Erbakan

Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H
Guru Besar Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Konten dari Pengguna
14 September 2021 16:16 WIB
·
waktu baca 17 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prof. Dr. Ok Saidin SH M. Hum H tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prof. Dr. Necmettin Erbakan. Instagram @necmettin.erbakan
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Dr. Necmettin Erbakan. Instagram @necmettin.erbakan
ADVERTISEMENT
Tanggal 27 Ferbruari 2011, Turki berduka. Pria yang dilahirkan di sebuah kota di Sinop, di pantai Laut Hitam Turki, telah pergi menghadap Sang Khalik untuk selama-lamanya di rumah Sakit Guven di Ankaya, Ankara, tepat pada pukul 11:40. Jenazahnya dibawa ke Istanbul setelah disalatkan di Masjid Fatih. Iring-iringan peti jenazahnya berbaris sepanjang empat kilo meter (2,5 mil) menuju Pemakaman Merkezefendi. Ia dimakamkan di sebelah makam istrinya Nermin.
ADVERTISEMENT
Ia sendiri tak ingin dimakamkan dengan upacara kenegaraan–karena ia memang berhak untuk itu sebagai Perdana Menteri Turki Periode 1996-1991-namun, pemakamannya dihadiri oleh pejabat tertinggi Negara bagian dan wakil Pemerintah. Nama dan gelar akademik lengkapnya adalah Prof. Dr. Necmettin Erbakan.
Erbakan adalah seorang akademisi, insinyur, politisi yang pernah menjabat Perdana Menteri Turki dari tahun 1996 sampai dengan 1997. Dia mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri karena ditekan oleh Militer dan kemudian dilarang untuk berpolitik oleh Mahkamah Konstitusi Turki. Alasannya ia melanggar amanah Konstitusi yang secara tegas mengatur tentang pemisahan agama dengan Negara.
Turki telah menjadi Negara Sekuler seiring dengan dibubarkannya Dinasty Osmania yang telah memerintah berdasarkan Syari'at Islam selama 623 tahun, pada tanggal 1 November 1922. Mustafa Kemal Pasha, menghapuskan nilai-nilai Islam dalam konstitusi Turki. Ia meletakkan dasar-dasar sekularisme dalam konstitusi negaranya pada awal berdirinya Republik Turki pada 29 Oktober 1923.
ADVERTISEMENT
Tak semua rakyat Turki setuju dengan bentuk Negara Sekuler itu. Itulah sebabnya sejak awal berdirinya Republik Turki di bawah Mustafa Kemal Pasha, dan pemerintahan-pemerintahan selanjutnya, ada saja perlawanan baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam dari kelompok masyarakat di dalam negerinya yang menentang konsep Negara sekular itu. Erbakan adalah salah satunya yang memberikan reaksi dengan caranya sendiri.
Merujuk pada catatan Asro Kamal Rokan, berakhirnya kekuasaan Mustafa Kemal Pasha tidak membuat sekulerisme ambruk di Turki. Presiden-presiden berikutnya melanggengkan semangat sekularisme dengan dukungan militer. Saat bersamaan, negara-negara Barat tetap curiga dan menempatkan Turki, seakan bukan Eropa sesungguhnya. Kebijakan satu mata uang Eropa juga menyisihkan keberadaan Turki. Pembentukan Masyarakat Ekonomi Eropa, juga Turki dikucilkan. Sejarah penaklukan Byzantium pada paruh kedua abad ke-15 tampaknya masih membayang-bayangi Eropa.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan elite, di tengah masyarakat justru muncul kesadaran baru kembali kepada nilai-nilai Islam. "Anak-anak muda semakin gandrung mendalami Islam." Begitu tulis Asro Kamal Rokan dalam Catatan Perjalanannya sebagai Kepala Kantor Berita Antara, ketika ia mengunjungi Turki. Masjid-masjid kembali di isi anak-anak muda terpelajar. Menguatnya peran umat Islam tersebut, tampaknya membawa berpengaruh ke ruang politik Turki. Di sinilah awal kemunculan intelektual Muslim, Prof. Dr. Necmettin Erbakan.
