Air di Gaza Tidak Layak Minum: Mengonsumsinya, Ibarat Menenggak Racun

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2021 12:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pada sesi pertemuan ke-48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berlangsung pada Senin (12/10/2021) lalu, Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan air di Gaza tidak dapat diminum dan perlahan meracuni warganya.
zoom-in-whitePerbesar
Pada sesi pertemuan ke-48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berlangsung pada Senin (12/10/2021) lalu, Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan air di Gaza tidak dapat diminum dan perlahan meracuni warganya.
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Krisis air di Gaza satu dekade terakhir semakin memburuk. Banyak pabrik desalinasi air di Gaza dilaporkan rusak karena serangan Israel. Gaza semakin kesulitan memproduksi air bersih secara mandiri. Air keran milik pemerintah kota juga sering tidak berfungsi karena pemadaman listrik yang terjadi setiap hari. Jikapun air mengalir, biasanya akan terlalu asin untuk diminum. Hal itu juga dipengaruhi letak wilayah Gaza yang dekat dengan Laut Mediterania.
ADVERTISEMENT
Sumber air yang tercemar pun berdampak serius pada kesehatan masyarakat. Falesteen Abdelkarim (36) dari kamp pengungsi Al-Shati, mengatakan bahwa air di daerahnya tidak bisa diminum. Padahal, ia harus memenuhi kebutuhan air untuk lima anggota keluarga.
“Rasanya seperti berasal dari laut. Kami tidak bisa menggunakannya untuk minum, memasak, atau bahkan mandi. Hidup di kamp-kamp pengungsi sangat menyedihkan. Kami selalu membeli air minum dari pedagang kaki lima,” katanya.
Lebih lanjut, Abdelkarim mengatakan para pengungsi hanya memiliki akses ke air kota tiga kali seminggu. Ironisnya, terkadang air tersebut juga bercampur dengan limbah, sehingga tidak bisa dikonsumsi.
Sementara itu, Muhammad Saleem (40) salah satu petani di Gaza utara mengatakan, upaya untuk menumbuhkan tanaman di kebunnya telah gagal karena airnya terlalu tercemar. “Semua tanaman saya mengering dan mati karena salinitas air yang tinggi dan klorida yang tinggi. Jika tanaman mati karena air ini, bagaimana dengan tubuh manusia,” katanya.
ADVERTISEMENT
Berbagai organisasi hak asasi manusia pun telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang situasi air yang semakin memburuk di Gaza. Pada sesi pertemuan ke-48 Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang berlangsung pada Senin (12/10/2021) lalu, Institut Global untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania mengatakan air di Gaza tidak dapat diminum dan perlahan meracuni warganya.
“Blokade Israel jangka panjang telah menyebabkan kerusakan serius keamanan air di Gaza, membuat 97 persen air terkontaminasi. Warga Gaza dipaksa untuk menyaksikan keracunan perlahan dari anak-anak dan orang yang mereka cintai,” kata salah satu perwakilan organisasi tersebut.[]