Kapal Kemanusiaan Siap Diberangkatkan untuk Muslim Rohingya

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
5 September 2017 14:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Becek, berlumpur, dan penuh dengan sampah serta dedaunan. Sejauh mata memandang, pemandangan inilah yang tersaji di perbukitan yang menjadi zero line antara Myanmar dan Bangladesh. Hingga Senin (4/9), hujan masih mengguyur sebagian besar wilayah Bangladesh. Rintik hujan mengiringi langkah-langkah para pengungsi baru yang tiba di wilayah tak bertuan itu.
ADVERTISEMENT
Beberapa pengungsi datang membawa harta benda berharga yang berhasil mereka selamatkan. Kasur, ember, pakaian, hingga kayu penyangga tempat tidur dibopong menuju tenda pengungsian. Namun, tak sedikit pula yang tiba tanpa membawa satu benda pun selain pakaian yang menempel di tubuh mereka.
Rahadiansyah selaku anggota Tim Kemanusiaan ACT untuk Rohingya yang tiba di Bangladesh sejak Jumat (1/9) mengungkapkan, kondisi mereka begitu memprihatinkan. Banyak dari mereka yang terlihat ketakutan dan lunglai, tak terkecuali anak-anak.
“Bayi dan balita kekurangan asupan gizi karena tidak mendapatkan asi dari ibunya. Ibu mereka cukup stres sehingga asi pun tidak keluar. Apalagi para lansia yang terlihat ringkuh dengan tongkat jalan mereka. Mereka butuh suplemen untuk menambah stamina tubuh,” papar Rahadiansyah yang akrab disapa Anca.
Zero line merupakan satu-satunya wilayah yang dapat dihuni para pengungsi baru Rohingya saat ini. Area ini tidak masuk dalam wilayah kedaulatan Bangladesh maupun Myanmar. Di zona tersebut, terdapat tiga area kamp pengungsian yang diizinkan oleh Border Guards Bangladesh/BGB (Polisi Perbatasan Bangladesh) untuk mereka huni. Kamp-kamp tersebut di antaranya Balukhali, Nakungsuri, dan Kanzarpara.
ADVERTISEMENT
Diakui Anca, beberapa pekan lalu memang Pemerintah Bangladesh tidak terlalu membuka diri dalam menyikapi eksodus Muslim Rohingya yang mencoba mengungsi ke negara mereka. Dengan memberlalukan kebijakan zero tolerance, sejumlah pengungsi yang berusaha masuk ke gerbang perbatasan terpaksa dipulangkan kembali.
“Namun, sekarang mereka cukup membuka diri dengan alasan kemanusiaan. Di wilayah zero line inilah pengungsi-pengungsi baru itu diizinkan mendirikan tenda darurat,” jelasnya.
Sejak ketibaan Aksi Cepat Tanggap di zero line empat hari lalu, sejumlah bantuan terus didistribusikan kepada ribuan pengungsi baru di area tersebut. Jumat (1/9), bantuan pangan berupa beras, tepung, minyak, garam, cabai, dan air mineral diberikan kepada ratusan pengungsi di dekat Ramu Upazila, Cox’s Bazar. Bahkan, sehari sebelumnya, ACT melalui mitra setempat juga telah menyalurkan bantuan pangan bagi pengungsi yang ada di pinggiran Sungai Naf.
“Lalu ketika momen Idul Adha kemarin, tepatnya Ahad (3/9), kita membuka Dapur Umum untuk Rohingya. Dapur umum ini menyediakan nasi biryani hangat dan daging sapi gurih untuk sekitar 1000 Muslim Rohingya yang baru tiba di Kamp Kanzarpara,” ujar Anca.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, sampai saat ini dapur umum itu masih menyuplai kebutuhan pangan pengungsi mengingat masa tanggap darurat masih berlangsung. “Insya Allah, hari ini ACT juga akan membagikan 10 ribu paket nasi biryani untuk pengungsi-pengungsi baru yang tinggal di tiga kamp itu (Balukhali, Nakungsuri, Kanzarpara).
Selain pangan, hunian sementara juga amat dibutuhkan mereka saat ini. Selama berhari-hari, para pengungsi baru terpaksa tidur beratapkan langit. Sekalipun ada tenda yang memiliki atap terpal, kondisinya sangat kurang layak.
“Oleh karena itu, kita juga sempat memberikan mereka terpal-terpal plastik untuk menutupi tenda darurat mereka. Musim hujan seperti ini membuat sekitar tenda mereka cukup digenangi air dan lumpur. Sungguh memprihatinkan,” imbuh Anca.
Kapal Kemanusiaan Siap Diberangkatkan untuk Muslim Rohingya
ADVERTISEMENT
Urgensi pemberian bantuan yang dibutuhkan pengungsi baru Rohingya di Bangladesh pun semakin digaungkan. Saat ini, Anca mengungkapkan setidaknya ada empat kebutuhan utama yang sangat dibutuhkan. Mereka di antaranya pangan, nutrisi dan suplemen, shelter, dan pakaian layak pakai.
“Di atas itu semua, panganan siap saji paling dibutuhkan saat ini,” tambah Anca.
Dalam beberapa hari ke depan, Insya Allah 20 truk berisi bantuan pangan akan menyapa ribuan pengungsi baru yang mendiami kamp-kamp pengungsian di Bangladesh maupun yang ada di sekitar Sungai Naf.
Ikhtiar untuk memuliakan Muslim Rohingya tak berhenti sampai di situ. Pembangunan hunian sementara (shelter) yang layak bagi para pengungsi baru ini juga tengah diupayakan dengan partisipasi relawan kemanusiaan ACT.
Bersamaan dengan diberikannya bantuan yang bersifat emergency, ACT juga tengah mempersiapkan bantuan kemanusiaan yang lebih masif. Kapal Kemanusiaan akan kembali dilayarkan untuk misi kemanusiaan ini.
ADVERTISEMENT
Dua kali sudah Kapal Kemanusiaan melabuhkan jangkar di Somalia beberapa bulan lalu, mengantarkan ribuan ton beras sumbangsih masyarakat Indonesia untuk korban kelaparan di Somalia. Insya Allah, beberapa pekan ke depan, Kapal Kemanusiaan akan menjangkau sejumlah wilayah sekitar perbatasan Bangladesh-Myanmar. Kali ini, ribuan ton beras akan menjumpai kaum yang paling teraniaya di dunia: Muslim Rohingya.