Turki menjadi Negara terbuka untuk masuknya peradaban Barat dan sebagian besar rakyatnya hidup dalam suasana yang jauh dari nilai-nilai Islam, meskipun ia beragama Islam. Itulah yang membuat kerisauan seorang Erbakan. Erbakan menyadari, bahwa profesinya sebagai akademisi tak akan banyak membawa perubahan, meskipun itu penting untuk menyiapkan masa depan generasi yang terpelajar. Di matanya, menceburkan diri ke dunia politik akan lebih ampuh untuk percepatan proses perubahan. Itulah sebabnya ia memilih untuk menceburkan diri ke dunia politik Turki.
ADVERTISEMENT
Langkahnya untuk menceburkan diri ke dunia politik dimulainya sejak tahun 1960-an sampai dengan 2010-an. Dia memperkenalkan Ideologi Milli Gorus. Sebuah ideologi dengan gerakan politik keagamaan. Erbakan mulai memperjuangkan aspirasi kelompok Islam pada saat ia pertama kali membentuk Milli Nizam Partisi (MNP) yang kemudian ideologi itu menjadi dasar pandangannya ketika ia mendirikan partai politik, yang kerap kali berhadapan dengan rezim Militer Turki.
Tahun 1971 ia mendirikan Partai Politik lalu kemudian dibubarkan oleh Rezim Militer. Partai-partai yang pernah didirikannya adalah; National Order Party (MOP), National Sarvion Party (MSP), the National Oredr Party (MSP), Partai Kesejahteraan (RP), Partai Kebjikan (FP) dan Partai Felicity (SP). Di sinilah Erbakan memperkenalkan dan memperjuangkan aspirasi ideologis yang bernafaskan Islam.
ADVERTISEMENT
Pada saat ia memangku jabatan sebagai Perdana Menteri, keberpihakannya terhadap Islam tampak jelas, ketika ia menerapkan kebijakan luar negerinya mengacu pada dua pilar utama yakni; Pan-Islamisme dan perjuangan melawan Zionisme. Itu juga semangat yang dikobarkan oleh Sultan Mehmed II, ketika menaklukkan Benteng Konstantinopel.
Erbakan dilahirkan dari keluarga Kozanoglu yang terpandang di Turki. Ayahnya Mehmet Sabri adalah seorang Hakim terakhir dari Kekaisaran Ottoman. Ia menamatkan studi S1 pada Fakultas Teknik Mesin di Universitas Teknik Istanbul pada tahun 1948. Ia pun melanjutkan dan menyelesaikan studi PhD-nya pada universitas tempat B. J. Habibie menyelesaikan PhD-nya, di University of Rheinisch Westfalische Technische Hochschule Aachen (RWTH Aachen University). Itulah sebabnya, Erbakan punya kisah persahabatan dengan B.J. Habibie, sesama Alumni RWTH Aachen University. Keduanya semakin akrab ketika Habibie diminta oleh Erbakan untuk menjadi saksi pernikahan putranya. (Ferman Rahadi, Jumat 09 May 20-14, republika.co.id).
ADVERTISEMENT
Keduanya menjadi pemimpin di negaranya masing-masing dalam waktu tergolong singkat. Saat Erbakan sebagai PM Turki, 1996-1997, Habibie sebagai Wakil Presiden RI. Masa itu. Habibie dan Erbakan membentuk Developing 8 (D-8), kerja sama pembangunan ekonomi delapan negara mayoritas Muslim, yakni Turki, Indonesia, Bangladesh, Mesir, Iran, Malaysia, Nigeria, dan Pakistan
Karier akademis dan politiknya dimulai sepulangnya Erbakan dari Jerman. Ia diangkat menjadi dosen pada Universitas Teknik Istanbul dan dikukuhkan sebagai Profesor dalam bidang mekanika pada tahun 1965 (Necemettin Erbakan, Biography & Facts, Encyclopedia Britannica).
