Apakah Dampak Brexit bagi Perekonomian Dunia dan Negara Berkembang itu buruk?

Poppie Yolanda Sulaiman
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
15 Januari 2021 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Poppie Yolanda Sulaiman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Inggris merupakan salah satu negara yang berada di wilayah Eropa bagian Barat. Inggris merupakan negara kesatuan dengan sistem pemerintahan monarki konstitusional yang menganut sistem parlementer. Inggris berbatasan langsung dengan Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Pada tahun 1937 terjadi krisis minyak di dunia yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian dunia menurun yang berimbas langsung kepada Inggris. Hal ini menyebabkan Inggris berkeinginan untuk memperbaiki perekonomian nya dengan bergabung menjadi anggota di Uni Eropa. Namun, setelah beberapa tahun kemudian Inggris memutuskan untuk keluar dari keanggotaannya di Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Brexit atau Britania Exit adalah sebuah momentum keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa pada 23 Juni 2016. Pada saat itu Inggris keluar berdasarkan referendum rakyat Inggris. Menurut data yang di sajikan oleh media Vote Leave 2016 (BBC, 2016) sekitar 30 juta jiwa memberikan suara dengan voting untuk meninggalkan Uni Eropa. Hasil akhir menunjukkan sekitar 51,9 % yang memilih meninggalkan UE dan sisanya 48,1 % memilih untuk tetap bergabung dengan Uni Eropa. Banyaknya imigran yang berasal dari Eropa yang mencari pekerjaan di Inggris menjadi salah satu pertimbangan keluarnya Inggris. Setelah kebijakan pasar tunggal Eropa mulai di jalankan, segala jenis kegiatan seperti distribusi barang, jasa dan pekerjaan, dengan bebasnya bergerak di semua negara yang bergabung dengan Uni Eropa. Hal ini menjadi kekhawatiran masyarakat Inggris karena mereka menilai arus pekerja yang berasal dari zona Uni Eropa dapat mengancam banyak aspek seperti ketersediaan lapangan pekerjaan bagi warga Inggris. Dengan begitu tujuan di lakukan nya Brexit ini untuk menyudutkan Brussels, Belgia, markas Uni Eropa yang dia anggap telah merugikan Inggris dengan semua kebijakan yang telah di tetapkan.
ADVERTISEMENT
Namun, alasan utama yang membuat Inggris keluar dari Uni Eropa yaitu terkait dengan jumlah imigran yang masuk ke Inggris begitu besar. Permasalahan-permasalahan yang sangat berpengaruh bagi Inggris menunjukkan bahwa Inggris harus keluar dari Uni Eropa. Keluarnya Inggris dari keanggotaannya di Uni Eropa tentunya membawa sejumlah dampak yang cukup serius, terutama dalam bidang perekonomian dunia. Inggris merupakan salah satu negara yang berada di wilayah Eropa bagian Barat. Tidak menutup kemungkinan negara maju dan berkembang pun terkena dampak yang cukup serius dari fenomena Brexit ini.
Lalu bagaimana Dampak Brexit bagi arus perekonomian dunia?
Pada saat yang bersamaan fenomena Brexit ini tentunya membawa dampak yang begitu besar terhadap kelangsungan perekonomian dunia. Seperti yang kita ketahui Inggris merupakan salah satu mitra kerjasama yang sangat berpengaruh bagi Uni Eropa. Dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa, masih harus menjalankan masa transisi selama 11 bulan ke depan. Dalam masa transisi ini United Kingdom masih tetap mencari solusi atau kesepakatan terbaik dengan Uni Eropa dan tetap menjalankan kewajibannya untuk mematuhi kebijakan dan pengadilan yang sudah di tetapkan oleh Uni Eropa.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka masa transisi ini justru menimbulkan dampak terhadap beberapa aspek perekonomian dunia contohnya seperti lalu lintas perdagangan, kegiatan tenaga kerja, pertukaran pelajar, dll. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan kebijakan yang di berlaku kan Uni Eropa, setiap warga Inggris masih bebas berpergian ke Eropa tanpa menggunakan VISA. Tidak terkecuali dengan lalu lintas perdagangan, kegiatan tenaga kerja, kegiatan pelajar, dan lainnya yang masih bebas dilakukan.
