Agamanya bagus, insya Allah berkaah.
ADVERTISEMENT
Lihat kalau di kampung-kampung. Ada orang mati, tujuh hari yang nenteng besek siapa? Ustaz. Pas bulan Maulid, nyambung tiap malam ngisi acara. Terus Isra’ Mi’raj, Ramadhan, Halal Bihalal, dan Muharram.
Makanya sekali lagi, sekolahin anak-anak kita di sekolah agama jadi santri pesantren, atau non formal, majelis taklim, pengajian kalau siangnya sekolah formal. Berkaaah. Otak Jerman, hati Mekkah. Rezekinya orang paham agama ditanggung Allah. Kata Nabi SAW: “Innallaaha takaffala lithalibil ‘ilmi bi rizqihi, yang artinya: “Sesungguhnya Allah menjamin penuntut ilmu akan rizkinya”.
Kadang-kadang ngenes di perumahan-perumahan ya, Ustaznya hanya satu. Pas salat Maghrib, ustaznya berhalangan (udzur), ada keperluan. Maka apa yang terjadi? Dorong-doronganlah makmum. “Lu aja, lu aja! Jangan gua, lu aja!”. Akhirnya tidak selesai-selesai tunjuk dan dorongnya.
ADVERTISEMENT
Ada yang teriak, “Pak erte, pak erte! Kata Pak RT,”Jangan saya, Pak erwe aja”. Kata Pak RW,” apalagi gua!”.Nooh anak muda,” kata Pak RW. Di belakang anak mudanya saling nanya dan tunjuk-tunjuk juga. Pemuda A: “Lu bisa gak jadi Imam?”. Pemuda B: “Sebenarnya gua bisa, tapi enggak berani, kalo lu?”. Pemuda A: “Gua berani, tapi enggak bisa”. Pemuda B: “Ya udah, kalau lu berani, lu yang maju ke depan, ntar gua yang benerin”.
Walhasil yang berani maju ke depan, saat baca surat Al Qadar, jadi keder. Pemuda A (Imam): Innaa anzalnaahu fii lailatul qadr”. Pemuda B (makmum): Lailatil…til!”. Pemuda A: “Wamaa adraa kamaa lailatil qadr. Pemuda B: “Lailatul..tul!”. Pemuda A: (Marah, sambil balik badan) “Lu, gimana sih?” Gua Lailatul, elu lailatil….gua lailatil, elu lailatul”. Gegara tul, til, tul, ramai dagh tuch Shalat Maghrib.
ADVERTISEMENT
Urgensi Kaderisasi Pemimpin
Anak-anak yang faham agama, besarnya akan menggantikan para orang tua. Tahu sendiri kalau sudah aki-aki, semua jadi matic alias tidak ada giginya. Supaya kalau azan ada yang menggantikan aki-aki. Digantikan para pemuda. Kaderisasi. Jangan yang azan, aki-aki. Baca Quran, aki-aki. Salawatan, aki-aki. Mukul bedug, aki-aki. Imam, aki-aki. Mati? Aki-aki juga. Jadi harus ada yang namanya ganti pemimpin. “Syubbanul yaum, rijalul ghod”, yang artinya: “Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan”.
Kalau RT mati, RW mati, bahkan Presiden mati, banyak yang menggantikan. Coba kalau Ustaz mati, Kyai mati, belum tentu ada yang menggantikan. Sabda Nabi SAW: “Innallaha laa yaqbidhulilma intiza’an min shuduurin naas, walakin yantaziuhu biqobdhil ulama’”, yang artinya: “Allah SWT tidak mengangkat ilmu dari hati seseorang, tidak ada orang yang ilmunya hilang, tetapi Allah mencabut ilmu itu, mengangkat ilmu itu dengan mengangkat (mencabut ajal) para ulama yang begitu wafat hilang pula ilmunya” (H.R. Ibnu Majah).
ADVERTISEMENT
Makanya, agama dari kecil sudah ditanamkan ke anak-anak yang bakal jadi pemuda juga. Hingga nanti kalau menjadi imam sudah siap. Wallahu a’lam.