Tahun 1969 ia terjun ke dunia politik dan berhasil menduduki kursi parlemen dari jalur independen. Pada tahun 1970 ia duduk sebagai Wakil Perdana Menteri dan ia membentuk Partai Islam. Tahun 1971 Partai itu dibubarkan. Satu tahun berikutnya ia dirikan lagi Partai Islam, tapi rezim militer kembali membubarkannya pada tahun 1980 dan Erbakan pun dijebloskan ke penjara. Ia pun dilarang mengikuti kegiatan politik di Turki sampai dengan tahun 1987 (Necemettin Erbakan, Biography & Facts, Encyclopedia Britannica).
ADVERTISEMENT
Setelah diizinkan kembali berpolitik, Erbakan mendirikan Partai Kesejahteraan Islam. Ia menjadi pucuk pimpinan tertinggi partai yang mendukung gerakan Islam di Turki. Selain itu juga partai ini menentang tindakan korupsi yang dilakukan oleh partai-partai besar di Turki (Necemettin Erbakan, Biography & Facts, Encyclopedia Britannica). Sikap politiknya yang menentang korupsi dan pro Islam mendapat respons positif dari rakyat.
Dukungan semakin meningkat yang akhirnya pada Pemilu 1995, Partai Refah merebut 158 ​​dari 550 kursi di legislatif. Inilah partai Islam pertama memenangkan Pemilu di Turki. Kemenangan itu mengantarkan Erbakan ke kursi Perdana Menteri pada 8 Juli 1996. Ia mengembangkan politik Luar Negerinya yang pro Islam. Ia membangun kerja sama dengan Negara-negara Islam dan mengunjungi Mesir, Nigeria, dan Libya pada masa awal pemerintahannya. Ia pun menyarankan pembentukan Organisasi Keamanan Islam, menyaingi dan mengusulkan Turki agar keluar dari keanggotaan Fakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan menggalakkan mata uang Islam Dinar. Ia juga mengusulkan agar membatalkan perjanjian dengan Israel, dan memperkuat hubungan dengan negara-negara Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Usulan ini tentu membuat resah pemimpin negara-negara di kawasan Eropa yang bekerja sama dengan Turki dan itu akan berdampak pada kebijakan-kebijakan Turki di Timur Tengah.
Partainya berkoalisi dengan Partai Jalan Sejati. Namun jabatan Perdana Menteri tidak lama. Militer mendesak Erbakan mundur karena dikhawatirkan mengubah Sistem Sekuler dengan Sistem Pemerintahan Islam. Tekanan dan intrik politik di koalisi, memaksa Erbakan mundur pada 18 Juni 1997. Hanya setahun ia menduduki kursi Perdana Menteri.
Sebenarnya ia termasuk tokoh Muslim yang moderat. Ia berteman dengan Jean Marie Le Pen, Tokoh Kristiani pemimpin partai Front Nasional dan Calon Presiden Perancis. Le Pen, setelah empat kali menjadi calon presiden baru pada pada tahun 2002 lolos masuk ke babak penentuan, namun ia kalah telak dengan Jacques Chirac yang memenangkan suara 82 % pada 5 Mei 2002, dalam pemilihan babak akhir penentuan. Erbakan dan Le Pen keduanya memiliki keyakinan bersama, bahwa baik Kristen maupun Islam tidak sesuai dengan ideologi nasionalis yang dianut oleh kedua negara itu. Seperti juga Suktan Mehmed II, tak pernah menghukum umat Kristiani setelah penaklukan Konstantinopel. Yang ia lawan adalah para Zionis yang bersekutu dengan para mafia dan pedagang ketika itu yang mendapat dukungan dari Kaisar Konstantianus XI.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalan karier politiknya, seperti dikutip dari Wikipedia, citra Erbakan dirusak karena sikapnya yang berpihak pada Islam. "Barat" memantaunya dan bersama MIliter Turki kelompok yang menamakan dirinya "Kelompok Kerja Barat" terus membayang-bayangi gerak-gerik Erbakan. Reputasinya dirusak setelah ia berpidato terkesan mengolok-olok demontrasi, melawan skandal Susurluk. Yaitu sebuah skandal melibatkan hubungan antara oknum-oknum pejabat Turki yang berseberangan dengan Erbakan dengan organisai Gray Wolves (Serigala Abu-Abu) dan juga mafia Turki, terkait konflik Kurdi-Turki pada pertengahan 1990-an.