Tidak hanya itu, setelah adanya referendum Brexit terlihat pasar keuangan dunia ikut terguncang. Teridentifikasi bahwa pada 24 Juni 2016 Brexit mengancam pertumbuhan global dengan merosotnya indeks saham gabungan yang terjadi hampir di seluruh negara yang ikut terlibat. Tetapi ini tidak bertahan lama tepat 27 Januari 2016 indeks saham ini menunjukkan kebangkitannya lagi terlihat pasar saham mulai menunjukkan afeksi nya lagi. Penguatan indeks saham terjadi di beberpa negara seperti: SET Thailand, PSE Filipina, Shanghai China, Bombay India, JSX Indonesia, ASX Australia, dan HCMC Vietnam dan terus berlanjut pada hari setelahnya.
ADVERTISEMENT
Adapun kenaikan tajam dan berkelanjutan terhadap dolar AS yang memberi tekanan terhadap sektor manufaktur AS menjadi begitu lemah. Terlihat pada pelemahan mata uang Euro sekitar 8.82 persen dan Pound sterling sekitar 2,7 persen. Beberapa negara di dunia seperti mata uang Yen, Ringgit Malaysia, Bath Thailand, dan Dollar Australia pun mengalami kenaikan pada tanggal 27 Januari 2016. Sedangkan pada mata uang Rupiah Indonesia malah mengalami penurunan. Sering dengan pemulihan pasar pada kawasan regional Asia, mata uang negara-negara yang mengalami perubahan mendapatkan penguatan kembali terhadap USD pada sesi penutupan perdagangan.
Bank Dunia menyatakan bahwa dampak Brexit dilihat dari perlambatan ekonomi global pada tahun 2019, dimana adanya perlambatan pertumbuhan di negara-negara maju. Pada 2019 pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan menjadi 2,9 persen dan mengalami penurunan lagi pada tahun 2020 menjadi 2,8 persen. Tentunya hingga saat ini pun dampak fenomena Brexit masih terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
Lantas Bagaimana Dampak Brexit terhadap Negara Berkembang?
Dampak yang di timbulkan oleh fenomena Brexit juga merugikan sebagian negara berkembang. Tentu ini dikarenakan negara-negara berkembang memiliki kebergantungan dengan perdagangan Inggris. Menurut sebuah penelitian oleh Institute Development Jerman, dampak Inggris keluar dari Uni Eropa, diperkirakan akan menjadi bencana kemiskinan bagi 1,7 juta orang, terutama pada negara-negara berkembang. Sebagian dari negara-negara berkembang ini menjadikan inggris sebagai salah satu mitra kerjasama yang memiliki peranan penting dalam aktifitas pembangunan perekonomian negaranya. Maka dari itu jika terjadi “Hard Brexit” atau yang di maksud dengan kebijakan perdagangan yang di tetapkan oleh World Trade Organization (WTO) kembali menjadi seperti semula dapat merubah segala bentuk regulasi yang telah di lakukan.
ADVERTISEMENT
Menurut para peneliti di perkirakan bahwa Kamboja salah satu negara berkembang di dunia yang paling terkena dampak dari Brexit ini. Ibukota Kamboja yakni Phnom Penh seperti yang di ketahui sangat bergantung pada keadaan pasar Inggris. Sekitar 7,7 persen kegiatan Ekspor Kamboja di lepaskan kepada Inggris. Tidak hanya Kamboja, 49 negara yang telah tergabung dengan Everything But Arms (EBA) pun merasa telah di rugikan dengan adanya fenomena Brexit ini. Padahal sebelumnya dengan EBA negara-negara ini dapat melakukan ekspor tanpa tarif ke Uni Eropa. dengan begitu terjadinya Brexit mereka tidak dapat mengakses pasar Inggris dengan mudah.
Oleh sebab itu, fenomena Brexit ini sangat lah berpengaruh terhadap keberlangsungan kegiatan perekonomian dunia dan juga negara berkembang. Karena sebagian dari negara-negara tersebut sangat bergantung terhadap keadaan pasar Inggris. Mengingat Inggris menjadi salah satu negara yang berpengaruh di dunia dengan tingkat perekonomian yang makmur.
ADVERTISEMENT