Mengenal Stunting, Memahami Tumbuh Kembang Anak

Aksi Cepat Tanggap
Aksi Cepat Tanggap adalah organisasi kemanusiaan global profesional berbasis kedermawanan dan kerelawanan masyarakat global
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2021 13:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aksi Cepat Tanggap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Stunting atau kerdil masih menjadi permasalahan yang serius bagi keluarga Indonesia. Sebanyak 27,67 persen anak Indonesia menderita stunting.
zoom-in-whitePerbesar
Stunting atau kerdil masih menjadi permasalahan yang serius bagi keluarga Indonesia. Sebanyak 27,67 persen anak Indonesia menderita stunting.
ADVERTISEMENT
JAKARTA – Stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi keluarga Indonesia. Stunting atau kerdil merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) yang diakibatkan kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya angka prevalensi stunting pada balita Indonesia masih menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Indonesia menempati peringkat keempat dunia dan urutan kedua di Asia. Diketahui, jumlah kasus stunting di Indonesia pada tahun 2019 menembus angka 27,67 persen.
ACTNews menemui Ahli Gizi-Humanity Medical Services Aksi Cepat Tanggap (ACT) Harum Aulia Rahmawati, untuk menjelaskan peran orang tua dalam sebagai langkah mencegah stunting. Harum mengungkapkan, stunting memang masih menjadi permasalahan keluarga prasejahtera. Hal ini cukup beralasan, keterbatasan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup membuat orang tua tidak mampu memenuhi asupan gizi seimbang anak.
“Akses terhadap makanan bergizi, asupan vitamin dan mineral, keragaman pangan, serta akses kepada sumber protein hewani menjadi penyebab utama anak menderita stunting. Nantinya ukuran tubuh anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir,” ungkap Harum.
ADVERTISEMENT
Ia menambahkan, selain makanan, faktor penyebab stunting adalah kondisi kesehatan ibu dan pola asuh yang kurang baik. Bahkan, ibu yang kekurangan asupan nutrisi saat masa kehamilan akan berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Harum menilai, upaya pencegahan stunting menjadi tanggung jawab bersama. Selain keluarga, harus ada peran pemerintah maupun instansi swasta. Sejumlah langkah yang bisa dioptimalkan untuk mencegah stunting yakni pemenuhan nutrisi ibu hamil, pengaturan pola makan serta pola asuh anak, mempermudah akses pangan untuk masyarakat prasejahtera, dan edukasi kepada orang tua terhadap pemberian makanan pada anak dan balita.
“Kami dari Aksi Cepat Tanggap juga berperan aktif mencegah stunting. ACT menghadirkan program Operasi Gizi Anak Indonesia dan Bengkel Gizi Terpadu. Kami berharap, dengan kegiatan yang rutin, program ini bisa menurunkan angka prevalensi stunting,” jelas Harum.
ADVERTISEMENT
Harum menuturkan, program Operasi Gizi Anak Indonesia telah menyalurkan 2.600 paket makanan dan 2.600 liter susu di sejumlah wilayah di Indonesia. Sedangkan, Bengkel Gizi Terpadu sudah menjangkau puluhan anak yang didampingi proses pertumbuhannya hingga mencapai berat badan ideal dan gizi seimbang.
“Insyaallah, kehadiran Humanity Medical Services ACT dalam program Operasi Gizi Anak Indonesia dan Bengkel Gizi Terpadu bisa terus menuai manfaat demi membangun keluarga Indonesia yang sehat dan bergizi seimbang. Kami juga mengajak sahabat dermawan untuk aktif berpartisipasi dalam menggerakkan program ini,” tambah Harum.[]