Hubungan itu terjalin setelah Majelis Keselamatan Turki (NSC) menyatakan perlunya mengumpulkan sumber-sumber negara untuk memerangi Partai Pekerja Kurdistan (PKK). Skandal itu kemudian membawa Erbakan ke penjara setelah kejatuhannya, dalam kasus "Triliun Hilang", yang menggunakan berbagai dokumen palsu yang memojokkan Erbakan. Ia juga dituduh menggelapkan dana Partai Kesejahteraan Islam setelah Partai itu dibubarkan. Erbakan dihukum dua tahun empat bulan penjara.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya skandal itu diawali dengan adanya peristiwa kecelakaan kereta api pada 3 November 1996 dekat Susurluk, di Wilayah Balikesir yang menewaskan Kepala Kepolisian Turki dan Anggota Parlemen serta Abdullah Catli Pimpinan organisasi Gray Wolves. Erbakan dipersalahkan pada saat itu dalam kasus "Ujaran Kebencian" karena ketidak-peduliannya tentang skandal itu, yang akhirnya mendorong kejatuhannya pada tahun 1997.
Meskipun ia berada di bawah larangan politik, Erbakan tetap bertindak sebagai mentor dan penasihat informal antara anggota Refah yang mendirikan Partai Kebajikan pada tahun 1997. Partai kebajikan kemudian ditemukan inkostitusional pada tahun 2001 bersamaan dengan larangan Erbakan terhadap kegiatan politik di Turki telah berakhir. Erbakan kemudian menggunakan peluang itu untuk mendirikan Partai Felicity yang dipimpinnya pada Tahun 2003–2004 dan terpilih lagi sebagai pimpinan partai tahun 2010 hingga ia wafat pada tahun 2011.
ADVERTISEMENT
Erbakan adalah seorang Intelektual Pejuang yang tak pernah henti menyuarakan kata hatinya. Agama tak dapat dipisahkan dari Negara. Nilai-nilai religius telah mengantarkan semua penduduk negeri dan menjadi spirit bangsa untuk membangun negerinya. Sebut saja Inggeris, Italia, Saudi Arabia, Indonesia, dan kerajaan-kerajaan besar pada masa lalu seperti, Romawi, Otteman, Mongolia, Makedonia, Persia, Kerajaan Hongaria semuanya bertolak dari spirit religius untuk membangun negerinya. Agama tak dapat dipisahkan dari negara.
"Erbakan adalah Intelektual dan Perjuang Islam yang sangat gigih, ia telah mewarisan perubahan dan peletak dasar kembalinya Islam ke dalam politik Turki", demikian cuplikan dari Catatan Perjalalan Asro Kamal Rokan. "Tidak itu saja", lanjut Asro. "Semangatnya menjalar pada dua pemimpin Turki berikutnya, dengan gaya dan pendekatan politik berbeda, yakni Abdullah Gul (Presiden dan Perdana Menteri 2002-2014) dan Recep Tayyip Erdogan (PM dan Presiden 2014 hingga kini). Meski tidak membawa bendera Islam, seperti Erbakan, namun partai Adalet ve Kalkınma Partisi (AK Parti -- Partai Keadilan dan Pembangungan) yang dipimpin Erdogan, yang berhaluan kanan-moderat, berada dalam semangat yang sama.
