Sampah di Samudera Pasifik Hampir Seluas Daratan Indonesia

Konten Media Partner
27 Maret 2018 15:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kumpulan-kumpulan sampah plastik di Samudera Pasifik yang dikenal dengan sebutan The Great Pacific Garbage Patch kini makin meluas dengan ukuran luar biasa. The Great Pacific Garbage Patch ini adalah kumpulan sampah-sampah plastik yang mengambang di lautan antara Hawaii dan California, terus membesar hingga berukuran 1,6 juta km2, atau hampir seluas daratan Indonesia (1,9 juta km2). Hal ini dilaporkan dalam jurnal Scientific Reports yang dipublikasikan oleh majalah Nature minggu lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam studi tersebut disebutkan bahwa sampah di wilayah ini kini berisi 10 hingga 16 kali lebih banyak dari diduga sebelumnya. Yang mengerikan tentu saja kenyataan bahwa sampah-sampah itu tidak berkurang, melainkan akan terus bertambah sepanjang waktu.
Ketua penelitian tersebut, Laurent Lebreton dari The Ocean Cleanup Foundation, Delft, Belanda mengatakan bahwa konsentrasi plastik di lautan pasifik semakin memburuk dan mengkhawatirkan. Akumulasi plastik di kawasan tersebut disebabkan oleh arus yang mengumpul dan angin permukaan laut yang rendah.
Lautan sampah. Kredit: Dimitar Dilkoff/AFP/Getty Images
The Great Pacific Garbage Patch ditemukan pertama kali pada tahun 1990-an, dan sampah-sampah tersebut berasal dari negara-negara di Lingkar Pacific (Pacific Rim) yang tersebar di Asia, Amerika Utara, dan Amerika Selatan, ditambah Lebretan.
ADVERTISEMENT
“Ini adalah fenomena alami yang terjadi di semua cekungan samudra subtropis di dunia. Sebenarnya, ada empat lagi zona akumulasi seperti ini: Pasifik selatan, Atlantik utara, Atlantik selatan, dan Samudra Hindia,” ujarnya.
The Great Pacific Garbage Patch bukan kumpulan plastik yang padat, namun terdiri dari 1,8 triliun bagian-bagian plastik, dan diperkirakan seberat 88 ribu ton, atau seberat 500 pesawat jet jumbo. Dari hasil pemetaan sampah yang dilakukan dalam kurun waktu tiga tahun menunjukkan jumlah polusi plastik yang berlipat ganda. Mikroplastik menyumbang 8 persen dari total massa plastik yang mengapung di area luas tersebut.
Sampah plastik di lautan. Foto : NOAA
Dari sekitar 1,8 triliun plastik, terdapat komponen yang lebih besar dari mikroplastik. Di antaranya seperti jaring ikan, mainan, bahkan hingga dudukan toilet.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah sejumlah penemuan dari penelitian tersebut, dikutip dari BBC :
ADVERTISEMENT
Infografis The Great Pacific Garbage Patch di Samudera Pasifik. Sumber : theoceancleanup/usatoday
Untuk untuk meneliti tingkat keparahan polusi di Samudra Pasifik utara ini dilakukan survei udara dan mengumpulkan 652 jaring yang ditarik oleh 18 kapal dari 27 Juli hingga 18 September 2015. Setiap tahun, jutaan ton plastik masuk ke laut, beberapa hanyut ke dalam sistem pusaran arus laut yang besar yang dikenal sebagai gyres.
Setelah terjebak dalam sirkulasi atau pusaran arus laut itu, plastik akan terurai menjadi mikroplastik yang tak telihat secara kasat mata, dan mungkin tertelan oleh satwa-satwa laut.
Dampak ke Hewan Laut
Dr. Agung Dhamar Syakti, peneliti pencemaran laut yang juga Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjung Pinang, Riau menjelaskan adanya sampah plastik di lautan berdampak pada satwa laut.
ADVERTISEMENT
“Sampah besar dimakan organisme besar seperti penyu dan dugong yang menyangka sampah plastik itu adalah makanan mereka yaitu ubur-ubur. Dan sampah plastik yang berukuran lebih kecil akan dimakan makhluk hidup yang lebih kecil seperti ikan kecil dan plankton. Meski hal tersebut belum diteliti lebih lanjut,” kata Agung yang dihubungi Mongabay-Indonesia pada Kamis (22/3/2018).
Sampah plastik dan mikroplastik di lautan membahayakan bagi penyu karena dianggap makanan. Banyak penyu dan biota laut yang mati karena memakan sampah di lautan. Foto : ecowatch
Agung menjelaskan didalam sampah plastik yang resisten, terdapat bahan pembentuk plastik yang bersifat toksik. Sehingga ketika terluruhkan dalam plastik, bahan toksik itu akan terserap oleh organisme.
Selain itu, bahan kimia yang ada di permukaan plastik sebagai polutan seperti hidrokarbon juga terserap masuk sistem pencernaan organisme dan masuk jaringan tubuh.
ADVERTISEMENT
Beberapa laporan menyebutkan pengaruh bahan kimia Bestenol A dan B karena struktur kimianya seperti hormon maka mengganggu secara hormon misalnya membuat ikan menjadi mandul. Dampak langsung letal (mematikan) pada satwa laut tidak ada, tapi ada pengaruh jangka panjang.
“Kalau sampah sudah menjadi mikro plastik, penanganan sudah susah,” kata Agung.
Efeknya senyawa kimia plastik yang bersifat karsinogenik (penyebab kanker) akan masuk dalam tubuh, tambah Agung, juga menyebabkan mutagenik (mutasi gen karsinogenik) yang dibuktikan dalam literatur ilmiah. Tapi mutagenik belum terlihat massif misalnya ikan mati kena tumor. Dampak mikroplastik terhadap satwa laut tidak seketika, tetapi bisa berdampak signifikan di masa mendatang. (dari berbagai sumber)
***
26 Maret 2018
Ditulis oleh Akhyari Hananto dan Jay Fajar untuk Mongabay Indonesia
ADVERTISEMENT