ADVERTISEMENT
Keputusan tergolong berani Erdogan ketika mengembalikan fungsi Hagia Sophia, menjadi masjid, pada Jumat 25 Juli 2020. Dunia Barat mengecam keputusan ini, namun Erdogan tetap bertahan. Erdogan hadir bersama ribuan jemaah melaksanakan salat Jumat, yang dramatis dan heroik tersebut. Khotib Salat Jumat, Ali Erbas, dalam khotbah yang disiarkan ke seluruh dunia, "Kami ingin menunjukkan kepada Mehmed Sang Penakluk tentang sikap Hagia Sophia yang hebat ini, lima abad yang lalu, sebagai contoh bagi dunia dan menyerukan kepada seluruh umat manusia untuk mengatakan hentikan wacana anti-Islam, tindakan dan segala jenis penindasan."
Kisah ini menggugah kesadaran Bahlul. Selama berhari-hari Bahlul pulang pergi ke Perpustakaan terbesar di Turki di jantung kota Istanbul. Perpustakaan yang berasal dari bangunan Rami Artillery Quarters yang dibangun pada tahun 1770-an. Perpustakaan ini menyimpan 7.000.000 (tujuh juta) buku. Bahlul, melalap semua buku yang berkisah tentang sejarah Turki. Berikut tuturan Bahlul dari hasil penelusuran perpustakaannya.
ADVERTISEMENT
Sejarah Turki adalah cerita sejarah tentang penaklukan. Erbakan memang tak sehebat Sultan Mehmed II, orang terkuat dan terbaik dalam sejarah kepemimpinan Otteman, yang menaklukkan Benteng Konstantinopel, namun keduanya mempunyai spirit yang sama, yakni melawan zionis dan ketidak adilan melalui nilai-nilai Islam.
Strategi Erbakan dalam mewujudkan Ideologi Milli Gorus tak sehebat Sultan Mehmed II, ketika menaklukkan benteng Konstantinopel yang berada di bawah kawalan pasukan Kaisar Konstantinus XI. Tetapi apa yang dihadapi Erbakan dalam kepemimpinannya tak pernah berubah, tetap sama seperti yang dihadapi Sultan Memed II. Keduanya menghadapi para pengkhianat, pejabat yang korup, hubungan antar sesama aparatur yang saling melancarkan intrik dan saling menjatuhkan, bawahan yang menjilat, hipokrit, persekongkolan para pengusaha dengan oknum penguasa dan para mafia, dan segudang ancaman eksternal lainnya.
ADVERTISEMENT
Bahlul pun berdiskusi dengan Gurunya Syekh Soramettin. Dalam perbincangannya Syekh Sora bertutur kepada Bahlul. "Ada yang harus Engkau ingat, Bahlul", kata Syekh Sora. Kini Engkau sudah semakin cerdas Bahlul. Engkau tak bisa menyandingkan kehebatan Mehmed II dengan Erbakan dalam memperjuangkan kata hatinya. Meskipun keduanya bertolak dari spirit yang yang sama Sejak kecil Mehmed II hidup di bawah tekanan dan bayang-bayang kekuasaan ayahnya Sultan Murad II. Sebelum Sultan Murad II wafat ayahnya sempat melantik Mehmed II menjadi Sultan, dalam usianya 13 tahun, Sultan termuda sepanjang sejarah Usmaniah. Tapi kemudian Sultan Murad II, menurunkannya kembali dari tahta, karena banyak keputusan yang ia lakukan dipandang oleh kalangan Istana membahayakan kelangsungan Otteman. Engkau dapat membayangkan Bahlul, seorang yang sudah diberi kedudukan tertinggi dalam pemerintahan, lalu diturunkan dan ditugaskan di sebuah Provinsi kecil di bawah kendali Kerajaan. Mehmed muda terpukul, ia merasa diasingkan dan dikhiananti oleh orang-orang dekat ayahnya pimpinan Perdana Menteri Halil Pasha yang juga Wazir Agung. Mehmed merasa, sebenarnya para Menteri dan pengikut ayahnya ingin menghabisinya.
ADVERTISEMENT
Ada sejarah yang tak terungkap, Bahlul. Dua saudara laki-laki Mehmed dari Permaisuri Sultan Murad, meninggal dalam keadaan tak wajar. Kakak laki-lakinya meninggal dalam keadaan leher tercekik. Mehmed II adalah anak laki-laki dari isteri kedua Sutan Murad II. Ibunya dipanggil "Hatun" yang sampai saat kematiannya tak pernah teruangkap asal usulnya. Mungkin dia berasal dari keturunan Byzantium. Setelah kedua saudara laki-laki se-ayahnya meninggal, ia dipanggil ke Istana oleh ayahnya. Ia meninggalkan ibunya dengan penuh kesedihan. Dalam pelukan ibunya laki-laki berumur enam tahun itu menangis. Dalam tangisnya ia berkata, "Jika aku pergi siapa yang akan memberi makan burung-burungku," ucap Sultan kecil sambil memandang burung piaraannya di dalam sangkar yang tergantung di hadapannya. Ibunya berdiri seraya berkata, "Seorang Sultan tidak boleh menangis".
ADVERTISEMENT
Seorang ibu yang tegar melepas kepergian Sultan kecil. Dengan menempuh perjalanan lebih dari 300 Km, Sultan sampai di Istana Ayahnya di Adrianopel, tanpa sanak keluarga. Di Istana ia disambut dingin oleh para Menteri dan penasehat ayahnya. Halil Pasha Sang Wazir Istana, gugup bercampur khawatir, kalau-kalau Sultan Hamid mendudukannya sebagai Sultan. Candarli Halil Pasha, Wazir Agung melihat Mehmed akan berpotensi untuk menduduki tahta dan itu menjadi ancaman baginya. Di Otteman tak ada garis kekuasaan dalam pemerintahan. Jika Sultan lemah, maka Perdana Menteri bisa berkuasa penuh dan Sultan duduk manis sebagai boneka. Begitu tradisi pemerintahan Ottemena ketika itu, Bahlul," lanjut Syekh Sora.
Adalah Candarli Halil Pasha, Wazir Agung merangkap Perdana Meteri Otteman yang berambisi untuk menjalankan roda pemerintahan Usmaniyah, dengan harapan Mehmed akan menjadi Sultan Boneka. Ketika Mehmed diturunkan dari tahta, Candarli Halil Pasha, Wazir Agung menjalankan kendali pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Sultan kecil diterima baik oleh ibu tirinya di Istana, Istri ketiga Sultan Hamid, Sultana Mara Brancovic dari Serbia yang tidak mempunyai keturunan. Sultana Mara mengasuh Sultan kecil yang ia anggap seperti putranya sendiri. Sultan Hamid tumbuh besar menjadi Pria yang gagah dan kuat. Pada usianya yang ke-13 dia sudah menguasai 5 bahasa dan memahami semua isi kandungan Al Qur'an dan Hadis. Ia dilatih kemiliteran bersama pasukan Yanisseri, Tentara Turki yang paling ditakuti. Ia diajarkan Etika dan Moral. Halil Pasha Sang Wazir-pun selalu mengambil kesempatan melayangkan cambuk ke tubuh kecilnya, jika Sultan kecil melakukan kesalahan, karena tindakan itu sudah direstui ayahnya.
Jika sudah demikian Sultana Mara menjadi tempat pengaduan keluh kesah Sultan kecil, Muhammad Al Fatih. Sutan kecil hampir tak bisa mengingat wajah ibu kandungnya, karena ia benar-benar mendapat kasih sayang dari ibu tirinya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya hari yang dikhawatirkan Halil Pasha Sang Wazir Agung tiba juga. Pada saat Muhammad Al Fatih berusia 13 tahun, oleh ayahnya Sultan Murad menabalkannya sebagai Sultan. Halil Pasha Sang Wazir Agung, yang juga Perdana Menteri kehilangan posisi sebagai pengendali pemerintahan, karena selama beberapa tahun terakhir setelah kematian dua putranya ayahnya hanya duduk manis sebagai Sultan Boneka. Namun Halil Pasha tetap memegang peran sebagai Penasihat Kerajaan dan Perdana Menteri.
Sultan Mehmed II mengambil alih kendali pemerintahan. Semua kebijakan terpusat kepadanya. Sultan Mehmed II ingin mewujudkan mimpi-mimpinya. Ingin mewujudkan obsesinya, sebagai sebuah pencapai besar, yakni penalukkan Benteng Konstantinopel. Ia terobsesi dari kisah penaklukan Iskandar Agung di Timur pada usia 19 Tahun. Ia mengulangi kata-kata Iskandar Agung, ""Yang dicatat sejarah, bukan dari apa yang kita lakukan, tapi apa capaian akhir dari semua proses yang kita lakukan." Ucapan itu disampaikannya ketika Halil Pasha Sang Wazir Agung menyarankan kepadanya agar jangan mengambil kebijakan-kebijakan yang ia anggap dapat membahayakan keselamatan Otteman dari ancaman Byzantium dan sekutu-kutunya. Tapi Sultan yang baru berumur itu 13 tahun itu "keras kepala". Candarli Halil Pasha, Wazir Agung terus memprovokasi ayahnya Sultan Hamid.
ADVERTISEMENT
Akhirnya Sultan Hamid menurunkan putranya dari takhta seraya berkata, "Nanti ketika Engkau sudah siap, Engkau boleh duduk kembali di singgasana itu". Sultan Murad, memang berharap banyak dengan putranya itu, tapi ia tak pernah tahu bahwa Candarli Halil Pasha, Wazir Agung yang juga Perdana Menteri bersiasat untuk melanggengkan pemerintahannya, setidak-tidaknya jika ada Sultan, itu hanya menjadi Sultan Boneka.
Mehmed II lengser dan di tengah kemarahannya ia meninggalkan Istana. Ia merasa ada yang mengkhianatinya. Dengan tatapan yang tajam ia memandang ke arah wajah Candarli Halil Pasha, Wazir Agung dan para Menteri penasihat ayahnya, pada saat ayahnya menyampaikan kabar bahwa ia akan turun tata. Setelah Mehmed II turun tahta, Candarli Halil Pasha, Wazir Agung menjalankan pemerintahan secara penuh, Sultan Murad hanya duduk di singgasana sebagai Sultan boneka. Otteman "membuang" Sultan Mehmed untuk mengepalai wilayah Manisa Provinsi Aegea, sebagai Gubernur Wilayah. Sebuah pukulan telak bagi Mehmed II setelah ia lengser dari singgasanan Sultan.
ADVERTISEMENT
Kelak pada waktunya, ketika berita wafatnya Sultan Murad sampai ke telinga Sultan Mehmed II, ia memacu kudanya dari Manisa menuju Istana Adrianopel, menemui Candarli Halil Pasha. Turun dari kudanya ia mengulurkan tangannya seraya meminta Candarli Halil Pasha mencium tangannya. Dengan wajah kusut, Halil mencium tangan Mehmed II, sambil mengucapkan, "Sultan". Sebelum Sultan Murad menobatkan Mehmed sebagai Sultan, Candarli Halil Pasha, Wazir Agung juga sudah menyembunyikan Pangeran Orhan (adik kandung Sultan Murad) yang memiliki klaim untuk menduduki posisi sebagai Sultan. Candarli Halil Pasha, Wazir Agung menitipkannya di kota Konstantinopel di bawah pengawasan Kaisar Byzantium dengan membayar upeti.
"Ketahuilah Bahlul," Syekh Sora melanjutkan kisah Sultan Mehmed. "Turunnya Sultan Mehmed II, seperti turunnya Erbakan dari kursi Perdana Menteri Turki pada 18 Juni 1997. Jika Erbakan diturunkan karena berseberangan dengan Rezim Militer dan lawan politiknya, maka Mehmed harus turun takhta karena bisikan orang dekat ayahnya para menteri, terutama Candarli Halil Pasha, Wazir Agung merangkap Perdana Meteri Otteman kepercayaan ayahnya yang juga orang kedua terkuat di Otteman.
ADVERTISEMENT
Begitulah perjalanan hidup orang-orang terpilih, Bahlul. Syarat dengan intrik, fitnah dan berbagai tindakan yang dilakukan oleh orang-orang yang berseberangan dengannya. Mereka yang bertahan adalah mereka yang istiqomah, mereka yang konsisten dengan garis perjuangannya. Jika tidak mereka akan ikut hanyut dalam arus gelombang orang lain yang lebih kuat. Tahukah Engkau Bahlul, apa yang diucapkan Sultan Mehmed ketika ia naik takhta untuk kedua kalinya?" "Inilah saatnya," kata Sultan Mehmed, ketika ia naik takhta untuk kedua kalinya pada usia 19 tahun. "Inilah saatnya, atau tidak sama sekali untuk menaklukkan Benteng Konstantinopel" kata Sutan Mehmed di hadapan pasukan perangnya pada malam penyerangan terakhir penaklukannya pada tanggal 29 Mei 1453, hari Selasa bertepatan dengan 20 Hari Bulan Jumadil Awal 875 Hijriah, pukul 05.37 Waktu Konstantinopel.
ADVERTISEMENT
"Tahukah engkau capaian tertinggi Mehmed Bahlul? Mehmed II berhasil menembus dan memasuki Gerbang Konstantinopel, pada usianya yang ke-21, ia menyatakan, "Kayse I Rum", Kaisar Roma yang baru". Meskipun Erbakan tak sehebat Mehmed II, tapi Erbakan kembali menyalakan semangat dan Api Islam di negeri ini Bahlul. Api yang sudah lama mati ditiup oleh angin dan diterpa gelombang sekularisme. Engkau harus mengingat sejarah negeri ini Bahlul. Bahwa Kekasih Sang Khalik menjanjikan akan ada seorang pemimpin muslim yang kuat yang akan menaklukkan benteng Konstantinopel di kemudian hari, dia pastilah orang yang sangat kuat dalam kepemimpinannya dan pasukannya juga sangat kuat. Dialah Mehmed II, Bahlul. Kini setalah hampir satu abad api itu padam kembali. Sang Khalik menjajikan, Kepemimpinan akan dipergantikan. Erbakan datang, ia tampil meniupkan dan mengobarkan kembali api itu. Meskipun baru menghasilkan perecikan api, tapi negeri kita sudah meraskan kehangatannya dan asapnya sedang membubung naik ke langit Turki." Demikian Syekh Sora mengakhiri kalimatnya.
ADVERTISEMENT
Bahlul merunduk, dalam diamnya ia berharap, semoga ada Mehmed-Mehmed dan Erbakan-Erbakan yang lain untuk memperjuangkan kebenaran di bumi Turki. Bahlul memeluk Syekh Soramettin. Air matanya tampak membasahi pipinya. Ia pun menengadahkan tangannya bersama gurunya membaca Salawat dan Umul Qur'an, mengirim doa untuk arwah kedua Allahyarham yang mereka bincangkan petang itu. Langit mendung di langit Turki, awan tebal menyelimuti Istanbul, Bahlul bergegas pulang menembus kabut kota.